Third

4.5K 312 12
                                    

Seokjin menatap langit biru dengan tenang. Merebahkan tubuhnya,tak peduli bahwa atap sekolahnya sangat kotor.

Menikmati awan serta birunya langit,yang berhasil memanjakan matanya. Entah kenapa sejak dulu Seokjin suka sekali menatap langit. Menikmati angin yang menerpa wajah serta tubuhnya.

Seokjin kini sendirian. Lagi-lagi ia bolos pelajaran. Pasti kekasihnya saat ini sedang serius belajar. Jika mengingat Jungkook,otomatis bibirnya melukiskan senyum ringan.

Jungkook adalah satu-satunya orang yang peduli terhadapnya. Yang menolongnya,mendukungnya serta menyemangatinya. Sebelum kehidupan saat ini,kehidupan Seokjin sangat berat. Cukup untuk membuatnya ingin bunuh diri.

Jika mengingat masa lalunya,pasti Seokjin merasa sesak. Namun,dia yang dulu sudah ia singkirkan. Kini yang ada hanyalah seorang Kim Seokjin yang kuat dan bermental baja.

Seokjin menarik napasnya pelan dan menghembuskannya cepat. Menutup matanya,dan menikmati semilir angin,yang membiusnya memasuki ke alam mimpi.

Mungkin sambil menunggu bel sekolah bergema,alangkah baiknya dia menidurkan diri. Hitung-hitung mengisi energinya yang hilang.

Seokjin merilekskan tubuhnya. Dalam sekejap dia memasuki alam mimpi.

*****

Kim Seokjin. Anak tunggal yang tinggal sendirian bersama nenek dan kakeknya. Kedua orangtuanya telah meninggal dunia saat ia berumur 7 tahun. Bersama dengan kakek serta neneknya,Seokjin tumbuh menjadi anak yang periang,baik hati,dan suka menolong.

Ia memiliki banyak teman. Dengan sifatnya yang easy going,Seokjin menjadi anak laki-laki idaman semua orang.

Namun itu tidak bertahan lama. Saat Seokjin menginjak bangku menengah pertama,semuanya berubah. Sosok yang dulu periang,kini hilang menjadi pendiam. Temannya satu per satu menghilang. Tak ada yang ingin berteman dengannya. Hanya karena masalah sepele,Seokjin menerima akibat ini selama bertahun-tahun.

Awal mula berawal saat Seokjin sedang asik menyiram tanaman di kebun belakang sekolahnya. Dia suka tanaman. Setiap jam istirahat berbunyi,dia akan berlari ke belakang sekolah,dan mulai menyiram bunga-bunga.

Saat ia sedang asyik menyiram tanaman,seorang gadis belia yang cantik menghampirinya. Dengan wajah yang memerah dan senyum malu-malu,gadis itu menyatakan perasaannya kepada Seokjin.

Seokjin yang masih sangat polos,dan tidak tau apapun,hanya bisa menolak gadis tersebut.

Dia mengatakan. 'Maaf aku lebih menyukai bunga.'

Gadis tersebut menangis sekencang-kencangnya. Berlari meninggalkan Seokjin yang tidak tahu apa-apa.

Saat Seokjin kembali memasuki kelas,suasana berubah. Semua teman-temannya menjauhinya. Menghinanya. Hanya karena Seokjin menolak gadis tersebut karena ia lebih menyukai bunga.

Seokjin polos menjadi pendiam. Semakin hari perbuatan teman-temannya semakin parah. Di bully adalah hal yang sudah biasa Seokjin alami. Bagaimana dengan kakek dan neneknya?

Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu,Seokjin-nya adalah siswa pintar dan ramah yang baik hati.

Semua Seokjin alami selama 3 tahun. Di pukuli,di caci,dan di manfaatkan.

Hanya karena keegoisan seorang gadis, Seokjin mengalami itu semua.

Dia benci gadis itu? Iya. Seokjin membencinya. Gadis itu hanya diam. Melihat Seokjin sambil tertawa remeh.

Sampai suatu hari, Seokjin sudah di ambang batas.

Hujan lebat mengguyur kota kecilnya. Seokjin yang lemah hanya tergeletak,memandang langit yang menurunkan tangisnya.

NEVER IMAGINEWhere stories live. Discover now