part 6

446 51 3
                                    

Kicauan burung-burung saling bersautan di tengah hutan hijau pagi ini,semilir angin semakin menyejukkan tubuh kecil yang tengah meringkuh di atas kasur kecil yang hanya muat satu orang. Selimut putih ia tarik sampai leher-- matanya masih terpejam enggan terbuka meski suara alarm terdengar nyaring di dalam kamarnya,memberi pertanda agar sang pemilik ruangan bangun untuk memulai aktivitasnya di hari minggu ini.

Tangan kecil Ara terulur meraih jam di atas nakas yang sedaritadi merusak ketenangannya,dengan satu tekanan-- suara nyaring itupun berhenti. Membuat Ara mengerjapkan mata menatap langit-langit kamarnya.

Ara menggeliat merenggangkan otot-otot yang serasa kaku di pagi hari,mengumpulkan segenap semangat untuk memulai hari dengan bos baru. Ara bangkit menuju kamar mandi,segera membersihkan diri lalu bergegas menuju ruang dapur untuk membuat sarapan. Segelas susu hangat di temani dua lembar roti panggang coklat kacang menjadi menu andalannya tiap pagi.

Ara termasuk dalam kategori perempuan yang makannya cepat,terbukti saat sepotong roti menjadi suapan terkhir di susul dengan susu hangat yang ia teguk habis. Ara membersihkan sudut bibirnya dari sisa makanan dengan tisu,setelah membereskan alat makannya-- ia memilih untuk duduk sejenak menopang dagu sambil menatap keluar jendela di mana menampilkan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.

Rasa-rasanya baru hari ini Ara merasa malas untuk bekerja. Sudah sangat siang dan dia masih memilih duduk tenang di kursi meja makan,tanpa khwatir terlambat menuju tempat kerja. Walaupun bayangan kekesalan bosnya sempat terbayang di pikirannya,namun Ara terlalu berani untuk membangunkan singa yang sedang tidur-- hingga kemungkinan burukpun sudah bukan masalah baginya.

Tarikan nafas dalam membuatnya bangkit meraih jaket hangat yang ia simpan di sisi belakang kursi. Setelah keluar sempurna dari balik pintu,Ara menutup kembali papan hitam itu-- mengunci rapat,lalu beranjak mendorong sepedanya menjauh dari rumah.

Mata hitam itu merekam apa saja yang ia lihat di sepanjang jalan,keramaian kota seoul terkadang menjadi hal baru baginya-- mungkin karna terbiasa dengan ketenangan di tengah hutan menjadikan keramaian sebagai hal baru baginya.

Ara mendongak melihat matahari yang semakin meninggi. Bukannya mempercepat laju sepedanya,ia malah turun untuk mendorong ontel kesayangannya itu.

Kini ia sudah berada di depan tempat kerjanya,memarkirkan sepeda di samping bangunan cafe lalu bertolak masuk kedalam. Ara mengganti pakaiannya dengan seragam putih coklat di ruang karyawan,Ara hanya sendiri karna teman-temannya sudah berganti baju satu jam yang lalu. Kedatangannya benar-benar terlambat.

"Ya ampun,Ara-yya! Kupikir kau tidak datang hari ini." teriak Hyujin membuat Ara menoleh dan mendapati gadis bercelemek hitam itu menghampirinya dengan tatapan tak percaya. "Kau datang terlambat,ada apa dengan mu? Tidak biasanya kau datang siang seperti ini?"

"Aku terlambat bangun karna semalaman mengerjakan tugas sekolah." entah dorongan darimana,Ara terpaksa berbohong.

"Benarkah?" Ara hanya mengangguk. "Kalau begitu cepatlah keluar,sebelum sajangnim mencarimu lagi."

Kening hitam Ara mengkerut menatap Hyujin penuh tanya. "Sudah lima kali Sajangnim menanyakanmu."

Ara hanya mengangguk,terdengar helaan nafas berat seakan sesuatu sedang meresahkan pikirannya. Bahkan saat di tempat kerja,Jungkook tidak membiarkannya tenang.

"Aku mau ke meja kasir." ucap Ara hendak melangkah menuju pintu,namun tertahankan karna Hyujin menarik tangannya.

"Ara-yya!" Ara menoleh,menaikkan sebelah alisnya. "Kalau kau sedang banyak masalah,kau bisa cerita padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu."

MELTEDWhere stories live. Discover now