6. Mark Lee yang Lucu

2.5K 405 74
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

  Berjalan pulang bersama Mark sepertinya menjadi kebiasaan baru Micha.

  Micha masih tidak mengerti, sebenarnya apa alasan Mark mendekatinya akhir-akhir ini? Mereka memang teman sekelas. Namun, tidak seakrab ini. Hanya sekedar saling menyapa. Tak lebih.

  Kegiatan menunggu bus yang biasanya membosankan, kini tak seperti itu lagi. Seklise apapun kedengarannya, perasaan itu nyata adanya. Tak bisa Micha mengerti.

  Toh kenyataannya, Micha juga tak ingin mengerti.

  Semua terpatri dalam benak Micha--hal-hal kecil tentang Mark, cara Mark berbicara, suara Mark, senyumnya. Hatinya menjadi sebening kristal--tak perlu menengok dalam-dalam untuk mengetahui, bahwa nama Mark perlahan terukir di sana.

  Mark Lee, hanya tujuh huruf. Apa spesialnya? Kenapa hati bodoh Micha melakukan ini? Semudah ini dia membiarkan Mark merayap pelan menuju benaknya. Memberikan senyum tulusnya hanya untuk Mark.

  Micha, apa kamu juga ikut gila?

  "Aku masih belum tahu di mana kamu bekerja," kata Mark kala itu.

  Micha nyata menoleh. "Mau kutunjukkan tempatnya?"

  "Tentu," jawab Mark, terdengar kelewat ceria. Micha tak dapat menahan senyumnya.

  Ya Tuhan, sepertinya Mark harus pintar-pintar mengontrol detak jantungnya. Memalukan sekali. Bagaimana jika Micha mendengar detak jantung yang kuat itu?

  Perasaan itu memang ada, Mark mengakuinya. Dengan lembut meringkuk di hati Mark, seperti cahaya matahari sore yang mengintip melalui dedaunan.

  Ketika bus datang, Mark membiarkan Micha masuk lebih dulu, sembari memberinya senyuman. Mark juga membiarkan Micha duduk di samping jendela. Tak membiarkan Micha merasa tidak nyaman sedikitpun.

  Kalau kata anak-anak zaman sekarang--apa itu namanya? Budak cinta?

  Ah, Mark Lee rupanya memang menjadi budak cinta untuk Micha. Memalukan sekali dirimu, Mark Lee. Sekarang, kalian boleh menertawakan pemuda bodoh itu. Sampai puas. Awan-awan di atas sana saja sudah menertawakan Mark sedari tadi.

  "Micha?"

  "Ya?"

  "Apa benar aku sekikuk yang orang lain bilang?"

  Mengapa setiap Mark bertanya, hal itu selalu terdengar lucu di telinga Micha? Atau apakah Micha hanya terlalu terpesona dengan Mark?

  "Benar, kamu kikuk sekali, Mark," jawab Micha, apa adanya. Kali itu, dia tidak berbohong lagi. "Kamu sering merasa malu sendiri dengan apa yang kamu katakan. Apa aku benar, Mark?"

  Lihatlah, Mark mulai bertingkah kikuk lagi. Dia menggaruk tengkuknya yang dijamin tidak gatal sama sekali.

  "Eh ... sepertinya memang begitu."

  Micha melembutkan tatapannya. "Tapi kamu lucu kok, Mark."

  "Liar," Mark berkilah. Padahal, itu hanya akal-akalannya agar tidak terlihat malu.

  "Did I stutter?" balas Micha dengan percaya diri.

  Habis kamu, Mark Lee. Sebaiknya setelah ini, Mark Lee meminum obat jantung. Mark tidak tahu mengapa Micha menjadi sepercaya diri ini.

  "Baiklah, aku memang lucu jika kamu yang bilang begitu." Mark menyerah. Tak ada gunanya mendebat Micha. Yang ada, Mark kalah duluan sedetik setelah menatap mata Micha.

  Hati Mark kan belum siap.

  Micha tersenyum bangga. "Bagus, kamu tidak perlu merasa rendah diri lagi karena sifatmu," kata Micha.

  Lalu, semakin dekat. Hingga hanya berjarak satu kepalan tangan.

  "Laki-laki yang kikuk itu, terlihat menggemaskan di mataku," bisik Micha.

  Dan Micha pun menjauh dengan sebuah senyum. Tanpa rasa bersalah, mengobrak-abrik hati Mark. Ya Tuhan, tolong Mark.

  Mark menatap Micha dari samping dengan sebuah senyuman.

  Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, Micha.

•••

(photo: weheartit)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(photo: weheartit)


"Ah, jadi di sini kamu bekerja?"

  Mata Mark memperhatikan dengan seksama cafe tempat Micha bekerja. "Wah, luas sekali. Dan sangat cantik."

  Micha tersenyum. "Tempat ini pun selalu ramai didatangi oleh pasangan-pasangan yang ingin menghabiskan waktu di sini."

  "Kamu terdengar iri," celetuk Mark.

  "Tidak, kok," kata Micha. "Aku senang bisa melayani pesanan mereka."

  Lagipula, jikalau Micha memang iri, apa gunanya?

  "Padahal kalau kamu iri, kita bisa loh pergi ke cafe bersama-sama," usul Mark tanpa sadar.

  Ups, sepertinya Mark keceplosan lagi. Terkutuklah dia dan segala kecerobohannya.

  Otak Micha berhenti berfungsi selama beberapa detik. Dia hanya mampu menatap Mark tanpa berkedip.

  "Lu-lupakan," kata Mark, lalu menepuk-nepuk bibirnya sendiri.

  Tak Mark sangka-sangka, Micha malah tertawa. "Mark, kamu bilang aku lucu. Padahal, kamu lebih lucu."

  Telinga Mark memerah. Mudah sekali Mark tersipu karena Micha. Memang benar-benar seorang budak cinta. Mark terlihat sangat bodoh saat ini.

  "Jadi, kamu mau bertanding siapa yang lebih lucu?" tanya Mark, berusaha menyembunyikan malunya.

  "Siapa takut?" tantang Micha.

  Mark meloloskan tawanya. "Aku akan kalah telak, Micha."

  Micha ikut tertawa. "Baiklah, baiklah. Pertandingan ini memang konyol."

  Mark menatap Micha. "Oh iya, tentang usulanku tadi, pikirkan, ya. Aku serius tentang itu."

  Micha terpaku. Namun, Mark malah tersenyum. Dia pun berlari menjauhi Micha sambil melambai-lambaikan tangannya seperti anak kecil.

  "Sampai bertemu besok, Micha!"

  Micha memandang Mark yang sedang tertawa senang, berjalan mundur tanpa peduli orang-orang di sekitarnya. Senyum Micha mengembang.

  Mark Lee, kamulah yang sebenarnya sangat lucu.

•••

aku mau nanya, jawab sejujur-jujurnya ya. ini bagus gak sih ceritanya? dapet gak feelnya?

terus, chemistrynya juga dapet gak? jawab ya hehe. makasih♥

The Love We Had ▪ Mark Lee✔Where stories live. Discover now