2. Bersyukur

30 0 0
                                    

Setelah memaki dalam hati karena ada gangguan sebelum quiz, saya cari hiburan sambil rileksasi

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Setelah memaki dalam hati karena ada gangguan sebelum quiz, saya cari hiburan sambil rileksasi. Ternyata saya menemukan ini, salah satu channel di YouTube yaitu Menjadi Manusia sedang ada live jarak jauh. Saya memang tidak mengikutinya dari awal pembicaraan mereka, namun saya tangkap beberapa cerita di kolom komentarnya. Salahsatunya adalah gambar pertama, sangat mengiris hati, merinding saya membacanya.

Betul ya, manusia harus banyak bersyukur.

Kurang lebih satu bulan lamanya saya kuliah jarak jauh, mungkin bisa dikatakan segala jenis kebutuhan saya sehari-hari masih sangat terpenuhi, makan pun masih kenyang, terkadang masih sibuk mencari resep untuk mempraktikkannya di kala senggang. Sekelibat bayangan mereka memang selalu teringat oleh saya, tapi saya bisa apa? Persis seperti kalimat ocehan yang bernada gurauan yang selalu dia katakan, "kamu bisa apa?".

Saya tahu beberapa cerita rekan atau orang di sekeliling saya yang sebut saja dirumahkan. Sedih, jika saya meratapi, menyebutkan satu per satu kebutuhan biasanya yang mulai tak terpenuhi lagi, sedang orangtuanya memang sudah seharusnya diam. Lalu aku bertanya, "aku bisa apa?"

Belum lagi warga di sekitar rumah, terlihat menyepelekan, namun sesungguhnya khawatir, tidak hanya kesehatannya, namun segala aspek kehidupannya mulai tidak seimbang karena pandemi ini. Imbauan pemerintah untuk physical distancing, di rumah aja, atau apapun itu dihiraukan begitu saja. Jelas, mau makan dari mana mereka? Sedang untuk bantuan dari pemerintah saja, meskipun ada, masih ada permainan tunjuk tangan, apakah melempar tanggung jawab? Bukan saya yang tahu jawabannya.

Ya, aku kembali memaki. Maafkan aku. Saya? Aku? Apapun itu..

Mari kita bersyukur, dalam lubuk hati terdalam rasanya aku seperti tidak bermanfaat untuk orang di sekelilingku. Aku di kediamanku hanya belajar, mengerjakan tugas, ya.. itu pekerjaanku. Secara finansial pun, saya sebagai mahasiswa sama-sama tidak memiliki pemasukan, tapi saya cukup sabar dan berusaha untuk selalu paham. Mungkin orang tua yang di mata saya selalu 'ada' pun sudah memakai si benda hijau dari pos ini pos itu untuk menutupi segala kebutuhan. Selain bersyukur, aku rasa kita pun harus berkorban, sekecil apapun.

Saya tidak tahu, kapan pandemi ini akan berakhir dan saya pun tidak tahu apa dampak yang akan terjadi beberapa waktu mendatang? Aku bisa apa? Aku harus apa? Saat ini? Atau nanti? Iya, aku tidak akan menyalahkan apa yang telah terjadi, karena itu hanya bisa dipelajari untuk kita hindari kemudian. Tapi, bagaimana ini?

Ah, sudahlah, aku tak tahu aku menulis apa. Pikiran saya campur aduk. Bulan Ramadan akan segera tiba. Saya tidak tahu

Read It Back!Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz