5

1.8K 115 2
                                    

Anak kelas dua belas sesekali mencuri pandangan ke arah lapangan dimana adik kelas mereka tengah melaksanakan upacara. Sedangkan mereka, berada di kelas bergelut dengan contoh soal yang sedang dibahas. Awalnya, hari senin adalah hari yang sangat ingin mereka hindari, datang pagi, harus lebih rapih dari biasanya, kepanasan. Namun anehnya sekarang mereka malah iri pada orang yang sedang menjalani upacara hari ini.

Surya berdecak, cowok itu mendekatkan wajahnya pada Key, "harus banget ya gue ngitung keturunan lalat buah?" dengusnya kesal, "lagian gue gak pernah liat lalat bertelur gitu, kenapa keturunan nya harus gue itung?" Gerutunya lagi.

"Kenapa juga lalat yang harus dijadiin contoh?" Surya masih belum selesai menggerutu, "kenapa gak gue aja?"

Key menjauhkan wajah Surya, "jauh-jauh lo dari gue."

Cowok itu mencebik, "ya misalkan keturunan gue sama Kayla gitu."

Key mendelik saat nama Kay disebutkan, tatapan membunuhnya keluar, "bawa-bawa kembaran gue, gue tendang lo keluar."

"SURYAAA.. ELDEN... KELUAR!"

"Naaah, dengerin ganteng, ucapan mah doa." Celetuk Surya seraya berdiri dan terus mendorong Key agar ikut berdiri dari kursinya. Mereka berdua akhirnya pergi dengan tenang, meninggalkan kelas dan pembahasan dilanjutkan.

Di meja sebrang, dua orang cewek menepok jidat, "harusnya gak di keluariiin." Aluna mendengus, begitu juga Kay. Mereka berdua sangat hapal betul kalau Surya dan Key di keluarkan dari kelas sama dengan surga bagi mereka karena punya kesempatan melipir ke kantin dan baru kembali saat bimbingan selesai.

[•][•][•]

"Tuh, kan, belum pulang-pulang!" Aluna mendengus, ketua osis macam apa yang di keluarkan dari kelas malah kegirangan sampai lupa waktu.

Mentang-mentang yang upacara membelakangi kelas, jadi mereka bisa bebas lewat tanpa disadari oleh murid lain. Hanya anak PMR yang kemungkinan melihat mereka berdua lewat dan beberapa guru yang patroli mengitari lapangan.

"Eh Kay, kamu mau ikutan program partner belajar gak?" Tanya Aluna saat menoleh kearah sahabatnya, "Om aku bilang, mau coba program ini. Perdana, lho, kalau sukses dan bisa nambah minat anak, bakalan di terusin."

"Program baru?"

Aluna mengangguk, "kata Om, kalau sama temen mungkin bakalan lebih menyenangkan. Bisa lebih leluasa gitu. Om cuma ngadain programnya buat yang mau aja, atau yang kaya kita gini, yang gak ikut les full. Buat nambah dan ngejar yang ketinggalan juga." Tuturnya pada Kay. Aluna berharap Kay mau ikut, karena Aluna sepertinya tidak bisa mengikuti programnya mengingat kegiatan kedepannya akan lebih padat. Mengurus osis, orientasi anggota osis baru, sertijab, mempersiapkan pemilihan ketua osis baru dan masih banyak lagi.

"Om bilang sih, buat yang mau ikut SNM atau SBM bisa berguna. Kamu tau, kan? Sharing itu bermanfaat banget, apalagi sama teman sebaya." Lanjut Aluna lagi agar Kay yakin mau ikut.

"Kamu gak bisa ikut ya?" Tebak Kay membuat Aluna membuka mata lebar.

Aluna tersenyum kaku dan mengangguk pelan. Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan memilin tangannya sendiri. "Habisnya jadwal aku kedepan padatnya pake banget, Kay. Pengen ikut juga, tapi kayanya bakal susah ngatur waktunya."

"Yaudah deh."

"Kamu mau?"

"Iya."

"Bener ya?" Mata Aluna berbinar ia memegang tangan Kay dengan erat, "makasih aaaakk makasiiih. Sayang, sayang, sayang." Dengan gemasnya Aluna memeluk Kay dengan erat. Kebahagiaan jelas terlihat dari wajah Aluna yang tidak berhenti tersenyum.

BROTHERS : The Twin [ON HOLD]Where stories live. Discover now