2 - Commitment

6.2K 1.1K 860
                                    

Ramai sekaligus hangat.

Mungkin seharusnya pengelola restoran keluarga di mal tempat beberapa alumni kos-kosan Komet berkumpul malam itu mempersiapkan diri sejak malam sebelumnya dan tidak lupa memberitahu tamu restoran yang lain bahwa akan ada keributan-keributan kecil, suara tawa yang seperti dikeraskan toa, minuman tumpah karena tersenggol dan karaoke dadakan.

Bisa dibilang momen ini adalah pertama kalinya mereka berkumpul lagi di luar acara pernikahan (terakhir pernikahan Rasyid), setelah semuanya menjalani hidup yang baru di luar Komet kecuali krucils, belantara dunia baru setelah lulus kuliah dan bekerja, tanggung jawab baru, dan tentunya status yang baru.

Mereka melarutkan obrolan dan ucapan selamat atas status baru Acid sebagai ayah di antara tegukan minuman mereka, disertai candaan-candaan dan nostalgia. Acid duduk di kursi di tengah meja, bersisian dengan istrinya yang kandungannya sudah semakin besar. Tidak akan ada yang bisa memungkiri sorot mata bahagia yang terpancar dari mata mereka berdua, dan berpasang-pasang mata yang ada di sana, mengelilingi satu meja, dengan masing-masing porsi bahagia.

Rama memangku putri kecilnya yang baru berusia sepuluh bulan bergantian dengan Mala. Namanya Raras Paramastri, dia sudah jadi sasaran cilukba sampai unyel-unyel gemas para wanita seperti Dica, Ayu, Andini dan Adelia, sementara Violet satu-satunya yang melambaikan tangan kaku dengan wajah meringis—yang menurut dia adalah tersenyum—di depan anak Rama. Di antara mereka hanya Rama, Acid, dan Jime yang sudah menikah, Jafar sedang persiapan, Wawan dan Satrio juga persiapan, persiapan main Fortnite.

"Emang dasar lo Pipiyot, makanya anak kecil pada takut sama lo." Ledekan yang tentu saja keluar dari mulut pacar Vio sendiri, dibalas dengan mulus lewat jeweran di kuping.

"Dia gak takut! Tuh liat dia ketawa!" Vio membela diri.

"Oh berarti dia ngetawain lo, katanya 'Apaan sih nih tante-tante.'" Wawan mendadak jadi dubber Dek Raras.

"Liat tuh sekarang dia bengong ngeliatin lo! Pasti dalem hatinya 'Hmmm ini pasti om-om yang pernah bikin kuping ayahanda sakit dulu kayak radio butut.'"

"Sembarangan! Justru gue orang yang berjasa buat ayahnya dia!"

"Hah? Jasa apaan lo? Jasa sedot wc? Apa ngosek?"

Jime memutar bola matanya menghadapi pertengkaran Wawan Vio jilid 1000 itu.

"Udah, udaaah, jangan beranteeem." Rama melerai dengan sabar. "Oh ya, Vi, gue gak dipanggil ayahanda kok, papa biasa aja."

"Oh sorry, Ram. Gue pikir kan karena lo Raden, jadi dipanggilnya ayahanda, adinda, kisanak, APA LO?" Vio sewot melihat Wawan meleletkan lidahnya persis bocah.

"Kalo Wawan dipanggilnya ntar apa Vi, sama anak kalian?" Pertanyaan pancingan Acid dengan segera membuat Wawan dan Vio melotot.

"Sok kageeet, sok speechleeeessss." Satrio dengan segera bergabung dalam komplotan provokator. "Bukannya lo bilang kapan hari tuh pengen dipanggil Daddy sama anak lo ntar? Berarti lo dipanggil Mommy ya, Nik?"

Wajah Wawan dan Vio sudah semerah jambu air sekarang lalu keduanya bersahut-sahutan mengelak.

"APAAN SIH?"

"KAPAN GUE NGOMONG GITU?"

"Lho emang kenapa sih? Masa iya lo berdua gak ada rencana ke arah sana?" Jime ikut nimbrung, sekalian kepo.

"Tau, udah semua kan base-nya?? Mana homerun-nya doooong, penonton tribun depan menanti-nanti neeeeh." Acid semakin menjadi-jadi, di sebelahnya Dica menautkan alis heran.

"Base apa sih, Mas?" Tanyanya.

Vio ikut menganga, "LO BERDUA NGAJARIN APAAN AJA SIH KE DIA??"

Komet ReunionWhere stories live. Discover now