12

260 31 0
                                    

Yena's POV

"Aku juga tidak tahu kapan aku akan mati," jawab Mark. "Pokoknya, kamu harus sama Jeno terus."

"Mark? Kamu ngomong apa sih? Ada apa denganmu? Kamu diancam juga sepertiku?" tanyaku.

Mark menggeleng. "Sampai saat ini, aku belum diancam sama sekali."

"Lalu? Kenapa kau bicara seperti itu?" tanyaku.

"Kan aku bilang itu kalo," jawab Mark. "Aku hanya memikirkan kemungkinan yang akan terjadi."

Aku terdiam.

"Kemarin-marin kau bilang hanya mau tinggal di sini sampai hari ini," ucap Mark mengganti topik.

"Mana aku tahu kalo jadi seperti ini. Jika aku pulang, keluargaku bisa mati," jawabku.

"Lalu, kau pikir aku tidak bisa mati?" tanya Mark.

"Mark, untuk kita berdua yang sudah terlanjur terlibat, kita tidak bisa menghindari kemungkinan itu," jawabku.

Kali ini Mark yang terdiam.

"Aku mau tidur," ucapku lalu masuk ke kamarku.

***

"Yena, mana seragammu?" tanya Yeonhee.

"Kenapa kau selalu saja tidak membawanya? Padahal kau bisa menyimpannya di loker," kataku.

Yeonhee menjambak rambutku. "Cepat berikan saja! Harusnya kau bersyukur karena masih bisa sekolah!"

Aku mengambil seragam olahragaku lalu melemparkannya ke Yeonhee. Yeonhee sudah hendak menamparku. Namun, ia menghentikannya.

Setelah itu, semua teman sekelasku mengganti baju. Sedangkan aku hanya duduk diam di kelas. Aku meminum air banyak. Pasti nanti aku akan disuruh lari keliling lapangan lagi.

Setelah semua teman sekelasku selesai mengganti baju, mereka semua segera menuju lapangan indoor. Aku mengikuti langkah mereka dari jauh. Aku tahu bahwa tidak ada satu pun yang ingin dekat denganku.

Sesampainya di lapangan indoor, Pak Jang menghela napas saat melihatku.

"Lee Yena! Apa kau tidak punya seragam olahraga?!" teriak Pak Jang.

Ayo, Yena. Kamu harus menjadi Lora.

"Saya punya, Pak. Tapi setiap minggu, Kang Yeonhee selalu mengambilnya," jawabku.

"Yena! Apa maksudmu? Kau memfitnahku?!" seru Yeonhee.

"Fitnah?" tanyaku. "Aku mengatakan yang sebenarnya."

"Jadi selama ini, Yeonhee yang menggunakan seragammu?" tanya Pak Jang.

"Iya, Pak," jawabku.

"Itu bohong, Pak! Ini adalah seragam saya. Yena mengatakannya karena ia dendam kepadaku," ucap Yeonhee.

"Apa di sini ada yang melihat bahwa Yeonhee mengambil seragam milik Yena?" tanya Pak Jang.

Aku melihat teman sekelasku satu per satu. Hampir semuanya memberiku tatapan aneh. Tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab pertanyaan Pak Jang.

"Katakan! Kalian semua melihatnya!" teriakku.

Teman sekelasku hanya saling pandang satu sama lain. Tidak ada yang menghiraukanku.

"Tidak ada yang melihatnya, Yena," ucap Pak Jang. "Sekarang, lari keliling lapangan dua puluh putaran."

Aku mengangguk lemah lalu mengikuti perintah Pak Jang.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang