The Book of Park Sungjin 1

14 1 1
                                    

 Park Sungjin adalah seorang dosen Bahasa Indonesia disebuah perguruan tinggi di Seoul. Dia menikah diusia yang sangat muda dengan perempuan berdarah Indonesia bernama Bian. Keluarga kecil yang dibinanya sejak 3 tahun yang lalu sudah dikaruniai buah hati, gadis manis bernama Park Senja yang kini sudah berumur 2 tahun. Senja adalah nama yang dipilih karena memiliki arti yang mendalam bagi keduanya. Bian memberitahu Sungjin bahwa dia sedang mengandung anak mereka saat senja di Ubud, Bali.

Sungjin dan Bian seumuran, namun karena Sungjin lahir pada bulan januari maka secara otomatis dia terhitung satu tahun lebih tua dari Bian, sebuah kalkulasi klasik yang dipegang teguh oleh masyarakat Korea. Bian juga tidak terlalu memusingkan bila harus memanggil Sungjin dengan sebutan Oppa. Sungjin dan Bian tinggal disebuah apartemen sederhana di sudut kota Seoul. Pekerjaan Sungjin sebagai Dosen sering membuatnya harus pergi lebih pagi karena jarak yang lumayan jauh dari apartemen mereka. Seperti saat ini, Sungjin sudah bangun 5 menit yang lalu tetapi dia tetap diam dalam posisinya. Sungjin sedang menatap wajah istrinya yang sedang tertidur lelap, disebelahnya ada putri mereka yang sedang tidur sambil menghisap jempolnya. Sungjin tersenyum lalu menarik jari gadis kecilnya agar tidak dihisap, lalu sedikit mencondongkan badannya memberi ciuman di kening istrinya.

"Uhmmm"

Ciuman di kening itu rupanya membuat istrinya terbangun. Sungjin mengusap rambut istrinya, "Maaf aku tak bermaksud membangunkanmu" katanya dengan suara berat khas lelaki baru bangun tidur, Bian hanya tersenyum lalu melihat kearah jam dinding di kamar mereka. "Ah... sudah pagi ternyata" Bian menguap, Sungjin langsung menutup mulut Bian, "Hehe... maaf" kata Bian yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Sungjin. "Kamu lanjut tidur saja. Aku bisa menyiapkan makan sendiri. Semalam kamu tidur telat kan?" Sungjin tahu semalam Bian sibuk menyelesaikan buku yang harus diselesaikan sampai akhir bulan ini. Bian bekerja sebagai penulis, sebuah pekerjaan yang tidak perlu membuatnya pergi menitipkan Senja ke tempat penitipan anak.

"Aku akan menyiapkan bajumu" kata Bian sambil beranjak dari tempat tidurnya. Sungjin hanya bisa tersenyum menatap punggung istrinya yang sedang mengikat rambut dan berjalan kearah lemari pakaian.

"Terima kasih"

Tanpa Bian sadari, Sungjin sudah berada dibelakang memeluk dirinya, kedua tangan erat memeluk pinggang Bian, wajah Sungjin diam bersandar di pundak Bian, mulai sibuk menghujani puluhan kecupan di pundak istrinya. Bian hanya tersenyum merasakan sentuhan dari suaminya ini.

"Bunda!!!" terdengar suara tangisan Senja.

"Hahaha... Senja pintar sekali ya merusak waktu kita" Sungjin melepas pelukannya lalu berjalan kearah Senja, "Iya sayang... Ayah disini..." katanya sambil memeluk dan gentian menghujani ciuman kewajah Senja.

---

Ketiganya kini duduk di meja makan bersama, Bian sedang menyuapi Senja dengan Udon yang dia buat untuk sarapan, Sungjin sendiri lebih memilih sarapan dengan toast buatan Bian. "Siang nanti mau makan siang bareng?" tanya Sungjin. "Boleh. Setelah aku bertemu editorku kita bisa makan siang bertiga"

"Hari ini deadlinenya?" Bian mengangguk sambil membersihkan bibir Senja dengan handuk kecil. "Senja bisa makan sendiri?" tanya Bian yang dijawab anggukan oleh Senja. "Setelah editorku melihat hasil kerjaku, mungkin aku akan sedikit sibuk. Besok kamu bisa bawa Senja ke tempat kerjamu?"

"Senja?" Bian mengangguk sambil menatap Sungjin penuh harap. "Er... baiklah. Untung aku hanya ada satu kelas besok" Sungjin menatap Senja, "Besok Senja ikut ayah ya?"

"GA!" Senja menjawab dengan nada pura-pura marah. Ia hanya bercanda. Sungjin tahu itu, ia tersenyum sambil beranjak dari tempat duduknya. "Memang anak ayah ini galak sekali ya.. sama kayak bundanya..." ia mengacak rambut Senja sayang lalu mencium kening istrinya. "Aku langsung berangkat ya.." pamitnya.

The Book of Us : Daily DAY6Where stories live. Discover now