.
.
"You have to be happy.. You have to be.."
.
.
.
Minhyuk mematut diri di depan cermin.
Satu jam lagi, ia akan berangkat memenuhi sebuah undangan pesta pertunangan. Sebenarnya, Minhyuk tak ingin pergi. Hatinya begitu berat, anggaplah ia masih belum ikhlas! Meski memang itulah kenyataannya. Dalam keadaan dilema, ia harus berdebat panjang dengan dirinya sendiri--apakah ia akan datang atau tidak. Namun, seseorang membantunya membuat keputusan malam itu.
"Tak apa! Kalau kau memang ingin pergi, pergilah! Tapi ini yang terakhir!" jawab suara seorang wanita dari ujung sambungan telepon. "Aku akan bilang pada Hyungwon untuk datang menjemputmu setelah acaranya selesai! Kau mengerti?"
"Baik, Nuna! Aku mengerti! Terimakasih!"
Minhyuk menutup teleponnya dengan perasaan lega, tapi tidak selega itu juga. Masih ada yang berkecamuk dalam benaknya. Tentang bagaimana ia akan menghadapi suasana acaranya dan tentu sang empunya acara. Sosok pemuda manis yang selama ini lama ditaksirnya.
Sosok yang sebelumnya hanya ia anggap sebagai adik lelakinya. Kemudian perasaan itu tumbuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Minhyuk menyukainya. Ia begitu menyukai sosok manis bernama Im Changkyun itu. Namun Minhyuk takkan pernah bisa memberitahunya. Changkyun sudah tidak sendiri lagi, ada seseorang yang telah memilikinya.
Ia tahu betul bahwa perasaannya adalah salah.
Tapi untuk pertemuannya dengan Changkyun yang terakhir kalinya ini, Minhyuk ingin sekali saja mengutarakan perasaannya. Meski ia tahu hal tersebut sangatlah terlarang. Ia tahu tindakannya dapat berakibat buruk bagi hubungan Changkyun dan calon tunangannya. Namun setidaknya ia bisa jujur pada sang pemuda tentang perasaannya. Sebelum pergi jauh dan takkan lagi kembali.
Ya, Minhyuk akan pergi melepaskan semuanya.
.
.
Pemuda itu, Changkyun, juga sedang mematut diri di sebuah ruang khusus yang berada di gedung--lokasi acara pertunangannya. Sepasang mata kecilnya tampak berpendar sendu. Seulas senyum tercetak di paras tampannya yang manis. Meski sebenarnya semua yang terlihat sedang berlawanan dengan yang sedang ia rasakan.
Changkyun sengaja melambatkan gerakan tangannya. Ia tak ingin terburu-buru dengan acara pertunangannya. Ada seseorang yang sedang ia tunggu dan itu membuatnya amat gelisah. Berkali-kali, Changkyun menengok arloji silver yang bertengger di pergelangan tangan kirinya. Berkali-kali juga, Changkyun memperhatikan pintu ruangannya. Berharap tiba-tiba pria yang sedang ia tunggu datang dan masuk melalui pintu tersebut.
"Aku tidak janji akan datang, Kyun!" itu yang pria bermarga Lee tersebut katakan tempo hari, ketika undangan dari Changkyun berpindah tangan padanya. "Jadi jangan tunggu aku!"
Mengingatnya saja membuat mata kecil sang pemuda tiba-tiba saja berair. Membuatnya mengerjap beberapa kali karena pandangannya buram. Changkyun sadar menangis sedih di hari bahagianya adalah salah. Jangan sampai sang kekasih, Jooheon, melihatnya seperti itu!
"Hyung, kau belum siap?" Changkyun menoleh saat mendengar suara adiknya, Junkyu. Ia muncul dari balik pintu yang terbuka. Junkyu bingung melihat wajah dan ekspresi sang kakak. "Hyung, kau kenapa? Kau baik-baik saja?"
YOU ARE READING
LONGING HEART [JOOKYUN]
RandomKUMPULAN CERITA YANG DITUJUKAN UNTUK PARA JOOKYUN SHIPPER
![LONGING HEART [JOOKYUN]](https://img.wattpad.com/cover/192355521-64-k763511.jpg)