Part 26

11.6K 1.1K 72
                                    

Lelaki yang baik akan menikahi perempuan untuk menjadikannya ratu bukan pembantu.
Hisnanad28

Tiga bulan berlalu, Kaila merasa baik-baik saja. Ia telah kembali ke rumah Ayyas dengan hati lapang. Namun, hati wanita itu dilanda kecemasan luar biasa. Hari ini Ayyas tampak berbeda. Seperti tadi pagi tidak ada pesan kecil yang mengatakan dirinya akan ke kantor.

Hari telah berganti gulita. Satu pesan dari Kaila tidak ada yang terbaca dan terbalas. Ayyas benar-benar membuat istrinya takut dan gelisah. Jam berdentang sepuluh kali semakin membuat dada wanita itu berdebar.

Apa pun bisa terjadi, termasuk jika Ayyas mengingkari janjinya. Kaila takut untuk terluka kedua kalinya. Namun, sebelum pikirannya berkelana ke mana-mana, sebuah ketukan membuat wanita itu beranjak.

Saat pintu terbuka, telah ada Ayyas dengan senyum merekah. "Assalamualaikum."

Lirih Kaila menjawab salam Ayyas. Wanita itu merasakan kelegaan yang teramat. Suaminya baik-baik saja.

"Kenapa tidak mengirim pesan apa pun?" Kaila bertanya dengan intonasi lucu.

Intonasi yang terdiri dari setengah rasa khawatir dan setengah rasa berusaha biasa saja. Lantas kekehan kecil terdengar. Ayyas suka dengan sikap manja bercampur dingin yang diciptakan oleh bidadarinya itu.

"Maaf."

Kata itu menjadi ujung pembicaraan. Kaila merasa ada yang janggall dan Ayyas sedang menyembunyikan sesuatu yang terjadi. Ada rahasia kecil yang masih menjadi sekat mereka.

***

"Kai, aku tunggu di atas!"

Kaila mengerutkan kening. Sedikit heran kenapa Ayyas langsung ke lantai atas. Biasanya ia selalu membantu membereskan piring. Jika dilarang maka jawaban gombal pun keluar.

"Aku tidak rela bidadariku kelelahan. Dengar, Kai, aku menikahimu untuk menjadi ratu bukan menjadi pembantu."

Kalimat itu selalu mampu membuat Kaila mengembangkan senyuman. Ada tanya yang terselubung tentang sikap Ayyas yang berbeda. Sejuta pertanyaan mulai menyerang, tetapi ia berusaha berhusnuzon.

Lafaz istigfar sedari tadi tidak terlepas dari hati Kaila. Sembari mendekati kamar yang tertutup ia mengembuskan napas. Wanita itu takut jika ada hal buruk yang terjadi.

Deritan pintu terbuka membuat Kaila semakin masuk ke kamarnya. Hiasan lilin dan taburan mawar merah terserak di lantai. Di dekat jendela, Ayyas tersenyum.

"Ada apa?" tanya Kaila bingung.

Ayyas menggeleng dan menarik lengan Kaila. Di bawah sinar rembulan lelaki itu berjongkok. Mengulurkan sebuah cicin.

"Will you be mine?"

Kaila terkekeh. "Bukankah aku sudah menjadi istrimu?"

"Sudah, tetapi rasanya tidak pantas jika selama ini tidak ada lamaran antara kita."

Suara tawa Kaila mengalun merdu. Membelah kesunyian malam dan dinginnya angin. Ayyas terpesona. Bukan untuk pertama kalinya, tetapi kesekian kali.

Jika dideskripsikan maka satu buku tidak bisa melukiskan seberapa bahagianya Ayyas bisa menjadikan Kaila sebagai istrinya. Meskipun ujian datang menerjang dan menghadang, istrinya tetap bisa memaafkan. Lelaki itu merutuki dalam hati apa yang telah terjadi. Segala kesakitan dan luka yang tidak semudah itu dilupakan.

"Tidak."

Kaila berkata dengan dingin membuat Ayyas mengerutkan dahi. Perubahan raut wajah yang kontras. Beberapa menit dilalui dengan ketegangan.

Istri Rasa Ipar (Completed)Where stories live. Discover now