24

30.7K 742 36
                                    

Air mata Laura menetes. Ia menangis tidak menyangka mahkota paling berharga miliknya akan dirampas oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Mata tertutup sambil meringis perih, tapi tiba-tiba pria yang ada di atasnya mengentikan semua gerakannya.

Juan merasakan mual dan segera beranjak dari atas tubuh Laura. Ia berjalan sempoyongan menuju kamar mandi memuntahkan semua isi dalam lambungnya di toilet. Sambil memegang perutnya ia keluar dari kamar mandi ke atas ranjang. Kepalanya pusing dan tertidur tempat tidur. 

Laura menarik napas lega, Juan Carlos tidak jadi melakukan hubungan intim dengannya.

"Syukurlah aku selamat," ucapnya penuh dengan rasa lega.

Laura beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Ia sangat bersyukur laki-laki itu tidak jadi melakukan hubungan intim dengannya. Walau ada sedikit rasa perih di bagian bawahnya. 

Sekarang Laura bingung. Ia melihat pakaiannya sudah berserakan di lantai dan sudah robek dibuat oleh Juan. Ia harus segera pergi dari Villa tersebut, tak mungkin tidak mengenakan pakaian. Matanya tertuju pada sebuah lemari yang ada di dalam kamar tersebut dan membukanya lalu mengambil kemeja berwarna hitam.

"Aku pakai ini aja daripada pergi dalam keadaan telanjang," ucapnya.

Laura mengenakan kemeja Juan yang kebesaran dan segera keluar dari kamar tersebut dengan ketakutan. Ia melawati begitu saja dua orang pengawal yang ada di depan tangga lantai dua dan pergi dengan berlari menuju lantai satu. Tapi, malah berpapasan dengan Dody.

"Kamu mau ke mana?" tanya Dody.
"Aku mau pulang. Pria itu hampir memperkosa aku," ujar Laura.
"Kamu tidak bisa pulang begitu saja. Kamu harus menyelesaikan tugasmu melayani Tuan Juan."
"Aku ga mau! Aku bukan pelacur!"

Dody sangat kesal mendengar teriakan Laura dan menariknya. Di saat Dody menarik Laura, Jerico melihat hal tersebut lalu menghampir mereka.

"Hei... hei... ada apa ini?" tanya Jerico.
"Maaf Tuan Juan. Wanita ini lari dari kamar Tuan Juan dan saya akan membawanya kembali," ucap Dody.

Jerico memperhatikan penampilan Laura. Wanita yang ada di hadapannya tampak berbeda dari sebelumnya. Bibirnya memerah, rambutnya acak-acakan, dan pakaiannya pun sudah berbeda. Ia mengenali kemeja yang digunakan wanita tersebut milik kakak sepupunya, Juan Carlos.

"Apa Kak Juan menolak wanita ini?" tanya Jerico.
"Saya tidak tahu Tuan." Dody ingin segera meninggalkan Jerico.
"Kak Juan tidak sembarangan dalam memilih wanita yang menemaninya. Wanita ini buat aku saja." Jerico langsung menarik Laura dari Dody.
"Tuan, wanita ini milik Tuan Juan!" ujar Dody dengan suara tegas.

Jerico melihat tajam ke arah Dody. Ia sangat marah jika ada seorang bawahan berani membentaknya.

"Kurang ajar kamu! Kamu tidak tahu siapa aku, hah!" hardik Jerico.

Dody langsung menundukan kepalanya. Ia sangat mengetahui Jerico Carlos. Seorang pemuda berusia 21 tahun yang merupakan sepupu Juan Carlos. Hidup Jerico selalu mewah, suka menghambur-hambur uang dan selalu berlindung dibalik kekuasaannya Juan Carlos. Tak ada yang berani mengusik Jerico selama masih Juan Carlos melindunginya.

"Sa-saya tau siapa Tuan Jerico, tapi wanita ini pesanan Tuan Juan," ucap Dody yang ketakutan.
"Apa kamu bodoh! Juan Carlos sudah menolak wanita ini dan sekarang wanita ini menjadi milikku."

Dody tak dapat lagi membantah perkataan Jerico. "Ba-baik Tuan." Ia pun dengan terpaksa merelakan Laura di bawa paksa oleh Jerico.

Dody terpaksa merelakan Laura di bawa paksa oleh Jerico ke dalam ruang vip. Ia mengetahui kalau ada dua orang lagi teman Jerico di sana yang terlahir dari anak-anak orang kaya. Vian merupakan anak pengusaha properti termuka, dan Gery, seorang anak dari pengusaha otomotif. Tak ada yang meragukan kekayaan orang tua mereka yang bekerja keras menjadi pengusaha sukses.

Akan tetapi berbanding terbalik oleh kelakuan anak-anak mereka yang hanya mengandalkan harta kekayaan orang tua saja. Terkadang harta kekayaan seseorang tidak menjamin kehidupan anak-anaknya menjadi lebih baik malah terjerumus di atas kekuasaan orang tua.

Badan Laura bergetar, keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia ketakutan berada di tengah-tengah mereka seakan menjadi hewan buruan di antara pemburuan. Ketiga pria yang seperti pemburu seakan ingin melahapnya hidup-hidup.

"Jadi siapa namanu?" tanya Jerico
"A–aku, Alexia," jawab Laura tergagap.
"Berapa usiamu? Sepertinya kamu masih remaja," ucap Vian yang penasaran pada Laura.
"Sa–saya berusia 21 tahun."
"21 tahun? Serius usiamu segitu sepertinya kamu masih 16-17 tahun." Vian menatap Laura tak percaya.
"Saya ada kartu pengenal untuk membuktikan berapa usia saya. Badan saya memang kecil terlihat seperti remaja."

Ketiga pria tersebut bertatapan. "Udah pake ajalah Jer. Kapan lagi nyobain barang bekas Juan Carlos," bisik Gery.
"Iya Jer. Ga mungkin Juan Carlos yang kaya raya dan berkuasa itu memilih wanita sembarangan," balas Vian berbisik juga.
"Iya ya kalian benar juga. Ga mungkin kak Juan sembarang memakai wanita. Lihat saja rambutnya sudah acak-acakan. Palingan udah di pake sama Kak Juan," ucap Jerico.
"Nah, makanya ini kesempatan kita untuk ikut mencicipinya." Vian menatap Jerico serius.
"Oke lah kalau begitu. Kalian usir nih cewek-cewek ga jelas dan kita cicipi wanitanya kakak sepupuku." Jerico berkata dengan semangat.

Laura duduk dengan ketakutan di antara Jerico, Vian, dan Gery. Entah masalah apa lagi yang akan dihadapinya kali ini.

Sweet Revenge Where stories live. Discover now