Bagian 1

189 22 1
                                    

Lelah. Seharian mencari ide untuk satu bab terakhirnya membuatnya kualahan. Sebelum pukul dua belas malam hari nanti, Ia harus menyetorkan naskah ke penerbit yang telah meminang ceritanya.

"Gue nggak bisa kayak gini. Gue harus cari inspirasi!". Tukasnya mantap.

Ia bangkit dari balkon untuk mengambil kunci mobilnya, serta membawa laptop, ponsel, dan dompet.

Sambil berlarian menuruni tangga, ia berteriak, "Bundaaaaa, Kinar pergi dulu yaa! Mau ke cafe, cari inspirasi. Yaa bunn yaaa?"

"Iyaaaa! Jangan malem-malem pulangnyaa," Terdengar sahutan dari sang Bunda dari arah dapur. "Iyaaa Bunnn."

Kinar memasuki mobilnya, dihidupkannya mesin, dan mulai dijalankan mobilnya keluar dari gerbang rumahnya dan akhirnya keluar dari komplek perumahan.

***

Seperti malam minggu kebanyakan, jalanan sedikit macet akibat para pemuda dan pemudi yang berlalu lalang merayakan weekend. Menikmati indahnya malam minggu, membebaskan diri dari belenggu buku-buku, dan yang terakhir bertemu pacar untuk melepas rindu.

Kinar bernapas lega setelah sampai di parkiran cafe. Seperti dugaannya, cafe ini akan ramai dikunjungi para sejoli untuk menghabiskan malam minggunya disini.

Kinar mengambil duduk di tengah-tengah ruangan cafe. Matanya menelisir ke sekitarnya, dilihatnya beberapa pasang sejoli sedang bermesraan dengan disertai canda tawa yang semakin mempermanis hubungan mereka, dan memperkikis hati para jomblo yang melihatnya. Miris!

Kinar memanggil pelayan untuk memesan makanan yang ia inginkan. "Mbak!" Pelayan wanita yang merasa dipanggil Kinar menoleh, kemudian berjalan menghampiri Kinar dengan senyum tercetak dibibirnya.

"Ada yang bisa saya bantu?".

"Saya pesan spaghetti spesialnya satu, kentang goreng krispinya satu, lemon tea satu, and milkshake cappuccino nya satu"

"Hidangan akan siap dalam sepuluh menit mendatang. Mohon menunggu," Kinar hanya tersenyum menanggapi ucapan pelayan tersebut.

"Dikiranya nunggu itu enak apa. Udah gitu sendirian lagi. Keliatan banget jomblonya" Batin Kinar berteriak histeris. Lebay!

Kinar mengeluarkan laptopnya. Dibukanya naskah yang belum sempat diselesaikannya tadi, "Gara-gara udah lama gue gak pacaran, Gue hampir lupa rasanya diromantisin. Ah, Gue lupa. Ada untungnya juga mereka pada pacaran disekitar gue. Bisalah dijadiin inspirasi buat scene romantis."

Ngomong-ngomong. Naskah yang sedang diselesaikan Kinar malam ini memuat genre humor-romance. Walaupun hidup Kinar flat-flat saja, Dirinya mampu membuat para pembacanya tertawa ngakak karena membaca karyanya. Ah, jangan dilupakan, Kinar 'sedikit' kesusahan jika membuat scene romantis.

Lima menit berlalu, Kinar masih fokus didepan layar laptop yang menyala dengan jari-jari yang bergerak lincah diatasnya. Sesekali matanya bergerak ke kanan kiri untuk mencari adegan yang pas untuk ia tulis.

Lima belas menit kemudian, dengan bermodalkan titik fokus yang tinggi, Kinar berhasil menyelesaikan naskah yang selama ini menghantui dirinya, "Huh. Selesai juga. Kalo gini kan gue gak bakal diteror lagi sama si Beni. Tinggal klik, Kekirim deh. HAHAHA GUE BEBAS!".

Kinar sedikit berteriak. Pengunjung cafe memusatkan atensi-nya pada Kinar. Tersadar apa yang barusan ia lakukan, Ia menunduk dan mulai menyuapkan kentang goreng ke dalam mulutnya dengan cekikikan.

***

Dear penerbit gadungan,

Kau selalu menerorku dengan chat busukmu itu.

Amateur Writer Vs Fake PublisherWhere stories live. Discover now