Part 26

57.5K 4.8K 518
                                    

"Beri aku waktu untuk bicara!" Tanpa diminta, Charless duduk di sisi kanan Anna.

Gadis itu menunduk, mencelupkan tangan ke mangkok stainless berisi air, membersihkan jari-jarinya. "Aku pikir semuanya sudah selesai."

"Jangan ganggu dia lagi!" Axelle memperingatkan.

"Aku tidak ingin pulang," ucap Anna. Ia meraih sehelai tissue, mengeringkan tangannya.

"Kau dengar dia, Bung? Pergilah!" Axelle menunjuk posisi jalan setapak.

Charless tidak menghiraukan ucapan Axelle. Ia tetap meminta waktu pada Anna untuk berbicara. "Anna, ibumu sakit. Ia terlalu cemas memikirkan keberadaanmu."

Mama sakit? Anna memejamkan matanya, bayangan Alesha yang terbaring berkelebat di benak gadis itu. Anna juga merindukan Mama, tapi Anna tidak ingin pulang dan mengulang semuanya! Sekuat tenaga Anna menahan diri agar tidak menangis.

Menyugar rambut dengan kasar, Axelle tahu Anna tidak tega mendengar kabar ibunya. Pria itupun mengalah, barangkali Anna ingin berdiskusi dengan Charless. "Aku kembali ke villa dulu, Anna. Mungkin kau bisa mempertimbangkan keputusanmu selanjutnya. Pikirkan yang terbaik. Jika memang kau harus kembali, kembalilah."

Anna hanya mengangguk lesu. Kenapa Charless bisa menemukan keberadaannya di sini? Selama ini Anna sudah mencoba mati-matian untuk melupakan pria yang menjadi cinta pertamanya. Sekarang, pria itu justru menjadi orang pertama yang menemuinya semenjak Anna pergi.

Sepeninggal Axelle, gadis itu beranjak dari tikar. Melangkah lebih dekat ke bibir pantai. Charless mengikutinya, menghitung jejak-jejak kaki telanjang Anna di atas pasir.

"Kau bahagia berada di tempat ini? Kau tinggal bersama pria asing? Pulanglah, Anna. Tidak baik seorang gadis tinggal seatap dengan seorang pria tanpa ada ikatan pernikahan."

"Siapa yang peduli seandainya aku menjadi gadis rusak sekalipun?" tanya Anna ketus.

"Aku peduli."

"Untuk apa peduli padaku? Kau cukup peduli pada calon istrimu."

"Aku akan membatalkan pernikahan ini. Pulanglah, dan kita bersama-sama berjuang untuk cinta kita. Aku tidak ingin kau sendirian melewati semua ini."

"Aku tidak sendirian. Axelle bersamaku."

"Ayahmu akan marah jika ia tahu kau tinggal bersama pria itu."

"Dia bukan ayahku!"

"Apapun yang terjadi, Uncle Darren tetap ayahmu."

"Aku sudah memilih kebebasanku. Mereka bukan lagi keluargaku."

Charless menyentuh pundak Anna. "Kau memilih pergi dari mereka, bukan? Lalu kenapa kau justru memilih pergi bersama pria lain? Bukan bersamaku? Aku sanggup melindungimu, Anna. Apa kau pikir aku pria yang lemah?"

"Aku tidak lagi mencintaimu." Anna meremas jemarinya kuat-kuat. Mengatakan sesuatu hal yang bertentangan dengan hatinya, itu menyakitkan.

"Bohong. Bertahun-tahun kau menyimpan perasaan itu, tidak mungkin terhapus hanya dalam hitungan hari. Aku mohon Anna, berjuanglah denganku."

Anna menoleh, mata cokelatnya berkilat. "Apa kau sama sekali tidak memikirkan perasaan Kak Lea? Apa yang akan terjadi seandainya kau membatalkan pernikahan itu?"

"Aku tidak peduli dengan gadis itu! Aku hanya mempedulikan gadis yang aku cintai!" Charless meraih tangan Anna, tetapi gadis itu dengan cepat menepisnya.

"Tapi aku tidak lagi mencintaimu!"

"Kau bohong!"

"Aku mencintai Axelle!" tegas Anna. Anna menatap Charless, menyusuri satu per satu bagian wajah pria itu. Mata tajam yang selalu dirindukan oleh Anna. Bibir sensual di mana Anna menginginkannya sebagai ciuman pertama. Dada bidang yang selalu memberikan kenyamanan dengan pelukannya. Semua itu, tidak akan pernah menjadi miliknya lagi.

Salju Pertama di New YorkWhere stories live. Discover now