🌼 ғᴜʟʟᴅᴀʏ ᴡɪᴛʜ ᴍʏ ʙᴏʏ

2.5K 206 40
                                    

Jennie POV

Aku terbangun dari tidur nyenyakku akibat cahaya pagi yang menyusup melalui celah celah tirai jendela kamarku.
Aku menggosokkan kedua mataku, lalu menggeliat kecil.

Hari ini lumayan cerah, tidak seperti hari kemarin, mendung dan suram. Ditambah lagi saat aku, Jimin, dan Nayeon yang akhirnya berada didalam satu mobil.

Aku masih ingat persis bagaimana detail kejadian kemarin yang benar benar membuatku muak.

Bagaimana tidak? Saat menjemputnya di Gangnam street, aku yang sudah jelas jelas duduk disebelah Jimin, tiba tiba diminta wanita itu untuk segera duduk dikursi belakang.

"Heh kau, pindahlah kebelakang."

"Apa hak mu menyuruhku pindah kekursi belakang?"

"Itu hak ku karena aku kekasih Jimin."

"Aku juga kekasihnya."

"Tapi aku duluan yang menjadi kekasihnya, bukan kau."

"Sudah cukup." relai Jimin yang berhasil membungkam masing masing mulut kami.

Walaupun begitu, tetap saja aku yang berakhir dengan duduk dikursi belakang. Tentu saja karena aku, lagi lagi mengalah. Usia wanita itu sedikit tua dariku, tapi sifatnya jauh dibawah usiaku.

Setelah mengenang sedikit kejadian menyebalkan kemarin, aku pun bangkit dari tidurku, melakukan olahraga kecil, kemudian membereskan diriku.

Hari ini adalah hari Jumat. Hari dimana Butik ku dijadwalkan tutup. Itu tandanya, hari ini adalah hari liburku. Beruntung hari ini aku tidak bekerja, jika iya maka mood ku pasti malah semakin buruk.

Ting... Nong...

Bel Apartemenku berbunyi, menandakan ada seseorang yang datang.

Aku bergegas berjalan menuju pintu depan, mengintip melalui kaca interkom, dan menemukan sosok lelaki yang kurindukan disana.

Jimin? Dia kemari? Bukannya hari ini harusnya dia bekerja?

Aku segera memutar kenop pintu, menemukan wajah tampannya yang terlihat begitu segar tepat dihadapanku.

"Jimin?" ujarku tak bisa menyembunyikan rasa senangku. "Masuklah."

"Mau kubuatkan apa? Teh? Kopi? Jus?" tanyaku seraya berjalan menuju minibar.

"Teh saja." jawabnya seraya mengekoriku ke Minibar dan langsung memeluk pinggangku dari belakang.

"Ada hal apa kau kemari? Bukannya kau bekerja?" tanyaku yang masih sibuk membuatkannya teh. Sementara kepalanya sudah bertengger dipundakku.

"Ayo kita pergi." ujarnya tiba tiba tanpa menghiraukan pertanyaanku.

Tentu saja aku terkejut. "Kemana?"

"Berkencan."

"H-hah? Tapi... Ini kan hari kerjamu?" tanyaku seraya melepas pelukannya.

"Iya aku tau. Tapi aku harus mengganti waktu kita yang terbuang kemarin karena Nayeon." jelas Jimin seraya mengambil tanganku, kemudian menggenggamnya. Ya, hanya menggenggamnya.

"Tidak bisa Jimin, kau harus bekerja."

"Jangan membantah." tukasnya cepat. "Ayo, siap siaplah."

"T-tapi..."

"Jennie." ujarnya dingin.

Ditatap seperti itu membuatku mati rasa. Perasaanku, setengah menit yang lalu ia bersikap layaknya bayi. Lalu kenapa sekarang menjadi menakutkan begini?

𝐇𝐞 𝐢𝐬 𝐌𝐲 𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫 𝐏𝐥𝐚𝐲𝐛𝐨𝐲!Where stories live. Discover now