Cerpen

7 0 0
                                    

"Cantik. Boneka ini cocok untukmu."

"Benarkah, Kak?"

Lina tidak menjawab. Ia hanya tersenyum mendengar pertanyaan Ratna. Ratna datang dengan ibunya ke toko Lina. Wajah Ratna langsung ceria, ketika memasuki toko Lina yang menjual berbagai jenis boneka. 'Istana Boneka', begitulah nama toko itu. Lina memang pecinta boneka, ia akan jadi seperti anak-anak kalau sudah bermain dengan bonekanya. Bahkan kalau ada bonekanya yang rusak, ia akan memperbaikinya dengan sepenuh hati, layaknya dokter yang merawat pasien.

Kaki Ratna yang mungil langsung bergerak lincah melihat berbagai macam boneka. Setelah berkeliling, ia malah bingung sendiri, semua bonekanya bagus-bagus, hingga dia bingung memilihnya. Lina yang melihat itu, segera menghampiri sambil membawa sebuah boneka.

"Hei, lagi nyari apa?" tanya Lina sambil tersenyum manis. Ia sengaja membungkukkan badannya agar bisa bisa lebih dekat dengan Ratna. "Halo adik manis."

"Eh."

Ratna terkejut karena tiba-tiba Lina sudah ada di sampingnya. Ia sejenak memandangi Lina, tapi kemudian ia tersenyum.

"Kenapa tersenyum, Sayang? Ada yang aneh?"

Tapi lagi-lagi Ratna tidak menjawab dan hanya tersenyum.

"Ia sedang mencari boneka, tapi sekarang malah bingung sendiri. Boneka di sini bagus-bagus," sahut ibu Ratna tiba-tiba.

"Begitu ya? Kalau yang ini bagaimana?" tanya Lina lembut. Ia kemudian memberi Ratna sebuah boneka Barbie berbaju pengantin yang ia sembunyikan di balik punggungnya. Wajah Ratna langsung ceria melihat boneka itu. Ia segera mengangsurkan tangannya yang mungil untuk menerima boneka dari Lina. "Bagus ya? kamu suka?"

"Su....suka Kak. Boneka ini indah sekali, cantik dan imut," kata Ratna dengan bibir yang agak monyong saking bahagianya.

"Jangan begitu Rat. Bilang terima kasih dulu sama kakak ini," kata Ibu Ratna pelan sambil mengelus-elus rambut Ratna.

"Makasih ya Kak."

"Sama-sama, Sayang."

Setelah itu, Ratna dan ibunya berjalan ke kasir, dan Lina hanya memandangi mereka sambil tersenyum lepas. Hatinya bahagia bisa menyenangkan orang lain.

"Hei...!"

sebuah tepukan halus di pundak mengagetkan dirinya. Buru-buru ia menoleh, wajah yang tadi agak pucat karena terkejut berubah dratis setelah tahu siapa yang menepuk pundaknya. Wajahnya berubah ceria!

"A...Anita....!"

Ia segera memeluk perempuan yang baru datang itu. Ada air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Kapan datang? Aku kangen tau! O iya, bagaimana kabar Om dan Tante? Sudah lama aku tidak main ke rumahmu."

Lina menyerbu Anita dengan banyak pertanyaan. Anita cuma tersenyum melihat tingkah saudarinya itu. Ia memang hafal dengan sifat Lina.

"Aduuuhhhh...., satu-satu dong Lin. Jadi bingung aku menjawabnya."

Lina hanya tersenyum, pertanda ia bahagia dengan kedatangan Anita.

"O iya, Lin. Kenalin, temanku," kata Anita sambil melirik seorang laki-laki yang ada di sampingnya. Tapi Lina hanya memandangi laki-laki itu. "Jangan melihatnya seperti itu, Lin. Aku jadi enggak enak hati."

"O iya, maaf....,maaf," kata Lina buru-buru. Ia kemudian mengangsurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan teman Anita.

"Lina."

"Riko."

Suara Riko terdengar lembut dan datar di telinga Lina. Tapi itu suara itu sudah cukup menggetarkan hatinya. Ia buru-buru menarik tangannya dan menggamit bahu Anita menjauh dari Riko.

"Eh, Nit. Riko itu teman atau pacar sih?"

"Kenapa kamu tanya hal itu?" tanya Anita dengan wajah memerah. Lina melihat ada selintas rasa malu di raut wajah Anita. Dan Lina langsung paham.

"Pacar ya?"

Anita tidak menjawab. ia hanya mencubit lengan Lina. Dan Lina hanya meringis merasakan cubitan Anita.

Setengah jam berlalu. Mereka bertiga terlihat asyik mengobrol ruangan Lina yang ada di lantai 2 yang ia gunakan sebagai kantornya. Obrolan mereka terdengar menyenangkan, kadang ada tawa renyah terdengar dari mulut mereka.

Lina adalah perempuan cantik dengan rambut ikal sebahu. Apalagi kalau sedang berbicara tentang boneka. Ia akan bercerita dengan hati berbinar-binar. Riko pun terpesona! Wajah Lina yang cantik dan polos ketika bicara tentang boneka-boneka, membuatnya seperti anak kecil yang mendapat mainan idamannya. Bahagia sekali. Tak terasa, dada Riko berdesir ketika memandangi wajah Lina.

"Kau tahu enggak Nit, kadang aku membayangkan bisa bermain sinetron dengan boneka-bonekaku. Apalagi kalau boneka-bonekku itu memanggilku mama! Wow, indah sekali."

"He-he-he-he, bisa saja kau, Lin."

"Ya Tuhan, kenapa hatiku berdebar-debar kalau melihat Lina? Apakah aku jatuh cinta padanya? Lalu bagaimana dengan Anita? Gila.... Ini benar-benar Gila!" kata Riko dalam hati. Riko bagai tersihir, ia merasa jatuh cinta pada Lina. Jatuh cinta pada semua hal yang ada pada Lina. Suara Lina yang kadang berubah manja ketika menirukan suara anak kecil memanggil mama dan tawanya yang lepas tergelak. Bahkan cara ia duduk, berdiri, berbicara, bahkan juga tersenyum, benar-benar memikat hati Riko. Bagi Riko, jatuh cinta tak melulu soal wajah, tapi rasa nyaman ketika duduk berdekatan, dan penampilan Lina yang sederhana telah mengikat hatinya. Ia merasa menikmati rasa cinta yang baru saja hadir bagaikan alunan lagu indah.

Seminggu setelah mengenal Lina, Riko selalu terbayang-bayang dengan sosok Lina. Kehadiran Lina, membuat hidupnya lebih berarti. Setiap ia melangkahkan kakinya, ia merasa bahwa ia adalah kekasih Lina. Bahkan setiap ia menyebut nama Lina, ia akan mengamininya kalau Lina adalah kekasihnya. Ia seperti orang gila! Saking gilanya, ia ingin membuat tattoo dengan nama Lina. Lina, nama itu seperti jejak yang tak akan terhapus. Ya, Riko merasa punya perasaan dekat dengan Lina. Bukan karena Lina itu cantik, tapi ia merasa Lina adalah degup jantung yang menghangatkan jiwa. Di tambah senyum Lina, bagai aroma lembut selalu melekat dalam ingatan dan memberi banyak arti.

Pagi itu sekitar jam 08.00, bulir embun masih setia bergulir di atas dedaunan. Waktu seperti berlari di jalanan. Riko, yang menyebut dirinya 'playboy kampus', memberanikan diri mengunjungi 'Istana Boneka'. Sambil menikmati matahari pagi, ia membiarkan tubuhnya hangat oleh sinar matahari yang menyapa kulitnya. Di bulan Januari ini, sengatan matahari musim hujan memang tak terlalu panas, hingga membuat langkah kaki Riko terasa ringan.

Setelah memarkir motornya, ia berjalan memasuki 'Istana Boneka' yang seperti memanggil-manggil namanya. Sambil berjalan, Riko ingin mengungkapkan rasa cintanya pada Lina. Ia buru-buru berjalan, karena ingin bertemu Lina yang tampak cantik di matanya. Bahkan, apabila Lina membalas cintanya, itu akan menjadi hadiah tak terlupakan. Burung-burung seperti bersaut-sautan dari balik pepohonan yang ia lalui. Kini ia yakin, kalau Lina memang hidup di tengah degup jantungnya.

Ketika ia memasuki 'Istana Boneka', ia melihat Lina memakai baju putih dibalut cardigan merah jambu. Matanya yang lentik dan lucu menyapu ruangan dan segera saja senyum merekah ketika melihat Riko.

"sorry banget aku telat. Jalanan macet," ujar Riko sambil menenangkan debaran di dadanya. Pagi itu, Riko memang sudah janjian dengan Lina, kalau ia ingin membelikan keponakannya sebuah boneka Teddy Bear coklat. Maka ia menelpon Lina untuk menyiapkannya. Tapi itu sebenarnya hanyalah sebuah alasan yang ia buat, agar bisa menemui dan ngobrol dengan Lina.

"Enggak apa-apa. Kamu enggak terlambat koq. Itu bonekanya sudah aku bungkus," kata Lina dengan suara merdu yang sangat dinikmati Riko. Lina kemudian berjalan ke arah kasir dan mengambil sebuah boneka Teddy Bear besar. "Ini, pasti adikmu senang menerimanya."

Ketika ia menerima boneka itu, bibirnya terasa kelu. Ia seperti laki-laki yang hanya berani melamunkan Lina, tapi tak punya cukup nyali untuk mengungkapkan cinta. Tiba-tiba ia teringat janjinya pada Anita, ketika pertama kali dulu ia mengungkapkan cintanya, bahwa ia akan berubah. Ia berjanji akan menghilangkan sifat playboynya.

Kini, Riko merasa bersalah pada Anita. Ternyata cinta telah membutakan hatinya. Kemana janji yang telah ia ucapkan dulu? Maka, setelah menerima boneka itu, ia buru-buru pulang. Ia akan memendam rasa cintanya pada Lina dalam-dalam. Dan ia memutuskan, menyimpan rapat-rapat rahasia itu. Jangan sampai Anita, kalau tahu, bisa berabe. Masak ia jatuh cinta pada saudara kekasihnya sendiri. Memalukan!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ISTANA BONEKAWhere stories live. Discover now