4: Renia of the past

993 80 2
                                    

Hmm, entah kenapa senyumanya mirip senyuman seorang sahabatku dulu... Batin Dylan. Ia hanya tersenyum tipis

-______________________________________-
-- Tobot: If I Was a Girl --

Setelah dijemput ibunya dan pulang kerumah, Renia lalu makan bersama ibunya. Dan setelah makan, ia berbaring di tempat tidurnya karena kelelahan. Ia memikirkan kejadian-kejadian yang ia alami sejak kembali bertemu Dylan.

Aku benar-benar bingung. Entah kenapa rasanya aku menyukai Dylan. Tetapi sadarlah Ryan! Kamu kan aslinya laki-laki... Batin Ryan sambil memegangi kepalanya.

*Tok.tok.tok*
"Renia, apa boleh ibu masuk?" Terdengar suara ibunya dibalik pintu kamar.

"Oh ya, boleh bu."

Ibunya lalu masuk sambil membawa sebuah album coklat yang terlihat usang. Ia lalu duduk di tempat tidurnya renia.

"Ini nak. Biar kamu ingat, ibu ingin menyampaikan kenangan-kenanganmu dulu." Ucap ibunya sembari membuka albumnya

"Iya, sebentar ya."

Renia lalu bangun dan duduk disamping ibunya sambil melihat foto-foto albumnya.

Ibunya lalu menunjukkan sebuah foto anak kecil berambut coklat yang diikat dua. Di foto tersebut nampaknya ia sedang bermain di ayunan yang didorong oleh seorang pria berambut hitam yang tersenyum ke arahnya.

"Nah, kalau kau tahu. Dulu kau suka sekali main ayunan di Taman Kota dulu. Dan ini ayahmu" ucap ibunya menunjuk pria pada foto tersebut

Berikutnya, berupa foto anak yang sedang memegang sebuah piala dengan ibunya renia, juga dengan seorang lelaki kecil berambut coklat berantakan disampingnya.

"Ini adalah hari di mana pertama kalinya kau mendapatkan piala pertamamu. Disaat itu ibu sangat bangga padamu, Renia. Karena kau bisa meraih suatu prestasi. Kau juara 2 lomba catur putri. Dan itu saudaramu, Soren. Ia 3 tahun lebih mudah darimu, waktu itu ia ingin foto bersamamu saat kau menang."

Berikutnya, berupa foto Renia yang sedang bersama keluarganya.

"Nah, dan ini.. adalah foto kenangan yang paling indah. Waktu itu kita pernah ke desa untuk menemui kakek dan nenekmu. Kau senang sekali karena dulu, nenekmu Shina suka bercerita tentang pengalamannya waktu ia seumurmu. Terus kakekmu Kao yang suka bercanda dan pergi memancing bersamamu. Tapi sayang sekali kita hanya bisa bertemu mereka sesekali saja. Karena mereka sangat sibuk, sehingga tidak memiliki waktu untuk anak dan cucunya sendiri." Ucap ibunya. Senyuman di wajahnya agak memudar.

Ia lalu menutupi album tersebut.

" Ini albumnya. Jika kau masih ingin melihatnya, silakan saja. Tapi jangan terlalu lama ya, soalnya kau harus beristirahat."

"Iya, terima kasih ibu." Renia tersenyum, ia lalu membuka-buka lagi album tersebut. Ibunya lalu meninggalkannya.

Foto-fotonya bagus, tapi ayah ada dimana ya? Batinnya merasa penasaran.

-______________________________________-

Keesok harinya, saat dikelas, disekolah. Ada seorang gadis berambut pirang yang mendorong buku-bukunya yang ia taruh di atas meja.
"Hei Renia! Sudah lama nggak berbicara ya? Emangnya kau melupakanku? Huh tega sekali." Ucap gadis tersebut dengan nada mengejek.

Renia merasa kesal sekali, namun ia mencoba untuk mengontrol emosinya.

"Emangnya kenapa? Maaf jika aku tidak mengingatmu, aku sedikit agak lupa sejak kecelakaan kemarinnya. Oh, dan tolong kembalikan buku-buku yang baru saja kau jatuhkan." Ucap Renia dengan nada halus

Bukannya membantu, ia malah menginjak buku-bukunya.

"Cih.. buat apa kau membawa buku sejelek itu? Lagipula kau harus menjaganya lebih baik karena itu pinjaman perpus. Lihat saja buku punyaku. Buku ku kusampul dengan rapih dan tidak berdebu sama sekali. Juga lebih baik daripada buku jelekmu itu." Katanya dengan sombong dan merasa tidak bersalah.

Renia kaget melihat kejadian itu. Tiba-tiba Lina mucul dibelakangnya.

"Hei Melissa. Apa masalahmu hah!? Buat apa kamu mengganggu Renia?" Sahutnya menatap tajam.

"Oh, maaf. Emangnya aku bersalah haah? Itu kan salahnya Renia karena ia tidak menjaga buku-bukunya dengan baik.." katanya sambil memalingkan mukanya

"Enak saja! Kau yang menginjak buku-buku ku tadi. Kenapa kau tidak memperingati ku dengan baik-baik saja." Sahut Renia dengan perasaan kesal sekaligus sedih.

"Terserah!! pokoknya aku nggak ber-SALAH!" Ucap Melissa dengan penekanan pada kata 'salah'. Ia lalu pergi meninggalkan mereka berdua sebelum ada yang mengetahui kejadiannya.

Renia merasa sedih, sangat sedih. Baru pertama kali is merasa seperti apa rasanya jika ia dibully. Lina lalu coba untuk menenangkannya.

"Sabar ya Ren.. lagipula Melissa itu selalu saja menyebalkan. Dulunya dia sangat baik sepertimu. Dia bahkan jadi sahabatku ketiga kita dulu. Tapi entah kenapa dia memiliki suatu masalah denganmu. Sejak itu dia selalu saja mengganggu kita. Untung saja dia ada dikelas lain. Jadi kita tidak usah menemuinya setiap hari." Ucap Lina yang menatap ke pintu kelas.

Renia hanya mengangguk pelan. Ia lalu mengambil buku-bukunya dan duduk dibangku sampai pelajaran dimulai.
-______________________________________-

Bel istirahat terbunyi. Renia tidak kekantin. Ia ingin ke kelas 6-2 untuk menemui Dolly.

"Hei Dolly!" Sapa Renia

"Uh hallo! Kamu Renia ya?" Tanya Dolly

"Iya. Kamu tahu dari mana?"

"Dari Dylan" jawab Dolly singkat.

"Oh... Aku datang kesini karena ingin berteman denganmu, boleh kan?" Tanya Renia dengan penuh harap

"Wah, tentu saja boleh! Sudah lama tidak ada yang mengajakku berteman. Soalnya sih aku sibuk dengan membuat laporan di Daedo😁."

"Ah tidak apa-apa." Ucap Renia tersenyum.

Renia lalu mengajak Dolly berbicara. Mereka bercanda-canda, bertawa ria, dan saling bertukar kisah (sambil makan).

Tetapi ada satu hal yang pasti, apa masa lalunya Renia yang dulu terkait dengan Melissa yang dulunya berteman menjadi musuh? Ataupun hilangnya Ayah Renia?

Bersambung...

-______________________________________-

Jangan lupa vote dan comment!!

😊

Tobot: If I Was a GirlWhere stories live. Discover now