#Confession

43 6 2
                                    

Menjelang pukul tiga sore. Taehyun berjalan tergesa dengan wajah tidak tenang. Kali ini tidak bersama empat temannya, dia sedang kebingungan mencari gadis kanadanya. Gadis itu tidak ada di bagunan belakang gedung tempat mereka biasanya bertemu. Sejak gadis itu meninggalkannya tadi siang sambil menangis dia tidak bisa memikirkan apapun. Boleh jadi dia telah melukai gadis yang dia sukai itu, hanya saja dia tidak tahu luka macam apa yang dia perbuat tadi.
Kakinya terus melangkah gusar dengan kepala yang tidak bisa memikirkan apapun, bahkan tidak bisa memperkirakan di mana Wendy sekarang. Hingga tiba-tiba kakinya berheti, di depannya berjalan dua wanita teman Wendy. Mereka menatap Taehyun dengan sorot terkejut.
"Kalian tahu di mana Wendy?" pertanyaan itu sepontan meluncur dari bibir tipisnya.
Kali ini Seulgi maju satu langkah, dia mendesah berat lalu menatap laki-laki yang sedang dekat dengan temannya ini.
"Aku tahu kau mungkin tidak mengerti apa-apa, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak marah padamu."
"Marah?" tentu saja laki-laki itu bingung.
"Tadi Wendy meninggalkanmu dalam keadaan menangis bukan?"
Laki-laki itu mengangguk, Joy mendesah pelan di belakang Seulgi.
"Biar aku saja yang bicara..kau bisa ke sana duluan."
Joy menarik tangan kurus laki-laki itu, membawanya menjauh dari Seulgi yang memilih untuk menunggu mereka. Joy menatap mata biru lelaki di hadapannya. Dia medesah pelan
"Aku tidak tau kau akan menyatakan perasaanmu padanya, lebih tepatnya memintanya menjadi kekasihmu." Taehyun masih belum bisa menebak arah pembicaraan ini. apa salahnya? "Wendy punya pengalaman buruk berkencan dan berurusan dengan laki-laki. Kami sendiri tidak tahu bagaimana tepatnya masalah itu, dia tidak pernah menjelaskan. Dia memang dekat dengan banyak laki-laki yang menaruh hati padanya. Tapi tidak ada yang sedekat dirimu, dan kami tidak menyangka kau akan menyatakan hal semacam itu mengingat siapa dirimu selama ini..."
"Aku...-"
"Kau di mata wanita berbeda dengan presepsi pribadimu tentang dirimu sendiri selama ini. kau sangat populer di kalangan kami dan sepertinya tidak mungkin kau melakukan hal seserius tadi... itu pikiran kami selama ini
"Tapi Joy, kau tahu send...-"
"Tidak, aku tidak tahu apa-apa tentang dirimu.... aku tidak pernah tau apa-apa tentang dirimu termasuk kesungguhanmu terhadap wanita." Lagi-lagi gadis tinggi itu memotong kalimat Taehyun.
"Park Joy!" habis kesabarannya kali ini, dia membuang nafas dengan keras
"Kau tdak perlu meyakinkan aku atau kami bertiga. Kau cukup jaga sikapmu dan buktikan apa yang kau ucapkan tadi. Kau hanya perlu meyakinkan dia bahwa dia tidak harus takut memulai lagi... kau hanya perlu berusaha lebih keras untuk kakakku, jika kau berhasil itu berarti kau berhasil mengobati lukanya dan kau bisa memiliki hatinya, tentu saja."
Joy menatap mata Taehyun yang masih terlihat gusar, laki-laki itu tengah memahami apa yang dikatakan Joy barusan. Masih belum menemukan apapun untuk menjawab gadis di hadapannya. "lakukan yang terbaik jika kau benar-benar ingin melanjutkannya. Kami tidak menganggapmu laki-laki yang buruk, tapi kami benar-benar berharap kau tidak melukainya, aku pergi dulu..."
Joy meninggalkan laki-laki yang masih mematung itu, dia masih berkuat dengan pikirannya sendiri. Mencerna semua informasi barusan dengan kepala menunduk.
***
Wendy menoleh saat merasakan bahunya disentuh. Dia sedikit terkejut namun segera kembali pada ekspresinya semula. Taehyun, lelaki itu yang baru saja membuatnya menoleh karena sentuhan di bahunya.
"Maaf, aku tidak berani memanggilmu..." laki-laki itu beranjak duduk di sampingnya. Tempat yang memang dari tadi kosong. Wendy masih tetap diam, terus menunduk padahal tidak ada hal menarik dari ujung sepatuya itu.
"Aku minta maaf...."
"Untuk apa?"
Bukankah tidak ada yang salah pada meraka berdua? Tidak terjadi apa-apa kan?
"Untuk..... yah.., aku hanya minta maaf..." tapi untuk apa? Entahlah, dia juga tidak tahu kenapa dia meminta maaf.
"Tidak ada yang salah... tidak ada yang perlu meminta maaf..."
Wendy menoleh dan tersenyum. Jujur saja Taehyun terkejud dengan hal itu. bagaimana bisa? Gadis bermata coklat itu terlihat muram saat dia datang ke sini tadi... tapi sekarang dia justru tersenyum dan senyumnya itu sangat manis dan ceria.
"Tidak ada yang salah. Kau tidak melakukan apa-apa... semua itu murni berasal dari diriku sendiri, kau tidak melakukan kesalahan apapun untuk kemudian meminta maaf padaku. Pasti salah satu dari mereka baru saja menemuimu kan?"
"Mereka?" alis Taehyun tertaut.
"Salah satu dari Irene eonni, Seulgi, atau Joy... benar kan?"
Taehyun bergumam kecil dan mengangguk, "Tapi mereka tidak menemuiku... aku hanya tidak sengaja bertemu Seulgi dan Joy lalu memaksa mereka mengataka dimana dirimu... kemudian Joy menceritakan semuanya...."
Diam beberapa saat, tapi Wendy terus tersenyum sambil menatap ke depan. Entah apa yang dia lihat. "Baiklah kalu begitu..." Wendy menghela nafas panjang lalu menoleh pada Taehyun. Tentu Taehyun ikut menoleh. Lagi-lagi merasa aneh dengan yang dikatakan gadis Kanada ini.
"Ayo kita lakukan...."
"Apa?"
"Kau memintaku untuk berkencan denganmu kan? Sekarang, ayo kita lakukan itu... ayo berkencan...."
Taehyun membulatkan matanya. Apa yang barusan gadis ini katakan? Apa dia salah dengar? Tolong, apa yang terjadi pada telinganya? Kupingmya masih berfungsi dengan baik kan? Apa gadis ini baru saja mengatakan 'iya' pada tawarannya tadi siang?
Wendy menaikkan sebelah alisnya, "Hey.. aku baru saja menerima tawaranmu tadi, kenapa kau sekarang jadi diam begitu? Apa kau mati?" tawa Wendy pecah, "Tidak perlu kaget seperti itu... reaksimu telalu berlebihan dan terlalu lama anak muda..."
Taehyun masih belum bisa beraksi. Dia benar-benar merasa hampir meledak. Dan mulai saat itulah mereka berpacaran.
***

There Has Never Been a Day I Haven't Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang