Chapter 10

66.7K 6.1K 2.1K
                                    

Ayok siapa yang kangen lacuna? coba absen vote dan di tebar bulan gosongnya
🌚🌚🌚

Kenapa gak ketemu kebngsd an, kerecehan dan komen ngegas kalian bikin kangen, heran
Coba dong di chapter ini komennya pakek capslock semua, lucu kali yaa 😂😂

Kenapa gak ketemu kebngsd an, kerecehan dan komen ngegas kalian bikin kangen, heranCoba dong di chapter ini komennya pakek capslock semua, lucu kali yaa 😂😂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Iya Ki, tempelin aja gak papa. Paman Sugal manis kok 🌝





"Paman Sugal tenang banyak-banyak. Unki sudah pakai celana anti ail," celetuk Hyunki sumrigah.

Sukses membuat Yungi reflek membentangkan senyum tipis ketika meraih gagang pintu studio. Menyadari bahwa pesona Hyunki memang melemahkan, Yungi sampai tidak bisa apa-apa selain mendengarkan buntalan kecil itu sudah berlari menuju salah satu sofa. Berteriak heboh bukan main.

"Aku duduk di sini!" pekiknya lantas berusaha mengangkat kaki dengan pantat menggembung karena diapers yang ia kenakan.

Yungi terkekeh dalam diam, ketika mata sipitnya memperhatikan Hyunki yang kepayahan.  Seolah bangun empuk berwarna hitam itu adalah gunung atau gedung tinggi yang harus di gapai sekuat tekad.

"Kakimu itu pendek, tidak bisa kalau naik sendiri," ucap Yungi bersamaan mengangkat tubuh gembil Hyunki di kedua sisi.

Sedangkan yang di sarkas sudah tidak perduli, yang penting bisa duduk nyaman dan mendengarkan bunyi-bunyi keren dari entah apapun itu yang di lakukan Yungi. Jujur demi susu pisang dengan rasa baru, Hyunki senang setengah mati ketika memiliki akses untuk menjelajah studio Yungi. Bagi batita dengan rambut hitam legam itu, ruangan berwarna perbaduan hitam, putih dan abu-abu ini seolah markas pahlawan yang keren.

Ada banyak hal yang bisa Hyunki imajinasikan, ia memang tidak mengerti, tetapi semua terlihat menakjubkan. Contohnya seperti headphone dan mikrofon kecil dengan kabel hitam yang terhubung kedalam audio mixer di depan layar PC. Wah, Hyunki sudah terkesima sendiri ketika Yungi mencoba beberapa notasi nada, seperti menggunakan kode-kode rahasia untuk memanggil pahlawan lain di penjuru dunia. Mendadak ingin keren seperti Yungi juga.

"Paman hali ini kelennya banyak-banyak, ya?!"

Yungi yang sudah duduk tenang dengan jemari sibuk mengutak atik mouse dan beberapa tuts piano kecil itu menarik sudut bibirnya tipis, "Tidak usah memuji seperti itu." Yungi menoleh, "Kalau berisik nanti ku tempel di dinding."

Serta merta Hyunki menggeleng serius dengan pipi gembil yang terlempar-lempar lucu, menolak dengan tegas.

"Tidak belisik kalo di kasih pelmen," celetuknya hingga Yungi sukses tertegun.

Wah memang pintar bukan main. Sudah memuji agar dibiarkan tinggal lama, sekarang mengancam dengan sejuta pertaruhan serius di sana. Walaupun Yungi tidak benar menciptakan sebuah lagu seperti beberapa minggu terakhir, tetapi mengecek beberapa kesempurnaan aransemen membutuhkan ketenangan dan konsentrasi yang cukup. Mengijinkan kaki mungil dan suara cadel Hyunki memenuhi ruangan studio adalah cobaan tersendiri bagi Yungi.

Lacuna ✔️Where stories live. Discover now