Kejadian "Istimewa"?

21 3 1
                                    

(Reza)

Sesampainya aku di kelas, aku langsung menghampiri Adit yang sendang membaca buku fiksi tentang kerajaan kegelapan yang sulit untuk ku baca. Ia memang sering datang lebih awal dari ku, mungkin karena ia akan langsung pergi ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku fantasy yang ingin ia baca. Namun terkadang ia juga sering untuk menghemat uang jajannya hanya untuk membeli sebuah buku fantasy di toko buku. Itulah mengapa ia agak terlihat kurus.

"DIT!!" Sontak Adit pun terkejut mendengar panggilanku yang tiba – tiba keluar di heningnya kelas.

"Astaga Za. Kamu ini kenapa? Tiba – tiba teriak di depan ku"

"Sudah berapa buku fantasy yang kamu baca?!" Nada bicaraku agak sedikit terburu – buru.

"Tenang Za, memangnya kamu ada apa? Kelihatannya seperti sudah dikejar sesuatu. Aku baru saja mau menyelesaikan buku fantasy ke 50 ku" Adit mencoba menenangkanku.

"Baiklah." Aku mengatur nafas sejenak lalu kembali bertanya kepada Adit. "Jadi, apakah kamu tau soal seorang pria menggunakan baju zirah abad pertengahan, bermata hijau menyala, terdapat simbol aneh di sekitar matanya, dan juga memiliki sebuah pedang aneh dengan ujung yang bengkok juga besar?"

"Sebentar. Pria dengan mata hijau menyala disertai simbol aneh sekitarnya, berpakaian zirah abad pertengahan, dan bersenjatakan pedang aneh? OH! Ia seperti tokoh dalam cerita yang ku baca ini!" Sepertinya Adit mengetahui tentang pria itu.

"Benarkah?!"

"Tapi sebentar, ini kan hanya sekedar cerita fiksi saja. Dan tidak mungkin ada di kenyataan ini."

"Tapi Dit, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Dan bahkan ia juga melirikku dari kejauhan. Dan juga pedang yang ia pegang itu seperti mengeluarkan semacam aura gelap!"

"Mungkin itu hanya khayalanmu saja Za." Tapi jika difikirkan, aku belum pernah membaca atau menonton atau bermain game RPG fantasy hingga terbayang dalam fikiranku.

"Gak mungkin Dit! Dia memang benar – benar ada! Coba kamu sesuaikan dengan tokoh dalam cerita itu"

"Baiklah. Tapi mungkin nanti saat jam istirahat akan ku ceritakan." Adit pun kembali melanjutkan bacaan bukunya.

Aku merasa sedikit tenang ketika sudah memberitahu hal itu kepada Adit. Namun yang sekarang menjadi masalah, apakah Bima akan mengerti apa yang akan ku bicarakan dengan Adit nanti? Mengingat bahwa kami bertiga memang selalu bersama dalam setiap hal. Aku biasanya mengambil dalam hal bersosialisasi dan komunikasi, Adit dalam hal pemikiran dan strategi, dan Bima dalam hal kebugaran fisik.

Namun memang akhir – akhir ini Adir jarang ikut berbicara ketika aku sedang bergabung dengan Bima. Adit bisa dibilang seorang yang lebih cenderung pendiam, lebih observatif, dan bahkan ia terkadang bisa memperdiksikan suatu hal yang akan terjadi berdasarkan fakta yang ia dapatkan. Ya, aku belajar hal itu semua dari Adit. Namun kemampuanku belum bisa menyamai Adit.

Bel masuk pun berbunyi. Aku duduk dengan Bima di barisan tengah, karena barisan depan sebagian besar diisi oleh wanita, termasuk Wulan yang duduk bersebalahan dengan Alphina. Wali kelas pun datang untuk memberikan beberapa informasi berkaitan dengan kelulusan yang akan kami terima beberapa hari lagi.

Kelulusan di sekolah kami memang agak sedikit berbeda. Tidak ada acara khusus untuk merayakan kelulusan kelas 12, karena kepala sekolah ingin menggunakan waktu sebaik – baiknya untuk KBM kelas 11 dan 10. Walaupun menurutku bisa dilakukan di hari libur sekolah, tapi tetap saja hal itu tidak akan terjadi.

Sebenarnya aku ingin membuat sebuah momen indah dimana aku akhirnya menyatakan perasaanku kepada Wulan. Namun entah itu kapan. Tapi yang jelas kami semua lulus 100% tanpa ada yang harus mengulang di kelas 12. Mungkin karena aku juga membantu beberapa orang dari kelas lain untuk membantu teman mereka dalam mengerjakan tugas. Jadi bisa dibilang aku memang agak terkenal di sekolah, tapi hanya untuk beberapa orang yang pernah minta bantuanku.

Next GenerationWhere stories live. Discover now