5 : promise

2.1K 82 3
                                    

"Ya."

Hangyul menarik jarinya dari Jian dengan hati-hati dan berdiri lalu menarik lepas jeans dan celana dalamnya.

Hangyul berdiri di samping tempat tidur, tanpa busana, dan Jian memandangnya, tubuhnya begitu menawan, saat dia mengenakan kondomnya.

Hangyul menjatuhkan lututnya ke atas tempat tidur dan berada di antara paha Jian, membentangkan kaki Jian dan mengangkat kedua kaki Jian ke pinggangnya.

Hangyul berada diatas Jian sebentar dan menciumnya.

"kau tahu betapa aku menginginkanmu?"

"Ya." Jian mendesah.

Hangyul menyusupkan tangannya ke bawah dan memposisikan dirinya ke gerbang masuk Jian. Mendorong dengan memberi sedikit tekanan, Hangyul mengangkat tangannya ke wajah Jian dan membungkus wajahnya dengan tangannya, jemarinya menyapu masuk ke dalam rambutnya.

Mata Jian terbuka dan menemukan pandangan Hangyul yang terfokus sepenuhnya kearah dirinya. Hangyul mendorong beberapa inci lagi masuk ke dalam diri Jian dan Jian merasa dirinya meregang untuk menerima Hangyul.

Hangyul menggeram dan mata Jian terpejam.

"Buka." Kata tunggal itu adalah suatu desisan.

Jian membuka matanya dan Hangyul menyusup masuk seluruhnya, mendorong dengan konstan sampai Hangyul tak lagi bisa lebih dalam lagi. Mata Jian melebar. Jian tenggelam di dalam Hangyul. Mata Hangyul, sentuhannya, keposesifannya.

Terasa begitu nikmat.

Hangyul menahan sebentar, koneksi diantara mereka begitu kuat, getaran listrik dari mata Hangyul menembus Jian. Milik Hangyul mengisi Jian, berdenyut didalam dirinya saat Hangyul memandang Jian.

"Begitu manis."

Jian mendesah di bawah tubuh Hangyul, Jian mengangkat pinggulnya, meminta lebih.

"Jadi milikku."

"Hangyul, kumohon."

"Katakan, Jian."

Jian tahu apa yang Hangyul inginkan.

"Aku milikmu."

Hangyul menghadiahi Jian dengan dorongan yang lain lalu berhenti. Kenikmatan hadir diantara mereka. Mereka terengah dengan hebat.

"Kau menikmati berdansa dengan pria itu, tadi?" Hangyul menggeram, suara Hangyul serak saat dia mendorong kata-kata itu keluar untuk Jian.

Kebingungan melanda Jian. Jian tak ingat pria itu. Apakah dia tadi berdansa dengan seorang pria? Hangyul adalah satu-satunya yang dia pikirkan malam ini. Hangyul begitu besar dan terasa penuh di dalam dirinya dan Jian tidak bisa membuat otaknya berfungsi. Jian mengangkat pinggulnya lagi, memohon Hangyul untuk melanjutkan.

Hangyul menusuk dan berhenti lagi. Mata Hangyul meraih ke bawah ke dalam jiwa Jian.

"Aku berharap kau menikmatinya karena itu akan jadi yang terakhir kalinya kau berdansa dengan pria lain selain aku. Aku memilikimu seutuhnya. Aku tidak akan berbagi. Tidak lagi ada dansa, tidak lagi ada ciuman, tidak ada lagi untukmu." Hangyul menarik lagi dan mendorong dengan keras.

"Kau merasakan milikku di dalam dirimu, Jian? Kau merasakannya?" Hangyul mendorong ke dalam Jian, tubuh Hangyul menindih di atas Jian.

Hangyul memindahkan tangannya dari wajah Jian dan menangkap pergelangan tangan Jian dan mengangkat ke atas kepala dan menahannya ke bawah.

"Rasakan, sayang. Ingat. Belajarlah untuk menyukainya, karena ini yang akan kau ketahui. Hanya aku. Tidak ada orang lain."

Kenikmatan yang tajam dan panas menjalar ke dalam dirinya mendengar kata-kata Hangyul itu dan memicu mengalirnya kelembaban baru ke titik dimana tubuh mereka terkoneksi saat ini.

señorita✔Where stories live. Discover now