14. Kekesalan Nisa

64 7 0
                                    

Tandai kalau ketemu typo. Maaf ya. Selamat membaca

°•°•°

Nisa dan Halim tiba di bandara Halim Perdanakusuma pagi tadi, mereka sengaja mengambil penerbangan pagi karena masih harus kembali ke kantor siang nanti

"Kita dijemput nggak sih? Apa naik taksi aja?"

Halim menggeleng bingung "Kayaknya naik taksi aja, gimana?"

"Yaudah deh"

Nisa mengikuti langkah Halim seraya menyeret kopernya. Dering ponselnya membuat Nisa berhenti. Begitu tahu kalau Naufal yang menelepon, segera Nisa mengangkat panggilan itu

"Halo"

"Udah sampe belum?"

"Udah kok, udah dijakarta"

"Yaudah kalo gitu. Aku ke kantor dulu, agak sore pulangnya. Nanti malam jalan, mau? Kebetulan temenku launching cafe di Sudirman"

"Iya, liat nanti. Soalnya aku juga langsung ke kantor"

"Nanti aku hubungi lagi. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Nisa tersentak kaget begitu Halim menyentil keningnya pelan "Ngapain senyum senyum? Nggak waras lo. Ditungguin juga dari tadi, kirain nyusul dibelakang taunya ketinggalan"

Nisa cengengesan menatap Halim "Maap deeeeh. Ayok cepetan"

Ingin rasanya Halim menarik rambut Nisa yang dikuncir kudanya itu

°•°•°

Naufal memijat pangkal hidungnya pelan seraya bersandar dikursi. Tepat pukul tujuh belas lewat lima belas menit pekerjaannya selesai. Beberapa notifikasi langsung menyerbu ponsel pria itu begitu Naufal menyalakan jaringan Wi-Fi yang terhubung

Nama Khairunnisa langsung menjadi pusat perhatiannya. Dua panggilan tak terjawab serta empat pesan masuk membuat Naufal menarik sudut bibirnya

Khairunnisa

Aku udah dirumah. 15.00

Jam berapa pulangnya?. 15.19

Udahh soreee. 16.13

Massss?. 16.45

Naufal menyimpan ponselnya disaku, kemudian mengambil jaket kulit warna hitam yang ia sampirkan di sandaran kursi lalu segera bergegas dari sana. Wajah kesal Nisa terbayang di ingatannya membuat Naufal terkekeh geli. Begitu tiba diparkiran Naufal mengirimkan balasan pesan untuk Nisa

Siap siap sana, jam 7 aku jemput. Jangan cemberut

Setelah itu Naufal langsung meninggalkan pelataran parkir. Membelah jalanan sore ibukota yang sangat padat karena jam pulang kantor. Naufal melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Hampir mendekati waktu magrib, akhirnya Naufal berhenti disalah satu masjid untuk shalat magrib

Reporter & Tetangga SebelahWhere stories live. Discover now