Bagian 1

32 2 0
                                    

     Shareen sedang menatap bintang di balkon kamarnya. Langit malam yang terlihat cerah seperti biasanya, dengan bintang yang memancarkan sinar indahnya, dan tak lupa juga bulan yang juga bersinar tak kalah indahnya dengan bintang.

  
      Memikirkan hari esok , rasanya ia tak sabar menunggu terbitnya matahari.

      Malam ini, karena terlalu antusias menunggu hari esok, jadinya ia sulit memejamkan matanya.padahal waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 malam.

    Shareen selalu senang melihat bintang, karena dengan melihat bintang,dia akan selalu merasa sedang bersama dengan azril. Yah, lelaki itu. Lelaki yang sangat dirindukan shareen. Lelaki yang memiliki tempat tersendiri di hati shareen.

   "ril, lo apa kabar?" shareen tersenyum getir mengingat kejadian setahun yang lalu.

   "ril, lo tau ga? Besok adalah hari yang gue tunggu - tunggu dari dulu. Itu juga yang lo tunggu kan? Gue kangen lo ril".

    Cairan bening memenuhi pelupuk mata indah itu. Tidak perlu menunggu waktu yang lama agar cairan itu jatuh dari pelupuk matanya. Tinggal menghitung detik, cairan bening itu menetes di pipinya.

    Shareen menengadahkan kepalanya ke atas, agar cairan bening itu tak jatuh. Tapi,usaha itu sia - sia. Air matanya berhasil jatuh.

"maafin gue ril, gue nangis lagi". Kata shareen dalam benaknya. Ntah itu kata maaf keberapa kali yang ia rapalkan dalam hatinya ketika mengingat azril.

Tokk
Tokk
Tokk
 
    Mendengar suara ketukan itu, shareen buru buru menghapus air matanya. Agar tidak meninggalkan jejak. Shareen tidak mau,abangnya itu mengetahui jika adik kecilnya ini sedang menangis.

    "masuk aja bang, ga dikunci kok"

     "ra,lo kenapa ga tidur sih? Inikan udah malem, besok udah masuk sekolah bukan libur lagi. Jadi lo ga bisa ngebo lagi!"

     "iya bang rafaaaa, gue bakalan tidur kok. Gue cuma ga sabar aja nunggu matahari nongol, makanya mata gue melek mulu"

     "lo yakin? Terus? Muka lo kenapa merah gitu dah? Abis digombalin genderuwo yah lo?atau lo udah jadian? Sama salah satu dari jenis mereka?" .tanya rafa heran karena melihat wajah adiknya itu yang memerah dan juga matanya yang sembab.

    "ishh sembarangan lo!" elak shareen dengan wajah kesal yang dibuat - buat.

   Rafa tau, alasan mengapa wajah dan mata adiknya seperti itu. Yah, apa lagi kalo bukan karena azril? Shareen akan selalu terlihat seperti ini jika sudah mengingat cowo itu.

    Setelah beberapa menit, hening menguasai. Rafa mengusap kepala adiknya dan tersenyum menenangkan. "gue tau lo kenapa, ren. Gue udah bilang berapa kali? Dengan lo yang kayak gini,malah bikin azril itu jadi sedih. Cukup lo doain dia biar cepet sadar,cepet sembuh, dan stop buat nyalahin diri sendiri. Karena itu ga bakalan mengubah apapun yang udah terjadi"

    Shareen terdiam sejenak mendengar perkataan rafa. Abangnya itu selalu tau apa yang dipikir dan dirasakannya. Semua yang dikatakan rafa memang benar, tapi sulit rasanya bagi shareen untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa azril.

     Ingin sekali rasanya shareen, menukarkan posisinya dengan posisi azril. Biarkan shareen yang merasakan semua sakit yang dirasakannya.

     "Ta..tapi... " ucapan shareen belum selesai, tetapi cairan bening kembali berkumpul dipelupuk matanya, dan seperti tadi, cairan itu kembali menetes karena tak kuat menahan volume yang terus bertambah dipelupuk matanya.

Exchanges feelingDove le storie prendono vita. Scoprilo ora