Part 9

286 132 24
                                    

Belum sempat Chiara berteriak, mulutnya sudah dibekap. Namun lama-kelamaan dia mulai kehilangan kesadaran.

Samar-samar terdengar suara.

"Gimana nih? Kalo Aleta sampai tau bisa mampus kita" bisik seorang cewek.

"Udah lo tenang aja" sahut suara lainnya.

Sedikit demi sedikit Chiara mulai mengumpulkan kesadarannya. Ruangan gelap dengan kaki dan tangan terikat serta mulutnya yang dilakban. Dengan sekuat tenaganya dia teriak-teriak meminta pertolongan.

Hingga salah seorang cewek mendekati Chiara dan melepas lakban yang menutupi mulutnya.

"Lo siapa hah?!" bentak Chiara dengan nada penuh ketakutan.

"Diam!!" perintah cewek yang berdiri gak jauh darinya.

Dengan terpaksa, Chiara menuruti perintahnya.

"Padahal gue udah sering kasih peringatan ke lo buat jauhin para Alfa. Tapi kenapa lo masih aja keganjenan sih!"

"Siapa yang keganjenan?" jawab Chiara dengan ketus. Sekarang dia tahu siapa yang udah teror dia selama ini. Yahh siapa lagi kalo nggak para fansnya Alfa. Bella, Frizka dan Zelline mereka lah dalang dari teror-teror selama ini. Tapi ada salah satu dari mereka yang tidak ada. Aleta, apa dia juga terlibat?

"Pura-pura nggak tau lagi! lo itu cewek yang keganjenan" ucap Zelline.

"Gue! Gue nggak ngerasa tuh!"

"Gimana lo mau ngerasa, kalo lo nya aja yang gak punya malu! Dan lo harus tau kalo Alvis itu cuman milik gue!"

"Oh ya! Tapi Alvis nggak mau tuh jadi milik lo!"

Zelline mendesis. Ia melotot sampai manik matanya seolah hampir copot.

"Kurang ajar! Lo tau nggak? Gak cuman Alvis yang lo deketin sampai-sampai semua Alfa juga mau lo deketin. Emang ya dasarnya cewek murahan? Jadi gimana mau bisa puas kalo cuman deketin satu cowok doang!" bentak Bella.

"Terus kenapa kalo gue deketin para Alfa? Lo iri? Mau tukeran jadi gue?"

Mereka bertiga tertawa keras.

"Berani banget lo, ya!" desis Frizka yang sejak tadi hanya diam dan sekarang mulai angkat bicara.

"Heh, mana bisa? Standar lo sama kita tuh beda! Sadar diri dong lo tu siapa? Cuman cewek miskin, culun, keganjenan dan gak punya malu! Lo pikir kita bakal mau gitu tukeran sama orang yang gak se level sama kita!"

Chiara mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Kalimat panjang itu seolah menikamnya dengan sangat tajam. Dia sakit hati! Tapi dia juga gak mau kalo sampai dia lepas kontrol.

"Dan gue harap ini bakal jadi peringatan terakhir buat lo!" tukas Zelline.

"Oh ya, peduli apa gue sama peringatan sialan itu!"

"Kayaknya lo sama sekali nggak takut sama kita, ya!" desis Bella.

"Hahaha!!" Chiara tertawa untuk menyembunyikan rasa takutnya. " Buat apa gue takut sama kalian yang beraninya cuman keroyokan, Pengecut!!"

"Lo barusan bilang apa?!"

"Gue bilang kalian itu PENGECUT!!!" bentak Chiara dengan mendekatkan wajahnya ke mereka bertiga.

Frizka terdiam. Dia nggak menyangka ada cewek yang berani banget sama mereka. Sampai segitunya.

"Dan kalian denger ya!" bentak Chiara lagi. Yang sudah hilang kesabaran. "Gue sama sekali nggak ada niat buat deketin para Alfa. Dan gue juga nggak keganjenan sama mereka. Merekanya aja yang deket-deket sama gue! Dan kalo pun mereka nggak mau deket-deket sama kalian itu juga bukan salah gue. Karena mereka bisa bedain, mana yang pantes mereka deketin dan mana yang nggak!"

