Magic Shop

39 6 8
                                    

Nahyu menghela nafas berat di sebuah halte bus. Hari telah sangat gelap dan jalanan sudah mulai sepi. Melihat tas besar berisikan pakaiannya, kepala Nahyu kembali di pusingkan dengan segala kemalangan yang baru saja menimpanya.

Seminggu yang lalu, Nek Ayu, nenek yang selama ini membesarnya meninggal dunia karena sakit. Setelah mengurus segala urusan pemakaman Nek Ayu seorang diri, Nahyu mendapat kabar bahwa ia di pecat dari tempatnya bekerja karena terlalu lama absen tanpa pengganti. Belum cukup sampai di sana, Tante Deta, anak dari Nek Ayu yang selama ini mengasuhnya meminta Nahyu untuk pergi meninggalkan rumah karena rumah itu sudah ia jual.

Tidak memiliki tempat tujuan, Nahyu hanya bisa terpekur dan nemikirkan jalan keluar dari kemalangan itu. Uang simpanannya selama ini sudah habis untuk upacara pemakaman Nek Ayu. Ia mencoba menghuhungi beberapa teman yang mungkin bisa memberikannya tumpangan. Berharap keberuntungan masih ada pada dirinya. Namun hanya helaan nafas yang keluar dari bibir ranum Nahyu setelah ia membaca satu persatu balasan dari teman-temannya. Tidak ada satupun dari mereka yang bisa membantu saat itu juga.

Dengan perasaan hampir putus asa, Nahyu melihat sesosok wanita renta yang jalan tertatih dengan barang bawaan yang terlihat berat. Sontak Nahyu beranjak dari duduknya dan menghapiri sang nenek. Hati Nahyu memang lemah saat melihat wanita tua yang dalam kesulitan.

"Nek, mau kemana? Ayo saya bantu," ujarnya sopan seraya mengambil alih barang bawaan sang nenek.

"Mau ke halte sana, Nak. Mau nunggu bis. Makasih ya udah mau bantuin nenek."

Nahyu hanya menjawab dengan senyuman lalu menuntun sang nenek menuju halte. Sesampainya di halte Nahyu mencoba mengajak bicara dengan lembut.

"Malam-malam gini mau kemana, Nek?"

"Mau ke tempat anak saya, Nak. Cucu saya sakit. Jadi mau saya jenguk."

"Ya ampun. Moga cepat sembuh ya, Nek, cucunya. Nanti setelah turun bis masih jauh nggak perjalanannya Nek? Bawaannya berat gini."

"Nggak apa. Anak saya bakal jemput di halte nanti. Kamu sendiri mau kemana? Tasnya besar banget. Seperti orang yang habis di usir aja."

"Ah, ini? Nggak, kok. Hehehe. Saya mau ke rumah teman yang agak jauh aja tempatnya. Jadi bawa baju banyak biar bisa lama liburannya."

Sang nenek menanggapi jawaban Nahyu dengan tersenyum dan mengusap kepala Nahyu lembut.

"Kamu ini anak baik. Saya yakin apapun keinginanmu akan terwujud."

Nahyu sedikit bingung menanggapi sang nenek yang tiba-tiba menyinggung soal keinginan. Namun usapan lembut di kepalanya membuat Nahyu tenang dan damai seperti saat Nek Ayu mengusap kepalanya. Nahyu pun hanya tersenyum untuk membalas ucapan si nenek. Tak lama kedua manik hitam pekat Nahyu menangkap sinar lampu bis yang mendekat.

"Nek, itu bis yang nenek tunggu bukan?" tanyanya.

"Ah, iya. Itu. Udah datang rupanya."

Bis berhenti tepat di depan halte. Nahyu dengan sigap membantu menaikkan barang bawaan sang nenek kedalam bis yang masih kosong itu dan tidak lupa mengucapkan selamat jalan kepadanya.

"Eh, tunggu Nak. Ini ada sedikit uang buat kamu beli kopi. Tadi nenek ada liat cafe di ujung jalan sana. Pergilah," ujar sang nenek seraya menyerahkan selembar uang langsung ketanganku.

"Aduh, nggak usah Nek. Saya nggak ngopi. Saya ikhlas kok bantuinnya," tolak Nahyu halus.

"Udah terima aja. Pergi ke cafe itu. Biar kamu segar lagi."

Nahyu ingin menolak tapi bis sudah mau berangkat sehingga ia tidak punya waktu. Terlebih samg nenek cukup memaksa dan itu membuat Nahyu semakin tidak enak untuk menolak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WITH OT7?! (BTS FANFICTION)Where stories live. Discover now