Satu

400 10 0
                                    


INT. Apartment Benny Ariamindo

Lisa tersentak saat sadar jam tangannya sudah menunjukkan pukull 3 siang. Dengan bra menutupi payudaranya ia buru-buru beranjak duduk ke tepi ranjang. Ia hendak mengambil G-string berwarna merah maroon di sisi kanan tubuh moleknya, namun sebuah tangan kekar lebih dulu mengambil celana itu. Gadis itu merenggut kesal.

"Oh, c'mon! Gue buru-buru nih!" ucapnya dengan alis ditekuk. Pria dihadapannya tidak menurut begitu saja.

"Lo buru-buru karena ngejar flight atau ngejar pilot lain?"

Lisa merampas G-stringnya dan langsung berdiri mengenakan sisa pakaiannya. "Sorry. Gue gak pernah ngejar spesies berjenis laki-laki. Unless lo punya hutang sama gue, sampai ke neraka juga gue rela ngejernya. Selain itu, emoh!"

Seragam pramugari sudah terpasang rapi. Namun bukannya langsung pergi, Lisa malah kembali mendekatkan diri pada Ben dan membisiki Captain muda itu dengan suara serak nan menggoda khas miliknya.

"But they did. Mereka yang ngejar-ngejar gue. Dan gue gak pernah keberatan sih sama itu."

Benny menarik tubuh Lisa dan menciumi gadis itu penuh kasih sayang. Beberapa detik kemudian mereka saling bertatapan.

"6 bulan kita FWB-an, masa sih lo gak punya perasaan apapun ke gue, Sa? Memangnya lo gak pengen settle sama satu laki-laki doang?"

Lisa tertawa meremehkan, seolah apa yang baru saja Benny katakan itu sangat lucu baginya.

"Gue? Cinta sama elo, Ben? Oh God. Mending gue jadi lesbi deh!"

"Why not? Gue gak nemu kekurangan gue apa sampai lo better jadi lesbi ketimbang pacaran sama gue doang. Gue baik, super tajir pula, even gue dipecat dari company ini, gue bisa tetep nafkahin lo 7 turunan modal goyangin jempol doang, kalau ganteng gak usah ditanya deh, pramugari mana yang gak pernah minimal gak ngajak gue foto bareng? Saking gantengnya, mereka semua malah request ke schedulling supaya bisa terbang bareng gue. Nah, coba kasih tau gue, kekurangan gue apa? Gak usah banyak-banyak deh, sebiji aja kalo ada, lo kasih tau gue sekarang juga."

Lisa berpikir sejenak. Kalau mesti jujur, laki-laki dihadapannya memang gak punya cacat satupun. Sebagai laki-laki dia sempurna, meski berasal dari keluarga super rich Surabaya, Benny tidak pernah sekalipun menggunakan kekuasaan keluarganya untuk mendepak orang yang tidak disukainya. Ia juga sangat ramah dengan pekerja level bawah seperti porter ataupun office girl. Selain itu, ketampanannya juga sudah sangat terkenal seantero Indonesia. Ia sering masuk ke akun-akun instagram yang menampilkan deretan pramugara dan pilot tampan padahal tidak pernah bermain social media. Akun-akun itu secara khusus membayar orang-orang yang bisa mengambil foto candid Benny. Awalnya Benny merasa cukup terganggu karena ia tidak menikmati popularitas seperti itu, selain itu ia juga takut ketahuan memiliki banyak 'pacar' di beberapa airlines. Namun setelah tau bahwa foto-foto itu menjadi ladang rezeki bagi orang-orang yang sangat membutuhkan, ia batal melaporkan papparazi itu ke pihak berwajib.

"Okay, gini deh. You tell me : kenapa gue harus terikat sama satu orang, kalau gue bisa happy-happy sama kalian semua?" tanya Lisa karena setelah berpikir cukup lama masih belum menemukan satupun kekurangan Ben. Namun ia juga tidak menemukan satupun alasan untuk melepas kesenangan dari hidup bebasnya saat ini.

"Itu-"

Benny kesulitan menjawab pertanyaan Lisa. Ia pun termasuk orang yang sulit berkomitmen dengan satu perempuan saja. Ia selalu kesulitan untuk lepas dari pramugari yang mengejarnya. Namun itu terjadi sebelum ia bertemu Lisatara Muchti yang sungguh berbeda! Perempuan satu ini justru sangat sulit untuk dipertahankan.

"Gue muak sama drama-drama percintaan, Ben. Beside, gue cuma butuh lo buat jadi tameng gue. Supaya gue gak dibully senior."

"Berarti gue gak perlu bayar nih?"

Lisa kembali tertawa, memamerkan dua lesung pipinya. Ia mengambil dompet Benny di dekat lampu meja dan mengeluarkan isinya.

"I am not a whore, but everything needs this shit! Waxing bulu jembut as you requested juga butuh duit keleus."

Benny menatap Lisa yang sedang menghitung uang. Lisa menyadari Benny yang terus menerus menatapnya.

"Berat ya, FWB-an sama gue? Next time lo pengen sex gratisan, better lo cari pacar atau istri lah!"

"Sama kaya elo, gue males ribet sama drama percintaan."

"Lah, tapi malah ngajakin gue pacaran?"

"Kalau sama lo, gue penasaran aja sih sebenernya. Jadi yaa belum tentu serius juga. Gue penasaran kenapa hubungan kita bisa bertahan sampai 6 bulan tapi lo gak sedikipun menye-menye minta status."

"Justru itu Ben, hubungan kita bertahan karena gak ada statusnya. "

Benny setuju. Ia menyodorkan tangannya dan memberi gesture untuk ber-high five.

"Forza, flight with benefit! Udah ya, gue cus dulu. See you on the next flight, Capt!"

Lisa bergegas meninggalkan Benny sendiri. Ia melirik jam tangannya dan wajahnya langsung panik karena sadar jika membuat Angga menunggu lebih dari 10 menit sama dengan masa depan suram untuk karirnya.

TING! Pintu lift terbuka. Dengan terburu-buru Lisa menarik koper memasuki lift. Lisa menekan lantai GF, tak sabar ingin menemui laki-laki lain yang sudah menantinya.

Flight With BenefitWhere stories live. Discover now