-TENTANG WENDA (Bag. 1)-

7 1 0
                                    



Memasuki kelas 3 SMP, aku mengendap di kelas 3H.

Kelas yang menurutku sangatlah istimewa, juga menyengsarakan.

Istimewa, karena kali ini aku satu kelas dengan Wenda, juga Revi. Menyengsarakan, karena aku kembali satu ruangan dengan Adim, pimpinan Genk Gembel. Juga dengan Indra pacar Wenda, serta Idit, mantannya Wenda ketika masih kelas 1 dulu.

Dari hal ini, aku merasakan apa yang dinamakan dibawa meluncur cepat naik dan turun tanpa harus naik rollercoaster.

Walaupun sudah satu kelas dengannya, aku bahkan belum berani berbicara ataupun hanya sekedar menyapa Wenda. Ada dua buah alasan di balik itu.

Pertama, pastinya aku tidak bisa mendekatinya karena ada pacarnya, Indra.

Kedua, aku tidak ingin terlihat kalau aku menyukainya. Dikarenakan, mantan dan pacarnya berada di dalam satu kelas, denganku.

Oleh karenanya, aku lebih baik cuek terhadapnya.

Hari – hari berlalu dalam kelas itu. Dan terasa biasa – biasa saja. Sampai – sampai, aku tidak merasakan lagi kalau sebenarnya aku sedang cuek terhadap rasaku ke Wenda.

Hingga pada suatu pagi, baru saja aku sampai di kelas, kulihat Indra sedang duduk dengan Wenda. Jujur saja, aku tidak ingin memperhatikan keduanya. Karena itu hal biasa di kelas. Namun, kejadian kali ini lain. Wenda terlihat sedih. Aku yang sedang duduk di belakang mereka pun terkejut. Ketika secara tiba – tiba Indra memukul meja lalu pergi meninggalkan Wenda menangis sendirian.

Ingin rasanya, aku duduk disampingnya. Lalu ku usap air matanya dan membiarkannya bersandar pada bahuku. Tetapi, aku masih tahu diri. Siapalah aku untuknya.

Datanglah Nila dan kawan – kawannya menenangkan Wenda. Dan aku, hanya pura – pura tidak mengetahui apa yang terjadi dengannya. Kasihan sekali, aku.

Seharian aku penasaran apa yang terjadi dengan mereka berdua. Apakah mereka hanya bertengkar seperti biasanya atau kali ini adalah hal yang lebih buruk dari itu ?

Tidak, aku tidak berfikir kalau Indra macam – macam dengan Wenda. Atau... mereka – putus ?! Entahlah.

Aku pun tidak berfikir kalau harus mengambil kesempatan dalam kesempitan ini. Aku bukanlah tipe lelaki seperti itu. Yang akhirnya, aku lebih memilih diam.

Minggu berganti. Tibalah ujian praktek semester ganjil.

Pada ujian mata pelajaran bahasa Indonesia, aku sedikit tercengang ketika mendengar nama Wenda disebutkan untuk masuk dalam kelompokku. Oh Tuhan, inikah jalan yang kau tunjukkan ?

Dengan sedikit keberanian, aku mencoba untuk berbicara dengannya – Wenda.

"Nda" Sapaku.

"Iya ?"

"Ki...kita sekelompok kan ya ?"

"Masa ? sebentar aku liat catatanku dulu." Dia membuka bukunya.

"Oh iya, Faz." Ujarnya.

"Boleh enggak, aku minta nomor handphone-mu ?" Pintaku.

"Untuk apa ?"

JLEB ! Bingung pun melanda. Aku lekas bergegas memikirkan alasan yang tepat untuk meminta nomor handphone-nya.

"Uh... itu untuk... untuk mengabari jika harus mengerjakkan tugas dimana dan kapan." Di akhiri dengan meringis.

"Oh begitu, sebentar aku catat."

Dia pun menuliskan nomor handphone-nya di secarik kertas. Setelahnya, dia menyerahkannya padaku.

