December - Day 24

1.4K 214 18
                                    

"Kamu ngapain di sini?" tanyamu ketika melihat Oikawa di depan rumah.

"Gak boleh? Hari ini kan malam natal. Ayo, kencan!" Oikawa mengulurkan tangan kanannya. Dia tersenyum.

"Aku gak bisa, aku harus kerja," tolakmu.

"Oh ... bentar lagi kita putus, ya? ... Kalau gitu, tahun baru nanti kamu harus pergi denganku! Dah~"

"Tooru-san!!!"

.

.

Haikyuu!! © Furudate Haruichi

3rd!Kageyama × 3rd!Reader

schoollife, fluff
Words > 600

.

.

"Haaaah ...." Kamu mengembuskan napas panjang. Kageyama sudah tahu alasannya.

"Pergi saja, bentar lagi kamu gak perlu ketemu dia lagi. Anggap saja itu ucapan selamat tinggal," ujar Kageyama sok tegar. Padahal dia kesal setengah mati.

"Kamu yakin?" tanyamu.

"Aku percaya kamu, kok."

"Kalau aku jatuh cinta dengannya, gimana? Pesonanya itu gak bisa dipungkiri."

Kageyama langsung mencengkeram bahumu. "Ka-kamu gak benaran suka sama Oikawa-san, kan?"

Kamu terlihat bimbang. "Bagaimana ya? Aku bingung~" Kageyama semakin mengeratkan cengkeramannya.

"Pokoknya aku gak akan lepasin kamu, (Name). Gak akan pernah! Aku bisa gila, tahu!"

Kamu menepuk pipinya. "Tenang saja, bukan cuma kamu yang bisa gila." Kageyama melembutkan wajahnya dan menjatuhkan kepalanya ke pundakmu.

"Jangan bercanda lagi, (Name). Aku ... aku—"

"Ssshh! Aku janji, kok." Kamu mengelus rambutnya. Dia masih menyandarkan keningnya di pundakmu.

Kageyama terlihat seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya. Dia bahkan mengenggam tanganmu erat-erat---seperti sebuah balon.

"Tobio, aku gak akan terbang. Kamu santai aja kali." Kamu mencoba menenangkannya, tetapi laki-laki itu mendengus.

"Aku gak akan lepasin sampai mengantar kamu ke tempat kerja. Lagipula, gak masalah, kan? Anggap saja sebagai ganti kencan."

"Tobio, kamu makin lama, makin romantis, ya. Dulu aja kaku sampai senyum aja gak bisa—haha, bisa, tapi itu seram banget."

Kageyama kini tersenyum, tentu bukan dengan senyumannya yang dulu. "Itu karena kamu, (Name). Aku tidak akan pernah tersenyum seperti ini, jika bukan karenamu."

"Ih, gombal."

"Aku hanya berkata jujur."

"Iya iya, Tobio sayang."

"K-kamu yang gombal, tuh!" Kageyama gelagapan.

Kamu mendekat ke arahnya dan berbisik. "Aku juga suka kamu yang malu-malu."

Kamu melambaikan tanganmu dan berjalan masuk ke restoran tempatmu bekerja. Kageyama menutup wajahnya yang memerah. Kakinya lemas dan dia pun berjongkok.

"Kenapa dia ahli banget sih bikin orang berdebar."

.

.

.

"Bukankah ini (Name)?" Kamu menoleh ke arahnya. Pena yang kamu pegang terjatuh. "Kenapa kaget begitu? Apa kamu lupa sama kakakmu ini?"

Kamu mendekatinya dan menariknya keluar dari restoran. Kamu menyeretnya ke gang samping.

"Hei, hei, kamu mengusir—"

"Kakak kok gak kasih tahu kalau udah balik?!"

"Ponselku rusak dan aku lupa nomor kalian. Rencananya aku mau ke rumah setelah makan malam."

Kamu memeluknya. "Baka! Untung saja ketemu. Kakak kan buta arah."

Kakakmu memeluk balik. "Kamu masih aja manja, ya."

"Hehe ...."

Dan saat itu Kageyama tidak sengaja melihatnya. Kageyama menarikmu dengan paksa.

"T-tobio dia i—"

"Ngapain kamu peluk dia?! Pelecehan tahu!" Kageyama menarik kerah baju kakakmu dan siap melayangkan pukulan.

"Kau siapa?"

"Hah?! Kau sendiri siapa?"

"Aku kakaknya," jawabnya.

"Oh, cuma kaka—EH, KAKAK?! M-maafkan aku kakak ipar!" Kageyama melepaskan cengkeraman pada kerah kakakmu.

"Kakak ipar? Kau pacarnya (Name)?" Kakakmu menatap tajam ke arah Kageyama.

"E-eh iya, eh bukan, eh iya bukan (Name)?" Kageyama gelagapan.

Kamu menepuk jidatmu dan berniat menjelaskannya sendiri. "Aku sama dia saling cinta, tapi karena beberapa masalah kami gak pacaran. Jadi, Kakak jangan curiga begitu!"

"Kalian suka, tapi gak pacaran. Kenapa?" tanya kakakmu. Dia masih menusukkan tatapannya pada Kageyama.

"Na-nanti kujelaskan! Pokoknya, kakak tunggu saja sampai aku selesai bekerja!" Kamu mendorong kakakmu untuk masuk ke dalam restoran. Laki-laki itu menurut saja.

"Ma-maaf, (Name). Aku tidak tahu dia kakakmu."

"Gak apa-apa. Hehe, aksimu keren kok!" Kamu menoel pipinya dan kembali ke dalam restoran. Kageyama bersandar pada dinding gang dan perlahan merosot.

"Keren apanya, bikin malu lah iya."

.

.

.

.

To be continued....

High School || Kageyama Tobio [√]Where stories live. Discover now