10

15.5K 2.1K 63
                                    

Cuplikan Part :

Setiap orang pasti pernah berada dalam fase dimana dirinya merasakan sebuah penyesalan. Membuat perandaian datang. Andai waktu bisa di ulang, perbuatan atau perilaku tersebut tidak akan pernah di lakukan. Sayangnya, itu hanya sebuah angan-angan. Toh, waktu tidak akan bisa di putar. Apa yang bisa dilakukan? Selain memperbaiki.

Dan tentunya, tidak lagi mengulang sebuah kesalahan yang sama.

"Aku merasa ada keanehan pada Cio"

Andrean mengajak Marsha mengobrol setelah memastikan Marsha makan dengan baik. Walau hanya makan setengah porsi dan segelas susu ibu hamil. Itu sudah cukup.

"Aku tidak mengerti"

"Cio punya teman, Marsha. Teman tak terlihat"

Marsha tertawa kecil, "Cio masih anak-anak. Mungkin itu hanya sekedar khayalannya saja."

"Kau melupakan satu hal.."

"Apa?"

"Anak kecil tidak bisa berbohong"

Di detik itu, Marsha terdiam. Dan diamnya Marsha, Andrean manfaatkan untuk mengungkapkan keganjilan yang ia rasa.

"Hari dimana Izy menolakku, saat Ara menangis. Cio mengucapkan satu hal padaku sebelum mengikuti kalian masuk ke dalam mobil Marcel.."

Marsha memegang gelas dimeja dengan kedua tangan, ia menatap Andrean. Mendengarkan pria itu berbicara dengan seksama.

"Cio bilang, Dia tahu aku Papanya. Dari temannya. Dia juga bilang, temannya itu hanya dia yang bisa lihat"

Andrean mengepalkan sebelah tangannya yang berada di bawah meja, tepat berada di atas pahanya. Sementara satu tangan lainnya, menggenggam gelas di atas meja. Hanya karna dirinya mengingat hal yang tak seharusnya ia ingat. Ia menunduk. Lebih memilih menatap gelas di tangannya daripada hal lain.

"Tadi pun, ketika aku menghampirinya. Kamarnya berubah berantakan. Jika kau pikir Cio yang melakukannya. Kau salah. Cio bilang yang melakukan semua itu temannya"

Tenggorokannya terasa kering, Andrean meminum segelas air putih hingga tandas.

"Sebelum semua ini terlalu jauh. Tidak salahnya kita membawa Cio ke psikolog. Mencari tahu yang Cio alami dan kita sebagai orang tu-a.." udara malam ini dingin tetapi ucapan terakhirnya yang sampai membuatnya terbata itu, entah kenapa bisa menghangatkan hatinya. Ingin sekali ia mengulang-ulang kata-kata tersebut, "...kita sebagai orang tua juga perlu belajar bagaimana cara menghadapi anak yang seperti ini. Ku harap kau mengerti maksudku"


Pengganti 2 ( Selesai ✓ )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora