Doppo

876 115 25
                                    

PRANG!

'Ah, mereka mulai lagi...'

Ketika suara jeritan itu mulai terdengar, aku menutup telingaku rapat-rapat. Walau begitu, suara itu masih terus terdengar. Aku sudah muak terus hidup seperti ini.

"DOPPO! "

"I-iyaa... "

"Cepat kemari! "

"I-i-iya... "

Dengan perlahan, aku berjalan keluar kamar. Dengan persiapan diri yang matang, aku siap melangkah menuju ruangan itu.

*

"Ichiro. Kamu udah ngerjain pr 'kan? Sini kumpulin! " ucap Ramuda lantang.

"Emang ada pr? " tanya Ichiro dengan santainya.

Seketika kelas ribut penuh suara tepuk tangan mendengar jawaban Ichiro yang seperti itu. Ia terlalu santai. Ah, aku tiba-tiba iri dengannya.

"Loh Ichi-nii, Saburo kan udah ngingetin tadi malem~" rengek Saburo manja.

"Saburo! Jangan deket-deket sama Ichi-nii-san! " teriak Jiro.

Ah, aku iri dengan mereka juga.

"Hey, kamu. "

Aku menoleh ketika merasa ada yang memanggilku. Terlihat, sosok rambut kuning nan bercahaya itu.

"S-siapa? " tanyaku pelan.

"Hey, aku teman sekelasmu. Masa kamu tidak tahu?"

"O-ohh... "

"Sini aku kumpulin pr kamu. "

Doppo memberikan buku nya perlahan ke si kuning itu. Yang bersangkutan hanya tersenyum dengan lebarnya. Doppo tertegun melihatnya. Ini pertama kalinya ada yang berbaik hati padanya.

Namun tetap saja ia tidak bisa begitu saja percaya pada orang yang hanya beberapa detik lalu mengobrol dengannya.

"Warna rambut mu lucu ya. Diwarnai? " tanyanya.

"T-tidak... "

"Sejak lahir sudah seperti itu? Wah keren! " serunya. "Pulang sekolah ada acara? "

"A-ada... "

"Yahh :( padahal tadinya ingin kuajak maling wi-fi. "

Aku hanya diam tak membalas. Tidak baik terlalu dekat dengan orang lain. Bisa saja dimanfaatkan. Tidak ada orang yang tulus di dunia ini.

*

"DOPPO! Kemari kau!"

Dengan pelan, aku berjalan mendekati pak tua yang disebut ayah itu.

"Ini apa, HUH?! Kau hanya membeli 2 botol bir saja, HAH?!!"

"...m-maaf..." jawabku sambil menunduk.

"Uwah, bocah ini gagap!" protes nya pelan. "Cepat beli lagi! Sana pergi!"

"U-uang..?" aku menengadah kan tanganku.

"CEPAT SANA PERGI!"

Aku tak bisa melawan. Kulirik wanita yang tergeletak pingsan di atas lantai itu. Rasa iba seketika muncul. Tapi aku tak bisa menolongnya. Jadi, ku putuskan untuk berjalan ke luar rumah busuk ini.

*

Malam hari di Shinjuku terlihat sangat ramai. Oh, jelas. Daerah Shinjuku terkenal dengan distrik malamnya. Lampu neon tidak membiarkan kota Shinjuku padam oleh gelap malam.

Doppo tidak suka berada ditempat terang. Bukan karena dia no lep atau hikikomori, tapi dia takut diperhatikan oleh banyak orang. Jadi ia berjalan melewati gang yang cukup gelap sambil menghentak-hentakan kakinya.

"DIKIRA BELI BIR ITU PAKE BATU APA! BELI TAI SAPI AJA BAYAR! AISH! " protes ku. "KALAU BUKAN ORANG TUA, UDAH AKU BOTAKIN SI TUA BANGKA ITU!"

Aku tidak berhenti mengumpat dengan mengeluarkan makian binatangnya itu. Seluruh hewan kebun binatang disebut!

"Eh eto-... "

Seketika tubuhku menegang mendengar suara lembut nan familiar itu. Perlahan aku melirik kearah suara.

"Kamu Doppo 'kan? "

"A-anu s-siapa ...?" gagapku kembali lagi.

Disipitkannya mataku kearahnya. Pencahayaan yang benar-benar minim tidak membiarkanku melihat orang itu. Tapi yang pasti, orang itu memakai jas.

'Orang kantoran? '

"Ah jadi benar Doppo ya? " suara nya tiba-tiba melengking senang. "Aku hanya bisa melihat warna rambutmu disini. Jadi aku ragu apa itu kau atau bukan. Wkwk"

'Ah, aku mengenalinya'

"Kenapa kau sendirian disini? Disini bahaya loh. Suka banyak om-om genit! " bisik nya khawatir.

"K-kau sendiri s-sedang apa? "

"Ah, aku? Aku bekerja sebagai Hots di Matenrou club." jawabnya. "Kau belum menjawab pertanyaanku."

"...A-aku i-ingin membeli bir... "

"Eh? "

Aku melirik wajah terkejutnya. Dia seakan tak percaya aku yang akan membeli botol berisi cairan memabukkan itu.

"Itu sangat mahal loh! Lagian, kau belum cukup umur kan? "

"B-bukan untukku. "

"Ah~ tapi kau ada uang 'kan?"

Seingatku bir itu memang cukup mahal. Sekitar 5 dollar? Tapi kali ini uangku tidak akan cukup untuk membelinya.

Kulirik si rambut kuning ini yang masih tersenyum menatapku. Lalu menunduk dan menggeleng pelan.

"Wah, kalau seperti itu kau tidak bisa membelinya :( kau benar-benar membutuhkannya? "

Sekali lagi aku mengangguk pelan.

"Hm, kalau begitu kau boleh kok membelinya, aku akan memberinya padamu. " :)

Aku menatapnya bingung. Perasaan curiga mulai menyelimutiku. 'Perasaan ku tidak enak ini'

"Tapi sebagai ganti nya, kau harus membayarnya... "

'Perasaanku beneran gak enak nih. Bakal apa-apa pasti.'

"...Dengan tubuhmu, h3h3."

'Fuck. Bener 'kan.'

------------------------------------------------------

Tbc.

Hypnosis Mic FanfictionWhere stories live. Discover now