01 | start

466 54 3
                                    

Gilgamesh menopang dagunya di atas balkon, memandang gemerlap kota di malam hari seperti ini terasa menyegarkan. Memberikan sensasi yang mirip seperti saat ia masih menjadi raja di Uruk. Ketika semua kejayaan berada dalam genggaman tangannya.

Pandangannya berganti pada langit temaram yang menampakkan bintang secara samar, cahaya di bawah tidak memungkinkan bagi bintang-bintang itu untuk terlihat jelas. Menghalangi cahaya yang seharusnya memperindah langit.

"Hidup sendirian itu seperti memakan apel beracun 'kan."

Gilgamesh menoleh, mendapati Izuna dengan kimono berjalan menghampiri. Dia menyesap wine dalam goblets bening, tersenyum kecil, "rasanya enak tetapi mematikan," helaan nafas lolos dari mulutnya, "menyenangkan sekaligus menyesakkan. Seperti kau ingin keluar namun tidak mengenal jalan keluarnya."

Gilgamesh mengeluarkan kekehan kecil. Merasa keduanya bukan hal yang cocok untuk disandingkan. "Bukankah akan lebih mudah mengatakan langsung maksudmu." Gilgamesh membalikkan tubuh dan bersandar pada pembatas, "tidak akan ada orang yang mengangkat topik seperti itu padaku."

Izuna mengangkat bahu. "Aku hanya melihatmu dari persepsiku sendiri, katakanlah egois." Ia meletakkan goblets dalam genggamannya di atas meja bundar kaca yang terletak di sisinya, memandangi pantulan bulan di dalamnya.

Semua itu tidak luput dari manik merah Gilgamesh, mencoba menerka apa yang dipikirkan sekaligus memperhatikannya. Dengan surai coklat keabuan beserta wajah aristokrat yang menyerupai orang-orang pada zaman Eropa dulu ditambah mata bulat dengan bulu lentik membuatnya tampak menawan sekaligus mematikan. Memancarkan kharisma yang kuat untuk seorang gadis berusia belasan.

Ia menghela nafas, "untuk apa berbuat sesuatu dengan kemunafikan?" Dia menyeringai melihat goretan perubahan di wajah Izuna, "sekalipun mereka menyukaimu, mereka hanya menyukai sisi yang kau tunjukkan." Bisiknya rendah tepat di telinga. Menikmati bagaimana gadis itu berusaha mempertahankan emosinya.

Manusia akan selalu menjadi makhluk yang menarik untuk diperhatikan dan menjadi objek favoritnya.

Izuna mengeratkan genggamannya, "jangan seolah kau mengetahui semuanya, hidup selama ribuan tahun tidak membuatmu menjadi lebih baik."

Gilgamesh tertawa, "kau ini bodoh ya, aku jelas yang terbaik."

Izuna merotasikan matanya, "dengan memamerkan itu semua?"

"Kau naif sekali," menggunakan jari telunjuknya, raja para pahlawan itu mengangkat dagu Izuna, "dan tanpa itu, akan banyak sekali orang yang menggongong padamu. Bukankah itu merepotkan?"

Izuna menarik lengan Gilgamesh, menguncinya di bawah tubuhnya dalam sekejap mata, "sebaiknya perhatikan juga sikapmu, aku tidak peduli kau siapa. Jangan menyentuhku sembarangan."

Gilgamesh tidak lagi bisa menahan tawanya, "kau jelas di benci semua orang."

Singkat, tapi kata itu tepat sasaran. Membuat gadis itu bangkit berdiri, menatapnya yang terbaring di lantai dengan tajam.

Gilgamesh tersenyum, kekuatannya tidak seberapa dan ia akan dengan mudah menyingkirkannya tapi dia menyukai keberanian gadis itu. "Aku akan menunjukkan apa keinginanmu," ucap Gilgamesh sambil mendudukkan dirinya. "Mari kita buat kesepakatan."

Izuna mengangkat alisnya.

"Akan kutunjukkan padamu dunia ini." Dia menyeringai, "setidaknya yang sesungguhnya. Bukan kamuflase dari orang-orang sok hebat yang tinggal di sini. Bukankah tawaran dari seorang Raja sudah berlebihan untukmu, zasshu? Kau tidak memiliki hak untuk menolak."

"Lalu? Kau ingin apa dengan itu? Membunuhku perlahan?"

Gilgamesh tersenyum miring, "bagaiamana? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Aku hanya menggiring mereka, Futazawa." Dia menatap kota dari sela-sela tiang balkon, garis-garis wajahnya berubah. "Aku sendiri-"Gilgamesh terdiam dan menutup mulutnya, menghentikan ucapannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

unbreakable┊ gilgamesh˚✩ ⋆。Where stories live. Discover now