56

892 60 2
                                    

Profesor Salman yang melihat itu semua hanya mampu tertawa terbahak membuat Fira yang melihat itu merasa geram. Dengan gerakan pelan Fira menggores tali yang mengikat kedua tangannya menggunakan pecahan kaca yang berada tidak jauh dari jangkauannya

" Seharusnya anda mencelakai saya bukan teman-teman saya" profesor salman berbalik dan menyunggingkan senyum miring melihat Fira yang menatapnya penuh amarah ke arahnya

" Saya ingin melakukan itu. tapi, saya sadar saya tidak mungkin membunuh anak dari seseorang yang sudah menciptakan penawar dari virus zombie yang sudah saya buat"

" Kenapa anda tega membunuh ibu saya?" Tanya Fira dengan air mata yang sudah menggenang di kedua pelupuk matanya

" Ibumu itu sangat keras kepala, saya sudah memperingatkan dia untuk memberitahu saya dimana letak penawar itu. Tapi, dia bersikeras menyembunyikan penawar itu dan itulah yang membuat saya kehilangan sabar" Fira mengepalkan kedua tangannya mendengar profesor Salman yang begitu santai mengucapkan semua itu

" kenapa anda harus ada? Kenapa anda harus membuat virus itu hah? Anda tau? Karena perbuatan anda semua orang yang saya sayang pergi meninggalkan saya karena keegoisan anda tuan salman yang terhormat"

Profesor salman berbalik dan tersenyum miring ke arah Fira yang menatap tajam ke arahnya

" Kalo saya tidak ada, kamu tidak akan pernah mendapatkan pengalaman seru seperti ini bukan?"

" Anda egois" Fira dengan gerakan cepat menusuk perut profesor salman menggunakan pecahan kaca itu, membuat profesor salman dengan cepat menghindar

" Haha kamu pikir saya tidak tau akal-akalan kamu?" Ucap profesor salman sambil memelintir tangan Fira

Fira meringis kesakitan saat salah satu tangannya dipelintir ke arah belakang

BUGHHH...

Profesor salman jatuh tersungkur saat mendapatkan pukulan balok di punggungnya. Profesor salman mendongak dan bertemu tatap dengan dirga yang menatapnya dengan tatapan tajam

" Uhuk kamu rupanya" profesor salman berusaha berdiri membuat dirga dengan cepat menginjak pergelangan tangannya membuat pria paruh baya itu meringis kesakitan

" Itu karena anda berusaha mencelakai kekasih saya"

" Saya melakukan itu hanya karena ingin balas dendam, dan kamu tidak usah ikut campur dalam urusan pribadi saya" ucap profesor salman membuat dirga menggeram marah

" Apapun urusan Fira itu akan menjadi urusan saya juga, anda paham?" Ucap dirga sambil mengarahkan sebuah pistol ke arah kepala profesor salman

" DIRGA" panggil putra dan disusul lainnya membuat dirga menoleh

" jangan bunuh dia" ucap putra membuat dirga mengangkat alisnya satu

" Maksud lo? Lo mau biarin dia tetap hidup dan terus biarin kekacauan ini terjadi?" Ucap dirga sarkastik membuat putra menggeleng

" Bukan gitu dir" putra menggeleng

" Terus apa?"

" Justru karena dia yang buat kekacauan ini, dia juga yang harus nyelesaiin ini semua" ucap putra membuat dirga berpikir

Putra benar, karena profesor salman yang membuat kekacauan ini, maka dia lah yang harus menyelesaikan semua kekacauan yang terjadi di kota ini

" Cepat katakan dimana penawar virus itu?" Ucap dirga sambil terus menodongkan pistol itu di kepala profesor Salman

" Bukan saya yang membuat penawar itu"

" Jangan bohong!" Sentak dirga

" Saya tidak berbohong"

" Kalo begitu cepat katakan!" Paksa dirga membuat aban mendengus kesal

" Kak, dia udah bilang nggak tau berarti emang bener dia nggak tau itu" aidah menyikut pelan aban membuat aban meliriknya sekilas

" Lo diem!"

" Penawarnya belum selesai dibuat kak" ucap deby yang tiba-tiba datang membuat dirga menolehkan kepalanya dengan raut wajah bingung

" Maksud lo?" Tanya aidah membuat deby memijit kepalanya pelan

" Ibunya Fira belum sepenuhnya nyelesaiin penawar itu, gue lupa kasih tau kalian hehe" semua menatap deby dengan pandangan datarnya masing-masing membuat deby hanya mampu menelan salivanya dengan susah payah

" Gue keluar dehh yaa, disini panas soalnya hehe"






















" DEBY! SINI LO! GUE CAKAR MUKA LO ITU" teriak aidah dan ayu membuat deby berlari dengan kalang kabut

" Ampun gue lupa sumpah"

Dan terjadilah aksi kejar-kejaran didalam laboratorium itu. Tanpa mengingat kalo mereka dalam keadaan bahaya. Sedangkan Dirga, Aban dan putra yang melihat itu hanya mampu menggelengkan kepalanya











Jangan lupa vommentnya ☺️

Stadt-ZombieWhere stories live. Discover now