Abimanyu Matheo

41 4 0
                                    

Kali ini cerita tentang Theo atau Teyo, anak berisik yang hobinya beli capcin bareng Erick. Rumah Erick dan Theo bersebrangan, jadi tiap kali Theo mau beli capcin pasti gedor-gedor rumah Erick dulu.

Rumah Theo ada tepat disebelah rumah Kanto. Jadi, kalau tiap sore ada suara-suara aneh jelas itu Theo lagi mandi sambil konser di kamar mandi, memang suaranya seberisik dan semengganggu itu sampai Kanto aja bisa dengar.

***

"Eriiicck... erick," bisa ditebak, ini Theo yang lagi gedor-gedor pintu rumah Erick, tidak lama seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan muka bantal setengah sadar membuka pintu itu.

"hah? Apasih? Gangguin orang tidur aja theo," jelas yang empunya rumah merasa terganggu.

"Capcin yu rick, plis lah mau beli capcin gaada kawan, kan aku takut diculik,"

"YAALLAH SIAPA JUGA SIH YANG MAU NYULIK LO!! ORANG-ORANG LIAT LO JUGA UDAH OGAH DULUAN!!" seketika yang muka bantal langsung ngegas.

"Aaaaaa Erick ayolaah, gue traktir deh, gimana?"

"Deal," hmmm emang demen traktiran.

Akhirnya dua sejoli yang saat itu sedang kompak-kompak nya dengan sama-sama memakai baju putih pun berjalan beriringan hanya untuk beli capcin yang jaraknya tidak terlalu jauh.

"Woy, woy mau kemana nih abang abang?" Kali ini laki-laki yang tinggal tepat disebelah rumah Theo menyapa mereka, dari dalam pagar rumahnya ketika keduanya melintas.

"Beli capcin nih, mau ikut?"

"Iyanih gue di trak..." belum selesai ngomong, mulut Erick sudah ditutup oleh Theo takut-takut Kanto minta traktir juga.

"Hah apa bang Erick? Gue ikut deh, bentar-bentar ambil dompet dulu ya, kalian tungguin sini!"

"Heleeeh ngapain ambil dompet, ini beli capcin bukan beli emas berlian," iya ini Theo si berisik yang apapun kelihatan salah buat dia.

"Gaada duit sama sekali di kantong gue woy! Apa abang mau bayarin gue?" Kanto tidak mau kalah.

"Iye iye, sana buruan! Jangan lama-lama nanti my baby erick sakit kaki nungguin lo," dengan kata-kata ini Theo sukses menerima pukulan keras di lengannya dari Erick.

Akhirnya mereka beli capcin bertiga, bagai tiga serangkai yang siap bikin toko buku bernama Tis*ra. Mereka jalan bertiga seperti itu sudah seperti grup idola, tapi boro-boro grup idola, grup lawak baru benar.

Setelah beli capcin, Kanto mulai menyadari ada sesuatu yang janggal, dan tentu saja anak yang ceplas-ceplos ini akan langsung berbicara apa yang dipikirkannya.

"Eh bang Erick gabayar ya?" Mendengar pertanyaan Kanto, Theo hampir saja tersedak capcin, untung saja dia langsung berhenti menyedot capcin di tangannya.

"Gimana nih?" Bisik Erick seraya menyenggol bahu Theo.

"Yaelaaah bang, gausah bisik-bisik udah tau gue," kata Kanto sambil tetap melihat lurus kedepan.

"Tau apa lo?" Theo

"Pasti Bang Erick nunggak lagi kan? HAHAHAHAHA," ledek Kanto sambil lari mendahului dua temannya.

Theo dan Erick meghela nafas lega sekaligus bersyukur karena temannya itu tidak terlalu pintar.

***

Tentu saja acara mereka bertiga tidak selesai dengan beli capcin saja, Theo meminta dua temannya mampir kerumahnya untuk menilai komik hasil karyanya.

"Lo tuh bang, bisa ngga sih komik lu ngga yaoi terus? Bosen gua, lama lama gua banjur ni komik pake capcin," Kanto

"Ya jangan dong to, gini-gini juga hasil karya selama berjam jam," kata kata Theo ini disambut Erick yang manggut-manggut tanda setuju

"Apa lo mau liat draft cerita gue sekalian?" Kata Theo sambil membuka pc nya.

"No, thank u,"

"Ehh sammy gue belum dikasih makan, balik dulu ya gue. Selamat berhomo ria Theo Kanto," kata Erick yang kemudian segera pergi dari ruangan itu.

"Jadi gimana to?" Tanya Theo

"Eeee.... gue pulang dulu ya bang, ikan gue mati," kata Kanto yang bergidik ngeri, dan pada realitanya dia tidak memelihara ikan.

"HAHAHAAHAHA YAALLAH," Theo kini terbahak-bahak di kamarnya setelah berhasil mengerjai Kanto.

***

Malam ini Theo sedang berbaring di ranjangnya sambil daritadi scroll HP yang sama sekali tidak ada notif, ya pokoknya scroll saja biar kelihatan sibuk.

Ting!

Ah akhirnya notif muncul juga, Theo sudah sumringan buru-buru membuka notif tersebut, tapi kemudian raut mukanya berubah kecewa karena itu adalah notif dari grup "T4D1K4 M35R4" kalau susah membacanya, itu adalah "TADIKA MESRA".

Handika : WOOOY WARGA, DARURAT AYO KUMPUL DI BC

Judith : lah bang, belum ngomong ke gue loh, kok udah nyuruh kumpul aja

Ravend : yaampun bang doko, dilarang menyabotase rumah orang bang...

Raja : Meluncurrrr!!!

Joshua : Ckckck, awas loh doko sampe gapenting, gue terror rumah lo

Jarvis : Mager ah

Handika : Gausah banyak bacot lo semua woy!! Liat tuh kaya Raja dong langsung meluncur, cepetan!!! Urgent ini urgent!

Theo : Y.

Berbeda dari ketikannya yang singkat, oknum bernama Theo ini segera megambil jaket kulit hitamnya yang tiap kali dia pakai selalu berujung olokan anak-anak Tadika Mesra "HAHAHAHA KAYA TUKANG OJEG" dan sebagainya.

Setelah memakai Jaket tukang ojegnya itu, menata rambutnya berkali-kali, memakai parfum 1 botol penuh, dan tidak lupa berkaca sekitar lima belas menit akhirnya Theo turun kebawah untuk meluncur ke base camp.

Setelah memakai Jaket tukang ojegnya itu, menata rambutnya berkali-kali, memakai parfum 1 botol penuh, dan tidak lupa berkaca sekitar lima belas menit akhirnya Theo turun kebawah untuk meluncur ke base camp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh dek, mau kemana? Rapih banget deh," Mama Theo yang sedang di depan TV jadi salah fokus karena bau anak bungsunya yang semerbak itu.

"Hehe biasa lah ma, malming,"

"Loh dek, ini malam jumat.."

Ya begitulah Matheo, seorang narcistic dan seorang ilustrator yaoi garis keras dengan kehidupannya yang serba random.

Hai, akhirnya aku nulis lagi. Segitu dulu aja ya xixixi, see u ;*

Tadika Mesra - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang