BAGIAN I : HA

2.1K 324 207
                                    

-Disarankan untuk membaca dengan latar cokelat-






Di sepanjang jalan pulang aku menggumamkan sebuah harapan.

Dan sepertinya Tuhan telah mendengarkan,

Kami kembali dipertemukan.




Setelahnya Hyunjin kecil memutuskan untuk pulang, ingin segera menemui ibunya dan menceritakan sosok malaikat yang baru saja ditemuinya di taman. Namun baru saja ia menginjak ubin rumah, ibundanya keluar sembari membawa sekotak kue beras. Beliau mengajak Hyunjin berkunjung ke tetangga yang tinggal tepat di samping kanan rumahnya, hanya sekedar mengantar kue beras sebagai tradisi mereka.

Pagar kayu tetangganya itu terbuka, jadilah Hyunjin berjalan di gandengan sang ibu untuk memasuki pekarangan rumah modern bercatkan abu-abu itu dengan sedikit bersenandung.

Desain rumah itu terlihat sangat mirip dengan milik mereka, seperti wilayah perumahan pada umumnya. Yang membedakan mungkin hanya beberapa tanaman, dan dekorasi-dekorasi lainnya. Kala itu Hyunjin tidak memikirkan apapun, hingga saat dimana ibunya memencet bel, ada seorang anak laki-laki berambut kriting yang membukakan pintu.

Dari badannya, sepertinya anak itu berkisar sebelas tahun-an, lima tahun lebih tua dari Hyunjin. Dia memiliki hidung yang bangir dan berkulit putih pucat, seperti bukan warga negara korea asli meskipun matanya sipit. Akan tetapi bukan itu yang menarik perhatian Hyunjin. Si kecil itu tersentak kaget saat ia mendengar suara cempreng yang sangat ia ingat itu keluar dari dalam rumah.

"Daddy sakiiiittt! Pelan-pelan!"

"Makanya, jangan suka manjat-manjat. Kalau sudah jatuh dan berdarah seperti ini, sakit kan?"

Saat itulah Hyunjin sadar bahwa Yang Jeongin, anak laki-laki bertopi rimba itu tinggal di sebelah rumahnya.

Munafik jika Hyunjin berkata bahwa ia tidak senang.

Justru ia begitu gembira, sangat malah.

Dan sudah hampir dua belas tahun hidupnya ia lakukan bersama Jeongin. Mulai dari bermain, sekolah, tidur, bahkan mandi bersama. Jeongin sudah seperti sahabat-ralat, mungkin saudara. Jika ada kata lain yang lebih dari itu, Hyunjin akan ungkapkan. Karena memang mereka telah menjalani keseharian bersama-sama.

Dan selama itu pula, Hyunjin sudah sangat mengenal bagaimana tabiat Jeongin, kesukaan, kebiasaan, atau apapun di dalam seluk-beluk pemuda itu. Seperti maniaknya pada superhero Marvel atau pahlawan-pahlawan di komik Jepang. Bahkan ia masih mengingatnya, ketika sewaktu kecil Jeongin bilang bahwa cita-citanya adalah menjadi Captain America.

Dahulu, kala ia masih bocah ingusan dan tidak tahu apa-apa, ia mengira Jeongin itu anak yang pemberani dan pintar.

Untuk 'pemberani' mungkin masih diterima, karena pemuda itu memang tidak takut apapun. Oh, kecuali satu, saat stick playstationnya disembunyikan oleh Bangchan, kakak Jeongin sendiri. Karena rubah itu akan histeris dan mejambak-jambak rambut Hyunjin jika ia tidak bisa bermain game. Akan tetapi keberanian Jeongin terkadang melewati batas, dan batin Hyunjin selalu mengeluh akan hal itu. Seperti contoh, Jeongin pernah mencoret-coret banner yang menampilkan wajah kepala sekolah menjadi mirip seperti tokoh Batman yang sukses membuat dia diberi poin 'Tindak Pelanggaran'.

Saat Hyunjin bertanya mengapa dia melakukan itu, Jeongin malah menjawab dengan,

"Aku ingin menunjukkan bakat menggambarku." Ucapnya pada saat itu.

HANAMIZUKI •hyunjeong[ENDED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora