Fans 20

947 53 0
                                    

Pagi ini cuaca cerah. Sangat cocok sebagai penyemangat untuk mengawali hari. Begitu pun dengan lelaki yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ia bercermin sembari memakai dasi. Jari-jari tangannya bergerak menyisir surai hitamnya. Setelah merasa sudah rapi, ia turun ke lantai bawah untuk sarapan.

Sesampainya dibawah, ia hendak duduk di meja makan, tapi kegiatannya terhenti saat seseorang memanggilnya.

"Mas Arkan." Arkan menoleh kearah suara itu dan tersenyum ramah.

"Om Rey? Tumben kesini?" Arkan langsung saja menyalimi tangan orang yang ia sebut Om Rey itu. Rey adalah orang kepercayaan Papa Arkan. Walaupun begitu, Arkan sangat menghormati Rey, meski  Rey bawahan Papanya.

"Saya kesini ingin menjemput Mas Arkan." Arkan mengerutkan keningnya.

"Emang Om mau nganterin Arkan sekolah ya? Kan Arkan udah biasa naik motor Om." Ucap Arkan.

"Saya disuruh Papa Mas untuk menjemput Mas. Kita akan pergi menyusul Papa Mas Arkan." Jelas Rey. Arkan terkejut bukan main. Ada apa?

"Tapi untuk apa?" Raut wajah Arkan sudah terlihat kesal.

"Saya kurang tau, Mas." Jawab Rey.

Arkan langsung merogoh ponselnya di saku celananya. Ia mencari nomor Papanya dan menelponnya.

"Halo pa!" Ucap Arkan cepat saat papanya mengangkat telepon darinya.

"Halo Arkan! Kamu sudah dijemput sama Rey kan? Segera bersiap, papa tunggu kedatangan kamu."

"Untuk apa Arkan kesana? Apa ini menyangkut perusahaan Papa?"

"Iya Arkan, acara akan dimulai besok. Papa tidak ingin acara itu batal. Ingat Arkan, perusahaan Papa tetap berdiri itu karena siapa. Jadi Papa mohon, turuti keinginan Papa yang satu ini."

Arkan termenung memikirkan perkataan Papanya. Papanya benar. Ia harus pergi sekarang, demi Papa.

"Iya Pa, Arkan mau bersiap dulu. Tunggu Arkan Pa." Ucap Arkan lirih. Arkan mengakhiri teleponnya.

"Bagaimana Mas? Jadi pergi?" Tanya Rey untuk memastikan.

"Iya Om. Tunggu bentar ya Om, Arkan ganti baju dulu sama kemas-kemas barang dulu." Rey mengangguk. Arkan menuju kamarnya dan mulai melakukan kegiatannya.

Setelah semua selesai. Ia duduk di tepi ranjang dan mulai men-chat  Bagas.

Bagas

P
Gue gak masuk sekolah
Kalo Almira tanya bilang aja ada urusan keluarga

Oke👍
Emangnya lo mau kemana?

Gue disuruh papa nyusul, lo tau lah

Oh, oke

Arkan memasukkan ponselnya di saku dan segera turun ke bawah. Disana terlihat Rey duduk di sofa ruang tamu.

"Ayo om!" Ajak Arkan.

"Mari Mas."

Mereka memasuki mobil dan mulai meninggalkan pekarangan rumah Arkan.

🌸🌸🌸

Almira menatap layar ponselnya dengan wajah muram. Chat-nya tidak dibalas oleh Arkan, dibaca saja juga tidak. Ia mencoba menelpon Arkan, tapi tidak Aktif. Ia gusar sendiri. Tidak biasanya Arkan seperti ini.

Almira memutuskan untuk pergi ke kantin. Daripada ia terlalu memikirkan Arkan, lebih baik ia mengisi perutnya yang sudah berbunyi dari tadi.

Saat melewati koridor kelas 12, tak sengaja ia melihat Bagas. Seperti mendapatkan satu karung emas, Almira berlari ke arah Bagas.

"Kak Bagas!" Panggil Almira dengan suara lantang. Semua siswa kelas 12 langsung melihat ke arahnya. Almira hanya tersenyum kikuk menahan malu. Lantas ia segera berlari menuju Bagas.

"Untung ketemu Kakak disini!" Ucap Almira semangat.

"Gue tau! Lo pasti mau nanya tentang Arkan kan?" Tebak Bagas yang tepat sasaran. Almira hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya Kak. Kok tau aja, hehehe."

"Ya taulah. Oh iya tadi Arkan bilang sama gue kalo dia ada urusan keluarga. Jadi dia nggak masuk hari ini." Jelas Bagas.

Almira mengangguk paham. Sebenarnya ia merasa janggal dengan penjelasan Bagas, tapi mana mungkin berbohong dengannya.

"Yaudah Kak, makasih infonya. Aku mau ke kelas dulu ya."  Pamit Almira. Bagas hanya mengangguk dan tersenyum. Ia melihat punggung Almira yang sudah mengecil. Bagas menghela nafasnya kasar.

"Gimana jadinya kalo Almira tau sebenernya? Gue kasihan lihat perjuangan dia." Ucap Bagas lirih. Bagas pergi menuju kelasnya. Bel masuk akan segera berbunyi.











Haloo, maaf ini pendek banget🙏😢 dari pada kalian nunggu lama lagi,  jadi aku up deh. Maaf yaa🙏

FANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang