CASE 6 | chaos

1.4K 308 21
                                    

Apa yang saat ini terjadi di agensi benar-benar membuat kepala Haechan hampir meledak, sejak dua jam yang lalu tak henti-hentinya laki-laki itu memijat pelipisnya yang berdenyut kian hebat

“Pers akan jadi sangat heboh! Bagaimana bisa kau dengan ceroboh melakukan hal ini?” suara Shin Bujangnim menggema didalam ruang latihan yang hening

“Bujangnim—aku bahkan tidak melakukan sesuatu yang salah!” seru Haechan mematahkan tuduhan Shin Bujangnim

Pria berusia tiga puluhan itu ikut memijat pelipisnya, memikirkan sebuah cara untuk menutupi skandal besar yang menyeret nama traineenya “Kau harus vakum dari sekolah untuk sementara waktu, setidaknya sampai berita ini mereda dengan sendirinya.”

“Bujangnim, hal itu akan lebih menguatkan argumen jika Haechan benar-benar melakukannya.” Timpal Renjun “Menghadapi akan terdengar lebih baik daripada menghindari.”

“Sajangnim meminta Haechan untuk vakum sementara waktu, tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali menyetujui seluruh perintahnya. Aku harap kalian mempersiapkan diri untuk pemakaman Jaemin lusa.” Obrolan berat itu ditutup oleh Shin Bujangnim yang berlalu dari ruang latihan, meninggalkan empat orang disana yang tengah gusar

“Semua orang akan menganggap Haechan benar-benar pelakunya sekarang.” Renjun mengacak surainya gusar, laki-laki itu tampak frustasi

“Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali meyakinkan semua orang bahwa bukan Haechan atau Haera yang melakukannya..” Jeno mengangguk atas pernyataannya sendiri, laki-laki itu membayangkan beberapa cara yang kiranya dapat ia gunakan untuk menemukan siapa yang telah membuat keadaan ini kian runyam

“Hyung, maaf aku tidak bisa membantu apapun.” Laki-laki bersuai orens itu kini membuka mulut usai bungkam beberapa saat, diikuti tepukan ringan dibahunya oleh Renjun

“Tidak apa-apa, kau hanya perlu fokus latihan agar Bujangnim memilihmu untuk didebutkan.” Renjun mengembangkan senyumannya pada laki-laki yang dua tahun lebih muda darinya, Chenle

*

Beberapa hari belakangan, Haera lebih memilih untuk diam. Sehari setelah agensi Haechan mengabari sekolah bahwa traineenya itu harus vakum—entah sampai berapa lama, kini Haera yang menjadi sasaran bully pada siswa

Gadis itu hanya bisa menyumbat telinganya dengan MP3 player yang sempat Jeno berikan padanya, ia berusaha agar suara-suara itu teredam oleh sesuatu yang lain

Kemudian seseorang mengetuk bahu Haera dengan jari telunjuknya, membuat gadis itu memalingkan wajahnya kebelakang untuk melihat siapa yang memanggil dirinya, itu Jeno—Lee Jeno

“Jeno..”

“Aku perlu bicara denganmu, bisa ikut aku sebentar?”

Haera bahkan tidak mengerti apa yang Jeno sebut ‘perlu’ dari dirinya, bahkan Jeno bisa saja meminta bantuan yang lain bukan Haera, namun gadis itu memilih untuk mengikuti kemana Jeno akan membawanya

Ketika telah jauh menaiki anak tangga, Haera mengerti Jeno akan membawanya ke atap, laki-laki itu membuka pintu diujung tangga disusul dengan angin yang cukup kencang menerpa surainya bahkan sebelum laki-laki itu keluar

Jeno mempersilahkan Haera keluar terlebih dahulu, disusul oleh dirinya yang kemudian menutup pintu. Haera berjalan menuju dinding setinggi satu setengah meter yang membatasi atap, merasakan hembusan angin menyapu kulit wajahnya dengan sedikit kasar

“Berikan aku penawarku..”

Dahi Haera berkerut kian dalam tatkala Jeno mengatakan sesuatu yang ambigu padanya. Haera tak merasa dirinya telah mencuri sebuah obat dari Jeno atau apa “Ya?”

[1] ANATHEMA : The Face of Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang