Satu: Bertemu Gadis Impian

320 40 0
                                    

Seorang lelaki berkulit putih pucat melangkahkan kakinya dengan ringan memasuki kelas. Sementara teman-teman sekelasnya bersiap keluar kelas, dia sebaliknya.

Dia Ichal, yang digadang-gadang akan menjadi Kapten Basket selanjutnya. Di SMAN 1, ada rutinitas tiap semester untuk mengumumkan hasil rapor serta prestasi murid di lapangan sekolah. Tak menarik bagi Ichal, yang di umumkan hanya peringkat pertama hingga ketiga di setiap angkatan. Oleh karena itu, sejak semester pertama di sekolah dia memilih bersembunyi di dalam kelas.

"Chal, nggak ikut?" Seorang lelaki berlesung pipit menepuk pundaknya. "Anak basket 'kan kemarin menang lomba, nama kita dipanggil nanti."

Alis Ichal bertaut, baru teringat kalau murid yang menang perlombaan pun akan dipanggil.

"Harus banget emang, Yu? Males gerak."

Teman dekat Ichal yang akrab disapa Wahyu itu memutar bola mata. Tak habis pikir dengan tingkah Ichal. Ichal jarang sekali bergerak, tetapi anehnya saat bermain basket justru aktif berlari sana-sini. Wahyu selalu menyarankan pada orang lain agar tidak mencoba mengajak Ichal jalan karena dia kemungkinan besar akan menolak.

"Berdiri atau diseret?" Wahyu mengancam seperti yang sudah-sudah.

Ichal menyeringai, dia menopang dagunya lalu berkata dengan nada menggoda, "Seret aku dong Kakak."

"NAJIS!" Wahyu berjengit jijik dan kakinya spontan bergerak menjauh, "Bisa cepet nggak? Ini kita dicariin yang lain loh!"

Ichal mendengus, dengan malas dia berdiri dari tempat duduk. Kalau bukan karena dia menghargai anggota inti basket yang lain, dia tak akan mau pergi.

"Iya dah."

❄❄❄

Di sisi lain, seorang perempuan bertubuh gempal celingukan mencari keberadaan sahabatnya sejak kelas sepuluh. Dia merasa cemas sahabatnya terlambat datang.

"Farya mana sih?" Keluhnya.

Salah satu teman sekelasnya keheranan melihat perempuan berambut panjang itu seperti cacing kepanasan. Mondar-mandir, bukannya menempati barisan kosong.

"Icha, cari siapa?"

"Biasa, si Farya." Jawabnya cepat tanpa menoleh, sementara temannya mengangguk tanda mengerti.

Karena Farya tak juga muncul sampai terdengar suara desutan dari para guru, perempuan itu memutuskan untuk menempati barisan kosong lebih dulu.

Saat ini seluruh murid di SMAN 1 diwajibkan berkumpul di lapangan sekolah. Bisa dibayangkan sendiri 'kan betapa luasnya lapangan SMAN 1?

Pak Suman selaku Kepala Sekolah bergerak menaiki podium, menyita atensi seisi lapangan. Seperti biasa beliau memulai sambutan panjang kali lebar khas seorang Kepala Sekolah.

Icha mendengarkan setengah khidmat. Perasaan Icha campur aduk menunggu pengumuman hasil rapor dan perlombaan. Dia merapal doa dalam hati semoga tidak ada yang menyadari kalau dia sedang gelisah.

Tiba saat pengumuman untuk murid kelas sebelas, Icha tambah gelisah di tempatnya. Mata Icha terpejam rapat tatkala nama lengkapnya disebut dengan lantang sebagai peringkat pertama seangkatan. Dia tersenyum kikuk, ternyata dia masih mempertahankan peringkatnya. Padahal dia sudah berusaha tak terlalu ambisius dan mengurangi porsi waktu belajarnya.

"Silakan saudari Larissa Putri, ditunggu kehadirannya di depan." Salah satu guru yang bertugas mengumumkan bersuara, membuyarkan lamunan Icha.

10 ways to make her fallin'Where stories live. Discover now