8. Status Baru.

5.5K 407 11
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selamat membaca, dan vote terus yuk, supaya authornya rajin update.

🍁🍁🍁

Sebuah ranah kehidupan baru telah dimulai, iya sekarang aku berada disebuah lingkungan asing yang telah tergabung dalam kehidupanku saat ini, tepatnya setelah kemarin aku melaksanakan akad aku akan langsung tinggal dirumah suamiku, dia yang memintanya padaku walaupun saat ini aku masih melayani tamu tamu yang datang, dengan sebuah senyuman dibalik segala tangisanku.

Aku melihat teman teman dokter mas Faris cukup banyak, dan mereka menyalami kami.
"Selamat ris, btw istri loe cantik"ujar seseorang kepada mas Faris sambil menatapku.
"Biasa aja"jawab mas Faris tak perduli.
"Nabilaaaaaa, selamat ukhtyku udah jadi istri dokter sekarang"ujar Mella sambil memelukku.
Dilanjutkan dengan Aisyah dan Nindy.
"Selamat billaku"tutur Nindy.
"Uhhh ukhtyku selamat sayang"sambung Aisyah.

"Aku mau makan dulu yah bill."ucap Mella
"Ya udah sana"jawabku, dan mereka bertigapun pergi.

Alhamdulillah tamu sudah mulai pulang,aku bisa sedikit beristirahat. Kakiku sakit karena harus menggunakan sepatu berhak ini.
Ku lihat mas Faris sedang memainkan ponselnya tanpa menghadapku sedikitpun.
Kami dirundung sebuah keheningan disini.
"Mas"panggilku.
3 detik namun tidak ada Jawaban.
"Mas Faris"panggilku lagi.
Dia menoleh dan berkata"kamu bisa diam tidak sih, apa perlu saya melakban mulutmu itu, baru juga beberapa jam."
"Maaf mas"ucapku menimpalinya dengan nada sendu.
Dia menoleh kearahku lagi, apa dia mendengar isakan ku? Apa dia merasa bersalah?
"Dan satu lagi, jika nantinya saya sudah menemukan Rani saya akan segera menceraikanmu paham"katanya ketus.

Aku tak menjawab kurasa isakanku sudah mewakili jawabannya.
Kata kata itu cerai, Rani terus mengganggu pikiranku.
Rani siapakah dia?
Aku tak mau memikirkan itu sekarang, namun aku harus kuat untuk keluargaku.
Aku akan berusaha bertahan dan menjadi istri terbaik.jika kertas karton saja bisa lunak karena terkena air,mengapa aku tidak bisa mencoba untuk melunakkan hati manusia batu itu iya suamiku.
Setidaknya aku harus berusaha.

Acaranya sudah selesai, dan sekarang ini aku berada di kamarku untuk sekedar menghela nafas segar dan merebahkan tubuhku di kasur kesayanganku ini.serta membersihkan make up dan tubuhku tentunya.
Aku melepaskan jilbabku di depan cermin. Tiba tiba suara pintu terbuka mengagetkanku, segera ku mengambil Khimar instanku untuk ku kenakan.
Dan ternyata mas Faris yang masuk.

"Mas,ehmm kamu mau mandi ya?ini handuknya."tanyaku dan dengan memberikan handuk kepadanya.
Langsung disambarnya handuk yang kutawarkan tanpa menoleh kearahku.
Aku melanjutkan aktivitasku yang belum selesai.
Tak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Aku sudah mengganti baju dengan gamis rumahan.

Kulihat mas Faris baru saja selesai mandi ia terlihat lebih segar. Ia memang tidak mau aku siapkan bajunya.

