Bab 8 • Kecupan Singkat

2.4K 137 21
                                    

8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

8. Kecupan Singkat

~Mungkin sebuah kecupan di pipi adalah salam perpisahan terbaik~

🌻🌻🌻

Waktu berlalu dengan begitu cepat. Hari ini, ya Rea akan benar-benar pergi dari kehidupan Gavlin. Pergi dengan tenang tanpa harus merepotkan Gavlin lagi. Melepaskan Gavlin dari tanggung jawabnya sebagai suami. Semoga dengan kepergian dirinya, suaminya Gavlin tidak terlalu banyak menanggung beban.

Hari ini pun adalah detik-detik terakhir Rea tinggal di rumah Gavlin, tidur bersama Gavlin, menatap wajah Gavlin, memasak untuk Gavlin, juga terakhir kali Rea menjalankan kewajibannya sebagai istri Gavlin. Dia tak ingin egois lagi dengan mempertahan diri agar bisa memiliki Gavlin. Rea tak ingin membuat Gavlin sengsara lagi dengan kehadirannya.

Semoga saja dengan cara ini Gavlin bisa bersatu dengan wanita pilihannya, yang pasti bukan Rea. Walau pun ada rasa tak rela terselip dihatinya, namun Rea tetap akan mengikhlaskannya.

Kini dia sedang memasangkan dasi untuk Gavlin. Seperti biasa, setelah sarapan Rea akan membantu Gavlin berkemas. Wajah Gavlin sedikit bingung dengan perlakuan Rea sekarang. Ada rasa tak enak dihatinya ketika kejanggalan terasa dengan sikap Rea yang begitu manis. Ingin bertanya namun Gavlin tentu saja tidakan akan pernah melakukannya. Egonya masih dia junjung tinggi.

"Nah sudah beres, mas," ucap Rea tersenyum ketika selesai memasangkan dasi Gavlin dengan rapih.

Selama beberapa saat Gavlin terpaku dengan senyum Rea. Namun kembali menormalkan raut wajahnya.
"Owh iya aku meminta ijin, hari ini aku akan pergi," ujar Rea meminta ijin.

"Kemana lagi?" tanya Gavlin.

"Biasa mas. Hehehe..." Jawab Rea yang diakhiri dengan tawa kecil.

"Jangan terlalu malam" Ingt Gavlin.

Rea diam sesaat. "Aku tidak bisa janji," gumamnya pelan.

"Apa?" Tanya Gavlin ketika merasa Rea berkata sesuatu dengan suara kecil.

Rea gelagapan. "Ehk.. Tidak mas, tidak papah," ucap Rea menenangkan.

"Sudah yuk, mending sekarang Rea antar ke depan. Sudah jam 7 loh, nanti kesiangan," ingat Rea yang diangguki Gavlin.

Lalu mereka pun berjalan sampai diteras. "Aku pergi, Assalamu'alaikum," pamit Gavlin.

"Wa'alaikumussalam. Ehk... Bentar mas!" halau Rea.

Wanita itu dengan sigap langsung menyalami tangan Gavlin dengan pelan. Air matanya hapir terjatuh ketika mengingat jika ini adalah terakhir Rea bisa menyalami tangan Gavlin.

Rea menatap Gavlin sebentar. Lalu...

Cup!

Brak!

Berjalan Di atas Takdir✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang