Part 1

8 1 0
                                    

Author pov on

Hari ini adalah hari terpanjang bagi gadis ini

Gadis manis berjilbab syar'i yang mana akan memulai hidup barunya di kota megapolitan Jakarta

"Nazrah ayo masuk dik" ucap seorang pemuda tampan dengan senyum nya menyadarkan adiknya yang sedari tadi melamun tidak jelas

"ee...eehh i....iya bang" jawab gadis bernama Nazrah dengan sambil menenteng tas ranselnya sedang lelaki yang bersama dengannya tadi membawa koper adiknya Nazrah

"bang Said kok sepi sih?" Tanya Nazrah ketika baru saja mendudukkan bokong nya di bangku rumah kontrakan sederhana yang akan di tempatinya bersama lima orang abang abangnya

"oh itu kan si Dian sama si Arif bentar lagi pulang kalo bang Rao dan si Ihsan gak tahu entah kapan pulang, mungkin nanti kalau udah mau maghrib soalnya mereka ada urusan dikampus tadi katanya"jawab abang Nazrah yang ternyata bernama Said

Setelah mengucapkan itu Said pergi masuk kedalam salah satu kamar yang berada di dekat dapur di rumah kontrakan itu dan menaruh koper Nazrah dan masuk kedalam kamar depan

"dek abang tinggal dulu ya, beli nasi dekat sini. Kamu bereskan dulu itu baju baju mu, kamarmu yang dekat dapur" ucap Said dan langsung berjalan menuju pintu depan

"assalamu'alaikum" ucap Said

"wa'alikum sallam" jawab Nazrah dan setelah itu masuk kedalam kamar yang tadi di tunjukkan oleh Said dan langsung masuk kedalam kamar yang ditunjukkan oleh Said

Nazrah pov on

Aku masuk kedalam kamarku dan langsung memberesi kamarku mulai sekarang aku akan tinggal bersama empat orang abang sepupuku dan satu orang abang kandungku sekarang umurku adalah empat belas tahun dan aku akan memulai kehidupan SMA ku di kota Jakarta

"hufttt...." Ternyata cepat juga aku memberesi pakaianku dan memasukkannya kedalam lemari setelah semua beres aku langsung merebah kan tubuh ku ke kasur springbed yang sudah lebih dulu pindah kerumah ini di bandingkan aku

"assalamu'alaikum" ucap dua orang pemuda setelah membuka pintu yang kedengaran langsung ke dalam telingaku mengingat rumah kontrakan ini yang berukuran sederhana dengan dua kamar tidur di bagian depan dan satu kamar tidur lagi di bagian dekat dengan dapur dan satu kamar mandi dan ruang tamu

"waalaikum sallam" jawabku dari kamar seadanya

"eh kamu siapa?" Tanya seseorang yang sudah ku kenal suaranya bahkan seluruh hidupnya yang berasal dari dapur

Ahh..takutinlah...

"hihihihih" jawabku sambil mengikuti nada ketawanya mbak kunti

"eh kok suaranya kaya' mbak kunti ya?" ucapnya lagi dan aku semakin menjadi menjadi menakut nakutinya hingga suara pemuda yang satu lagi menyadarkan orang yang sedang aku takut takuti itu

"eleh palingan suara si Nazrah kan kata bang Said hari ini dia pulang sama si Nazrah yang akan tinggal disini" ucap seseorang itu dan aku langsung tertawa terbahak bahak mendengarnya dan aku baru saja hendak menjumpai mereka tapi tiba tiba pintu kamarku sudah lebih dulu dibuka oleh seseorang dan aku hanya cengengesan gak jelas sedang dia menatapku dengan wajah jengkel nya

"eh ternyata kamunya cil ku kira kembaran mu" ucapnya dan langsung menumpuk tangannya di depan dada

"enak aja kamu itu bang pacar tershyayank mu" jawabku sambil menatapnya tak kalah sengit

"mana mau dia sama orang ganteng macam aku" jawabnya sambil menepuk dadanya dengan bangga

"ganteng dari hongkong makannya banyak aja pun,udah muka macam pintil ban aja pun sok ganteng" balasku

"biarlah dari pada kamu muka mu macam kain lap ingus bang ucok tukang jual cabe di Medan" jawabnya dan ketika aku hendak membalas tiba tiba bang Dian datang dan melerai kami berdua

"udah lah itu pas macam anak kecil kalian kulihat"ucapnya sambil melangkah medekati tempat tidurku dan duduk tepat disampingku sambil tetap menatapku dengan tatapan intens nya

"tapi betul sih kata si Arif mukamu pas macam lap ingusnya bang Ucok tukang jual cabe yang sering ngutang sama buk Siti" ucapnya dan di sambut dengan tawa membahana dari bang Arif dan dia dan aku langsung menyerang bang Dian dengan pukulan di bahunya

"hahahaha aduh...aduh... sakit cil..." ucapnya dan langsung kuturunkan tanganku dan menatapnya dengan tatapan khawatirku

"udah badan kamu macam sumo kamu pukul lagi aku" ucapnya dan langsung di sambut tawa lagi oleh bang Arif dan aku langsung kembali menselonjorkan rubuhku sambil menutup telingaku dengan bantal guling

"males dengar suara kalian" ucapku sambil pura pura tidur

"eleh palalah harus merajuk itu" ucap bang Arif sambil menoel noel punggungku

"udah sana aku mau tidur capek" ucapku lagi tanpa menatap mereka berdua

"eh bang Said mana?" ucap bang Dian setelah tak berhasil membujuk ku dengan gombalan mautnya

"tadi katanya mau beli nasi" ucapku dan setelah itu ku rasakan tempat tidurku bergerak dan ku dengar langkah kaki yang menuju pintu kamarku

"yaudah tidurlah kamu sana" ucap bang Arif yang masih berdiri di ambang pintu

"eh satu lagi, udah sholat ashar kamu?" tanyanya dan aku langsung duduk menatap matanya sengit

"udah, tadi waktu jalan mau kerumah singgah tadi di masjid sama bang Said" ucapku dan di balas anggukan olehnya dan lalu pergi sedang aku langsung melanjutkan tidurku

Nazrah pov off

***

TBC



saya hanya penulis abal-abal yang ingin menyuarakan kisah-kisah 

Would you loving meWhere stories live. Discover now