"Cepat bereskan semua bajumu kedalam koper, kita akan pindah, kerumahku."ujarnya sambil mengambil alih sofa untuk diduduki.
"Tapi mas, apa harus sekarang?"tanyaku pada mas Faris.
"Kenapa? Tak mau? Tak terima? Kamu harus menuruti perintah saya, eits bukan karena saya itu suamimu tapi saya tidak mau tinggal dirumahmu ini, lagian rumah saya jauh lebih besar dibanding rumahmu. Dan saya heran sama mamah saya kenapa mamah dan papah saya harus menjodohkan saya denganmu, tapi sudahlah lagi pula siapa yang mau manikahimu jika bukan saya, mungkin lelaki lelaki di luaran sana tidak ada yang tertarik padamu."ucapnya sambil tersenyum kemenangan.

Tak perlu ku jawab, aku segera membereskan pakaianku,namun air mata ini tak mampu lagi ku bendung hingga akhirnya jatuh.
Aku terduduk dilantai sembari membereskan pakaianku. Aku tak menjawab bukan berarti tak berani, hanya saja aku tak mau jadi istri durhaka kepada suaminya. Lagi pun jika aku menjawab akan ada perdebatan diantara kami. Aku hanya bisa bersabar.

"Hey kamu nangis? Dasar cengeng, wanita lemah. Usap air matamu itu aku tidak mau mamah dan papahku melihat kamu menangis karena apa, karena mereka berfikir bahwa aku yang menyebabkan kamu seperti ini, cepatlah keluar"ucapnya penuh penegasan.
"Memang kamu yang menyebabkan aku menangis mas,"gumamku dalam hati.
Segera ku usap air mataku sebelum turun menemui ayah dan ibu untuk berpamitan tinggal di rumah SUAMIKU.

Aku berjalan mengekor dibelakang mas Faris menuruni tangga, dibawah kulihat banyak keluargaku dan tentu saja keluarga mas Faris.
Disana ada ayah, ibu, serta pak Aryo, Bu ranti dan mbak Lidya kakak kandung mas Faris yang baru saja pulang dari studynya di Singapura. Dan tentu saja budhe dan padheku.

"Loh mau kemana, kok bawa koper,? Tanya ibuku.
"Iya Bu, Nabilla mau tinggal bareng sama mas Faris dirumahnya mas Faris Bu"jawabku sedih.
"Iya bu, Faris mau Nabilla tinggal bareng Faris lagian kan nggak enak masa udah nikah mau tinggal terus sama orang tua"sambung mas Faris.
"Ris, tapikan ini udah malem, kenapa nggak besok aja sih?"ujar Bu ranti.
"Nggak mah, lagian ini udah kesepakatan kita. Rumah Faris juga nggak terlalu jauh dari sini 20 menit juga sampai kok"jawab mas faris.
"Keputusan kita, itu hanya keputusanmu mas"gumamku dalam hati.

"Ya sudah kalian hati hati ya?"ujar ibuku.
Aku langsung melepas genggamanku dari koper dan bergantian memeluk ibu dan ayahku. Rasanya tidak rela jika harus jauh dari mereka.
"Ayah jaga kesehatan yah, jangan capek capek kalau butuh apa apa tinggal telfon Nabilla aja,"ujarku.
"Iya nak, kamu juga yang nurut sama suami kamu.nak Faris bapak titip Nabilla yah jaga dia baik baik."tutur ayah pada mas Faris.
"Pasti pak"jawab Faris enteng.
"Ya sudah ayo Nabilla kita berangkat sekarang".kata mas Faris.
"Nabilla pamit dulu yah semuanya"ucapku sambil menyalami tangan mereka bergantian.
Begitupun dengan mas Faris ia melakukan kegiatan yang sama.
"Wassalamu'alaikum"salamku sambil berlalu meninggalkan rumah.

Aku masuk ke mobil dan melambaikan tanganku kepada mereka.

Perjuangaku baru saja dimulai, aku harus bisa bertahan sekuat apapun cobaan yang akan terjadi dalam kehidupanku, karena aku yakin takdir Allah lebih indah dari apapun. Tak perlu bersedih karena kesedihanku akan tergantikan dengan tawa kebahagiaan, aku yakin itu.














Tegal, 13 September 2019💕❤️❤️
To be continued
Afwan typo 🙏🙏

Skenario Allah yang Terindah (END) Where stories live. Discover now