GARANCA | 05

10.4K 1.2K 97
                                    

Sebelum lanjut membaca yuk vote dulu part ini..

Oh iya kalian dari daerah mana nih??

Jangan lupa tinggalkan komentar jugaaa yaa gaess..

|_____ HAPPY READING___|

|_____ HAPPY READING___|

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Hal apa saja yang ingin kalian dapatkan ketika pulang sekolah?

Jika Bianca ia hanya ingin mendapatkan sambutan hangat dari Mamah nya. Juga ketenangan dan kenyamanan. Hanya saja semua itu sirna begitu ia masuk ke dalam rumah dan melihat sepasang manusia sedang duduk berdua di ruang tamu. Terlihat wanita dengan pakaian cukup ketat tengah bersandar di bahu laki-laki berkemeja biru dengan tangan melingkar di pinggang laki-laki itu.

Dada perempuan itu terasa sakit. Gertakan giginya terdengar bersamaan dengan kepalan tangan yang mampu membuat buku-buku nya sampai memutih. Bianca mendekat dengan emosi meluap di dalam benaknya. Kedatangan perempuan tersebut mengejutkan Laras dan Fariz. Keduanya langsung memberi jarak.

   "Anda kenapa ada di sini?!" sarkas Bianca. Sorotan matanya sangat tajam. Kedua tangannya masih setia mengepal di kedua sisi badan.

Lelaki itu tampak mengulas senyumnya. "Bia udah pulang? Gimana sekolahnya?"

Bianca berdecih kasar. "Gak usah sok akrab! Lebih baik anda keluar dari rumah saya sekarang!!"

   "Bianca!" Laras langsung menegur putrinya dengan nada tinggi. Tatapan wanita itu kepada Bianca mengisyaratkan kemarahan. "Yang sopan ya kamu, dia tamu Mamah gak pantas kamu mengusirnya."

Bianca tertawa hambar. Dadanya semakin perih ketika kenyataan akan Laras yang begitu membela lelaki itu Bianca dapatkan. "Apa perlu saya tunjukan di mana pintu keluar nya?" tanya Bianca tanpa merespon ucapan Laras.

   "Bia tadi Om belikan kamu brownies coklat, kamu suka kan? Jangan lupa di makan ya. Ya sudah Om pamit sekarang." Fariz mengambil jas kantor yang tergeletak di tangan sofa.

    "Kalau perlu jangan pernah injakan kaki Anda di rumah ini lagi!" Fariz hanya tersenyum membalas kemarahan Bianca.

   "Ya udah Om Pamit ya."

    "Mas__"

     "Saya ada kerjaan juga."

    "Ya udah biar aku anter."

Bianca benar-benar muak melihat itu semua. Kedua matanya panas. Goresan itu semakin dalam dia terima. Sakit dan perih melihat Laras seperti ini.

GARANCAWhere stories live. Discover now