Bhre Tumapel

378 13 0
                                    

Udara malam ini terasa dingin, tapi apa yang dirasakan oleh bhre Tumapel justru sebaliknya.

Dia merasakan jika udara malam ini terlalu panas, sehingga merasa gerah didalam kamar.

Belum adanya berita yang dia terima dalam beberapa hari, bisa jadi penyebab hawa sekitarnya terasa panas.

Dia belum menerima kabar tentang serbuan ke benteng Gagak soca, menang atau kalah, hal ini yang membuatnya susah tidur.

Sunyi, itulah yang dia rasakan saat kakinya melangkah menyusuri keraton Tumapel.

Langkah kakinya terhenti, saat dalam keremangan cahaya, ada orang nembang lagu Jawa dengan membaca gulungan lontar.

Ada hal aneh menurut bhre Tumapel, abdinya tersebut nembang sambil membaca, baginya itu aneh.

Karena yang dia lihat, apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis di lontar tersebut.

" membaca dan nembang, apa masuk dipikiran yang dia baca "

Ujarnya dengan menggeleng gelengkan kepala, namun terbesit rasa penasaran di hatinya untuk mendekati orang tersebut.

" apa yang kau baca? "

Abdi ini tidak menyadari kehadiran bhre Tumapel di belakangnya, sontak dia langsung terkejut dan menghaturkan hormat.

" sendiko bhre Tumapel, hamba membaca serat kakawin "

" apa masuk dipikiran ?, membaca sambil nembang "

" mohon ampun..., bisa "

Seolah tidak percaya dengan abdinya tersebut, bhre Tumapel langsung berlalu dari hadapannya.

Dia kembali mencoba untuk merebahkan tubuhnya, namun pikirannya tidak bisa diajak untuk beristirahat sejenak.

Dalam gelap dia mendengar derap langkah kaki kuda yang dipacu menuju keraton Tumapel.

" ini pasti kabar dari paman bhra Narapati ? "

Bhre Tumapel bergegas menuju keluar, dan ingin tahu, apa benar orang penunggang kuda yang datang ke keraton Tumapel adalah utusan bhra Narapati ? .

Terdengar percakapan agak keras diluar, dan bhre Tumapel mendatangi arah suara tersebut.

" ada apa ? "

" sendiko bhre Tumapel "

Mereka langsung terdiam sesaat, dan menundukkan pandangan dihadapan tuannya tersebut.

" kau membawa kabar apa ?"

" sendiko bhre Tumapel, yang mulia bhra Narapati dalam perjalanan menuju kesini "

Kabar yang membuat wajah Manggala Wardhana atau bhre Tumapel ini langsung sumringah.

Ini merupakan pertanda kemenangan yang diraih oleh bhra Narapati, dan benteng Gagak soca sudah berhasil dikalahkan.

" kira kira kapan mereka sampai disini ? "

" mungkin besok siang bhre Tumapel "

" panggil Lodaya kemari "

" sendiko bhre Tumapel "

Tak lama berselang, datang seseorang dengan mata yang masih memerah, dan terlihat dari wajahnya jika dia baru terbangun dari tidur.

" sendiko bhre Tumapel "

" Lodaya, persiapkan semua prajurit, lusa kita menuju keraton Wirabhumi "

" sendiko bhre Tumapel "

Rasa bahagia menyelimuti hati bhre Tumapel, kini dia sudah tidak lagi bertanya tanya dalam hatinya perihal bhra Narapati, karena kabar kemenangan sudah didapatkan.

Malam ini semua terasa begitu cerah dan indah, walau keadaan sebenarnya tetaplah sama, namun suasana hati yang bahagia, membuat malam ini terasa berbeda, tidak seperti sebelumnya.

Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang