Days Before

25 3 6
                                    

Bertumbuh, mungkin menjadi salah satu hal yang banyak orang idamkan. Rata-rata dimulai ketika kita sudah bisa menentukan pilihan dan merasa bosan mengenakan seragam merah-putih saat masih di bangku Sekolah Dasar. Tak ayal membuat para siswa-siswi peserta didik pada tahun ketiga atau empat mulai berangan-angan untuk segera menyelesaikan studi dan berganti seragam menjadi putih-biru, begitu seterusnya hingga mencapai jenjang perkuliahan.

Layaknya Halista Armani, sejak berada ditingkat akhir perkuliahan ia sudah mulai jenuh dan merasa harus segera menyelesaikan segala bentuk tanggungan yang harus ditempuh untuk mengakhiri penderitaan. Tugas Akhirnya selesai tepat waktu. Empat tahun menuntut ilmu untuk mendapatkan gelar sarjana sudah cukup membuat hatinya puas dengan penambahan huruf-huruf di belakang namanya. Tapi, kehidupan tak berhenti sampai disitu kan?

Setelah lulus kuliah, ia baru menyadari bahwa hidupnya baru saja dimulai. Tak terhitung berapa ratus kali application letters miliknya dikirim ke berbagai instansi. Banyak panggilan wawancara juga telah ia lakoni. Hingga mencoba peruntungan dengan usaha membuka online shop ia jabani, tapi kalau bukan passion memang tak mudah berjalan lancar, seringnya nombok. Kini delapan kali sudah purnama menunjukkan eksistensi, tapi masih juga statusnya belum berubah sejak itu. Pengangguran.

Mamanya selalu bilang kalau rejeki sudah diatur, mungkin memang belum waktunya untuk mendapat pekerjaan, yang penting doa tak putus dan terus berusaha. Kata-kata Mama selalu bisa menenangkan Halista, membuat dirinya yang sudah putus asa kembali bersemangat untuk mendapatkan pekerjaan.

Siang ini masih sama, Halista menghabiskan waktunya untuk berleha di ruang keluarga, menonton acara telivisi yang kebanyakan ghibahin para public figure atau bahasa kerennya infotainment. Tangannya sejak tadi tak berhenti beraktifitas, menghantar makanan masuk ke dalam mulutnya dengan atensi yang masih tertuju pada layar di hadapannya.

'Ting!' satu notifikasi memenuhi ponsel. Awalnya ia pikir mungkin hanya pesan personal dari teman-temannya yang tergabung dalam ruang obrolan bersama, namun manik matanya membulat ketika mendapati tanda itu memenuhi icon amplop, e-mail.

"AAAAAAAAAAKKKKKKKKK!" teriak Halista histeris, bangun dari duduknya di sofa dan loncat-loncat tak karuan sampai lupa camilannya sudah berhambur jatuh mengotori karpet.

Mama yang mendengar teriakan histeris anak gadisnya itu berlari tergopoh-gopoh dari dapur dengan wajah panik, "Kak kenapa?" tanya Mama saat melihat Halista di ruang keluarga.

"AAAAAAAAAAKKKKKKKKK!" Halista masih teriak histeris, menghampiri Mama dan memeluk wanita paruh baya itu erat, "Kakak dapet panggilan kerja!" jelasnya kemudian.

"Alhamdulillah, akhirnya," ucap Mama bersyukur, "kapan kak?" lanjutnya bertanya.

"Minggu depan hehehe," balas Halista dengan senyum meringis bahagia. Selebihnya kemudian sang Mama yang ikut repot membantu persiapan untuk hari pertama Halista bekerja.

 Selebihnya kemudian sang Mama yang ikut repot membantu persiapan untuk hari pertama Halista bekerja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 12, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DUA WAJAHWhere stories live. Discover now