Dalam hati, seakan ingin berteriak kencang. Sekencang – kencangnya ! YEEEESSSS!!!! Pada akhirnya, aku bisa berkomunikasi dengannya. Entahlah, mimpi apa aku semalam.

Sepulang sekolah, segeraku bergegas menulis pesan SMS untuknya – Wenda.

"Hello..."

Satu jam tak kunjung dibalasnya juga. Emmm mungkin dia sedang tidur siang. Sore harinya, terdapat notifikasi pesan masuk darinya. Dari Wenda.

"Maaf, siapa ya ?"

Oh sial ! Aku lupa memberitahukan siapa aku. Lalu kubalas dengan namaku. Lama lagi dia tidak membalasnya.

Keesokan harinya, dia baru membalasnya. "Oh...".

Sesingkat itu.

Sekolah seperti biasa. Hari ini, rencananya sore hari, aku ingin mengajak kelompokku untuk kerja kelompok di rumah salah satu kawan, Fitria namanya.

Sebelum berangkat ke rumah Fitria, aku mencoba mengajak Wenda untuk berangkat bersama. Dan dia mau. Aku menjemputnya di depan kuburan dekat rumahnya. Yah, dia tidak ingin keluarganya tahu dulu dia pergi dengan siapa.

Hari ini, adalah pertama kalinya aku pergi bersama dengannya. Jangan anggap ini suatu kencan, hanya partner dalam kerja kelompok. Lagipula, dia kan belum lama ini putus dengan Indra.

Minggu – minggu berlalu. Aku semakin dekat denganWenda. Semakin dekat dan semakin sering juga aku pergi menjemputnya. Sempat sudah aku bertemu dengan Mamahnya. Dan kini, aku tidak perlu lagi menjemputnya secara sembunyi – sembunyi.

Memasuki semester 2 di kelas 3, tepatnya di hari Guru Nasional. Sekolahku mengadakan classmeeting antar kelas. Aku mendapat kesempatan untuk mengikuti kompetisi menyanyi. Dan kali ini, aku duet dengan mantan pacar Wenda, Indra. Yang sekarang telah berevolusi menjadi sahabat karibku.

Mungkin, dia tahu bahwa aku dekat dengan Wenda. Tapi begitulah Indra. Dia sudah menganggap Wenda hanya serpihan masa lalunya. Jadi, menurutnya tak masalah siapa saja yang mendekati Wenda, dia tidak perduli lagi. Itu artinya, aku aman.

Selesai acara, aku tidak melihat Wenda di kelas. Aku berfikir, kalau dia pulang duluan. Akhirnya aku pun pulang sambil menyiapkan tekad. Tekad untuk menyatakan perasaanku pada Wenda. Melalui, SMS.

"Siang" Ketikku.

"Siang juga, Faz." Balas Wenda.

"Aku mau ngomong sesuatu, tapi kamu jangan marah ya." Balasku.

"Ngomong apaan ?"

"Kamu mau enggak, jadi pacarku ?" Tanpa berfikir panjang, langsung saja aku tanyakan keinginanku.

Agak lama juga menunggu balasan dari Wenda. Lima belas menit kemudian...

"Maaf, aku enggak bisa. Aku mau jadian dengan Ferdi sehabis Ujian Nasional nanti."

JEDAR!!! Dada merasa sesak. Sangat sesak.

Dengan berat, sangat berat hati, aku balas pesannya. "Oh gituh, iya udah enggak papa. Semoga langgeng ya nanti".

Dan sejak saat itulah, aku mulai sedikit – sedikit mundur dari perasaan itu. Perasaan itu kembali aku pendam. Sedalam – dalamnya.

Nomornya tetap aku simpan, tapi tidak aku sentuh untuk aku hubungi. Walaupun, hati tidaklah yakin dia akan benar – benar jadian Ferdi di akhir Ujian Nasional nanti.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SEBUAH LANGKAHWhere stories live. Discover now