Berdamai dengan Kenangan

235 4 0
                                    


Kita nggak akan pernah mampu sepenuhnya melupakan masa lalu, tapi dengan terus mengingatnya, kita hanya akan membuat diri sendiri kesusahan untuk berjalan ke depan. Gimana kalau konsepnya kita ubah? Bahwa kenangan masa lalu seharusnya memang nggak dilupakan tapi kita buat berdamai dengan diri kita sendiri. Kita nggak perlu pura-pura bahwa kenangan masa lalu itu nggak pernah terjadi, justru sebaliknya, yang kita lakukan adalah mengakui bahwa hal yang udah terjadi memang benar-benar pernah terjadi dan menerima dengan lapang dada atas kenyataan itu.

Berdamai paling sulit mungkin adalah berdamai dengan kenangan, tapi hal itu lebih sehat ketimbang harus mengingat kenangan kemudian menyesalinya atau membohongi diri kita sendiri dengan berpura-pura bahwa kenangan itu sama sekali nggak pernah terjadi.

Kita udah berhasil move on saat masa lalu udah bukan jadi beban bagi kaki kita untuk melangkah ke depan. Kita udah berhasil move on saat kita mengenang kenangan lampau, kita udah nggak nangis atau ngerasa sedih lagi. Artinya, kita udah menang melawan diri sendiri dan berhasil berdamai dengan kehilangan yang pernah terjadi.

Dan kenapa kita perlu berdamai dengan kenangan?

Sebab sepahit-pahitnya kenangan, dia ngajarin kita bahwa akan selalu ada kebahagiaan setelah kesedihan.

Kenangan bukanlah musuh yang harus kita hindari dan kita bunuh dari ingatan kita. Kenangan adalah guru yang ngajarin kita tentang rasa sakit dan bahagia, dan yang membimbing kita untuk jadi semakin dewasa.

Kenangan itu tinggalnya di dalam kepala. Semakin kita menolak untuk mengingatnya, justru akan semakin kita ingat. Maka, respon paling sehat untuk berdamai dengan kenangan adalah ngetawain diri kita sendiri karena pernah ngelakuin kesalahan di masa lampau dan belajar dari kesalahan tersebut.

Nah, berikut ini adalah hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mulai berdamai dengan kenangan dan membebaskan diri dari belenggu kesedihan.

1. Memaafkan mereka dan diri sendiri

Hal yang paling dasar untuk berdamai dengan kenangan adalah menjadi manusia pemaaf yang ikhlas memaafkan kesalahan orang lain dan kesalahan dirinya sendiri. Kalau setelah putus, kita menempatkan diri sebagai korban dengan pemikiran bahwa kita nggak salah apa-apa tapi tetap diputusin, itu artinya kita udah nyalahin orang lain. Berhentilah berpikir demikian dan mulailah memaafkan dia yang udah ninggalin kita. Sebab mengingat-ingat kesalahan orang lain itu menghabiskan ruang di dalam hati kita sendiri untuk melihat hal-hal yang positif. Nggak mau kan jadi manusia yang nggak bersyukur dan berpikiran negatif terus?

Maka ikhlaskan apa yang udah terjadi di antara kita dan mantan. Berhenti menganggap dia sebagai orang yang paling bersalah dan menganggap diri kita sendiri sebagai korban. Semakin cepat kita mengikhlaskan, semakin cepat pula kita mengizinkan hati kita untuk sembuh. Kita mungkin nggak sepenuhnya bisa melupakan kesalahan orang lain, tapi perlu diingat bahwa setiap orang berbuat kesalahan dan tugas kita adalah memaafkan, bukan mengingat-ingat kesalahan yang pernah dia lakukan. Kita aja pernah berbuat salah dan berharap dimaafkan, alangkah nggak adilnya kalau orang lain nggak boleh berbuat salah dan nggak dimaafkan.

Memaafkan bukan berarti kita setuju atas kesalahan yang dilakukan, lho. Sederhananya, memaafkan itu berarti, "I don't agree with what you did but I forgive you anyway" atau "aku nggak setuju sama apa yang udah kamu lakukan tapi aku punya hati yang cukup mulia untuk memaafkan".

Kalau kita masih berpikir bahwa maaf kita terlalu mahal untuk orang lain dan orang tersebut nggak pantas kita maafkan, ingat hal ini:

"Maafkan orang lain bukan karena ia pantas dimaafkan tapi karena hati kita pantas mendapatkan kedamaian".

About Moving On (Completed)Where stories live. Discover now