scars

236 47 8
                                    

Baik Eunsang maupun Minhee terpaku di tempat ketika melihat Dongpyo, Hyeongjun, dan Junho tiba mengetuk pintu dan terlihat menenteng duffel bag dan kantung-kantung plastik besar yang isinya pasti tidak jauh-jauh dari makanan ringan, soda, (atau Mogu-Mogu kesukaan Hyeongjun), dan biskuit-biskuit coklat kacang yang nyaris tak pernah absen setiap kali mereka memutuskan berkumpul bersama.

Bukannya mereka tidak mengharapkan kehadiran tiga bocah itu atau bagaimana, tetapi jujur saja kehadiran mereka dirasa terlalu mendadak—hampir jam sembilan malam, di tengah-tengah maraton Marvel yang sedang dilakukan Eunsang dan Minhee—dan wajah-wajah mereka yang nampak terlalu lelah.

"Sang, tolongin gue..." Hyeongjun meraih tangan Eunsang dengan tubuh bungkuk dan berjalan gontai seraya menyeret Eunsang menuju ruang tengah. Eunsang kebingungan, tetapi ia membiarkan Hyeongjun tetap menggiringnya, hingga akhirnya tubuh pemuda yang lebih kecil darinya itu dihempaskan oleh empunya ke atas sofa di ruang tengah. Masih ada sisa remah-remah kripik di sana akibat Minhee yang beberapa saat lalu sibuk menggelitiki titik lemah Eunsang ketika pemuda itu hampir menghabiskan dua bungkus kripik seorang diri, menolak membaginya dengan Minhee.

"Hyeongjun kenapa?"

"Hyeongjun yang beresin semuanya."

Minhee mengernyitkan alisnya.

"Jadi selama lo dan Eunsang diem-diem punya rencana berduaan, gue, Hyeongjun sama Dongpyo gamau kalah, kita nginep di rumah Hyeongjun. Dan tadi pagi... dapur Hyeongjun—nggak, rumah Hyeongjun tepatnya—hampir kebakaran."

"Gara-gara gue sih..." Dongpyo menimpali dengan suara pelan dan lemas. Ia lalu berjalan cepat menghampiri Hyeongjun, menggelayuti lengannya sambil menggesekkan kepalanya ke bahu bidang Hyeongjun.

"Hyeongjun-ah~ mau Dongpyo pijetin nggak...?"

"Nggak usah Pyo, udah ah minggir lo berat." Hyeongjun bangkit dari atas sofa lantas berjalan menuju dapur, diekori oleh Dongpyo yang masih sibuk membujuk Hyeongjun.

Eunsang sibuk membereskan 'sedikit kekacauan' sementara Junho sibuk menelisik ke sekitaran ruang tengah, menyadari suhu yang terlampau dingin—iya, ini memang musim panas 'terpanas', tetapi nggak perlu udara sedingin ini untuk menetralisir hawa panas, seharusnya—hingga gundukan selimut lebar yang terjatuh di dekat sofa. Kaleng-kaleng kopi instan dibiarkan terguling terjun bebas dari atas meja, meninggalkan setitik noda coklat di atas karpet, lalu bungkusan-bungkusan Tortilla yang sudah melompong, dan yang paling mencolok adalah wangi scented candle yang masih belum ia temukan keberadaan bendanya di mana.

"Asik banget ya, berduaan?"

Eunsang hampir tersedak ludahnya sendiri dan otomatis menghentikan aktivitasnya sejenak kala ucapan Junho—yang harusnya terdengar biasa—malah membuatnya bereaksi sedikit berlebihan. Ia berdeham, melegakan tenggorokannya sebelum menyahut, mengontrol nada suaranya agar terdengar tetap tenang.

"Asik lah, bisa maraton film dan makan sepuasnya berhubung Minhee meski kurus juga sama-sama perut karet kayak gue," jawabnya, sambil celingak-celinguk mencari eksistensi Minhee yang mendadak nihil dari pandangan.

"Keasikan banget ya sampe lupa masih ada gue, Hyeongjun, sama Dongpyo," balas Junho lagi, kali ini nadanya lebih dingin, lebih sinis. Eunsang yang semula berjongkok memunguti kaleng, kini berdiri dan meraih kedua bahu Junho, memijitnya pelan lalu menaruh dagunya di sana.

"Jangan marah dong, kalian juga sering pergi bertiga nggak ngasih tau gue atau Minhee."

"Ya itu karena lo berdua nempel terus ke mana-mana."

"Masa?"

"Iya Sang." "Padahal gue yang ngenalin kalian, tapi malah kalian yang lebih lengket jadinya."

midsummer madness; minisangWhere stories live. Discover now