Alvin yang baru saja keluar dari basecamp dan berjalan menyusuri koridor-koridor kelas untuk menuju ke tempat parkiran. Tapi saat dia melangkah tanpa sengaja di menginjak sebuah ponsel yang terjatuh di depan salah satu ruang kelas.

"Ponsel siapa nih? Kok ada disini?" ucap Alvis dengan penuh tanda tanya.

Alvin pun memungut ponsel itu dan akan membawanya ke ruang guru. Tapi belum dia mulai beranjak pergi dari sana tiba-tiba ponsel itu berbunyi.

Ting..

Notif chat from Metha

"Ar, jangan lupa sharelock ntar"

Betapa terkejutnya Alvin kalo ponsel yang saat ini ada ditangannya itu milik Chiara. Tapi kenapa ponsel itu bisa ada di sini? Apa yang terjadi?

Alvian pun segera menghubungi telp rumah nya Chiara. Tapi justru yang dia dapati adalah. Chiara belum pulang sejak tadi. Dan itu semakin menambah kekhawatirannya. Segera dia mencari Chiara di setiap penjuru ruang kelas, tapi nihil sama sekali nggak ada. Hanya ada satu ruang yang bisa dia cek saat ini. Ruang CCTV.

Saat akan menuju ruang CCTV, samar-samar dia mendengar suara dari arah gudang. Dia punya firasat aneh ketika mendengar suara itu.

Tanpa permisi, dia mendobrak pintu gudang dan melangkah masuk. Betapa terkejutnya dia dengan apa yang dia lihat. Ke tiga cewek yang mengelilingi Chiara kontan diam dan menghentikan aksi mereka. Menatap ngeri wajah Alvian yang merah padam seperti bom molotov yang jika tersulut api siap untuk meledak.

Bela dkk langsung menggeser tubuh begitu Alvian meneroboh masuk dan berlari mendekati Chiara dan meraih tubuhnya ke dalam pelukannya. Cowok itu menelanjangi wajah-wajah di sekitarnya dengan tatapan tajam. Tanpa banyak bicara, dia melepas ikatan di kaki dan tangan Chiara. Dan membawa Chiara keluar.

"Lo nggak apa-apa, Ar?" dengan cemas dipandangnya wajah Chiara dengan seksama.

Chiara tak menjawab. Dia sakit hati, marah, dongkol, emosil. Seenaknya mereka main nge judge dia keganjenan. Nggak pada tau apa kalo yang mereka ancam tadi itu siapa sebenernya!

Alvian merasa bersalah. Makanya dia tidak bertanya lagi. malah memperera rangkulannya dan berucap lirih, "Maafin gue, Ar"

Alvian mengantar Chiara pulang dan mengembalikan ponsel yang tadi dia temukan. Selama perjalanan pulang mereka hanya berdiam tanpa satu patah kata pun.

Sesampainya di depan gerbang rumah Chiara langsung keluar tanpa menawari Alvian untuk mampir dia hanya mengucapkan terima kasih dan lalu pergi. Dia hanya sedikit kesal saja bukan karena dia nggak punya rasa terima kasih ke Alvian.

Chiara bahkan lupa menanyakan bagaimana cara Alvian menemukan dia. Bahkan dia juga lupa mengirimkan sharelock ke Metha, jika dia tidak telp kembali dengan Metha.

Dia terus mengurung dirinya di kamar hingga sebuah ketukan pintu membuatnya untuk beranjak dari kamar.

"Non ada tamu. Katanya temennya non" ucap Bi Sia.

"Iya Bi. Sekalian tolong buatin orange juice ya, bi" ucap Chiara dingin.

Bi Sia yang menyadari tingkah aneh Nona nya itu hanya bisa diam. Sejak pulang dari sekolah Nonanya itu berdiam diri di kamar.

Chiara membuka pintu rumahnya dan menyuruh mereka untuk masuk tapi sahabatnya itu bukannya masuk malah terus mematung di depan pintu rumah.

"Kok nggak masuk?" tanya Chiara.

"Mmm kayaknya kita salah rumah dech. Maaf ya permisi!" ucap David dan membalikan tubuhnya di ikuti dengan Metha.

"Kalian kenapa malah pulang sih. Ini gue Chiara"

"APAAAA!!" teriak Metha dan David bersamaan.

Boys ConflictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang