1. Prolog ~~~

23 6 0
                                    

Aku adalah aku, tidak mudah untuk merubah prinsip hidupku. Pikirku memang keras seperti halnya batu, namun naluriku tak sekejam tombak melaju.

~~~ Aytya ~~~

   Namaku Khiya Anacyla Verdinand, aku duduk di bangku SMA, SMA Nusa Bangsa, Aku lahir di antara keluarga berada. Ayahku ialah Hendra Verdinand, Ayahku seorang Pembisnis dengan watak yang keras.  Ibuku ialah Meira Verdinand, Ibuku seorang ibu rumah tangga biasa dengan watak sabar. Kakak laki-lakiku ialah Zeylano Verdinand, Kak Zey bertugas melanjutkan bisnis Ayah, ia adalah pahlawan yang selalu mendukungku kala semua orang tak sejalan denganku, Kakak perempuanku ialah Mesya Anindya Verdinand, Kak Mesya masih duduk di bangku kuliah, ia adalah sosok yang rela dan mau mengalah.


Dalam hidup ini aku bersyukur memiliki mereka, pelengkap semangat hariku. Namun, disisi lain ada pula elemen keluarga yang selalu kontra dengan pendapatku. Bukankah aku bebas memilih kehendakku, impianku, masa depanku? Lalu mengapa ada saja elemen keluarga yang selalu kontra dengan keinginanku?


Tidak! Aku tidak akan menyerah, apapun konsekuensinya. Meski begitu, aku selalu mendapat kasih sayang dan perlindungan dari Bunda dan kakakku. Bagiku manusia bukan dilahirkan untuk menjadi pion, Bunda juga menanamkan prinsip, "Apa yang menurutmu dan kata hatimu benar, lakukanlah nak!". Aku tidak takut dibenci, tidak juga melangit saat dipuji. Aku dengan prinsip dan kokoh doa juga usaha keras, pasti mampu meraih impianku.


Nenekku bernama Marlia Verdinand. Ia adalah pihak tertua di keluargaku, yang selalu membuatku seperti burung dalam sangkar, selalu mengatur segala keinginanku. Ia juga yang selalu menilai pilihanku keliru. Aku seperti pion demi meningkatkan tahta. Demi menperkuat bisnis keluarga Verdinand. Baginya aku hanya putri pembangkang, tak mau menuruti ambisinya agar aku menjadi pembisnis muda.


Sungguh hobiku bukan dalam bidang bisnis, aku menyukai alam, aku menyukai puisi, aku suka senja. Namun, semua itu harus aku jauhi demi kehormatan keluarga dan keanggunan diri. Tidak boleh keluar menjelajah alam kecuali dengan seizin Nenek. Tidak perlu memikirkan puisi, yang aku butuhkan hanya mempelajari bagaimana menyusun proposal perusahaan. Tidak boleh memburu senja, yang harus kuraih hanya waktu untuk bernuansa dengan acara pesta.

Ingin rasanya diri keluar dari zona sangkar sempit penuh ambisi, lalu diri akan mencari jalannya sendiri, meraih mimpi tanpa ikat di setiap sisi yang terasa mencekik dan mencabik diriku. Dengan mata yang bebas menjelajah segar nuansa alam, telinga yang dengan bebas mendengar debur ombak di pesisir pantai, rambut yang bebas merasakan hembusan udara malam, lidah yang bebas merasakan kuliner dunia, tangan yang bebas menggenggam sesama, kaki yang bebas berlari mengejar langit senja, menikmati sunset di seluruh penjuru dunia.

Indah bukan segala angan yang aku impikan? Dapatkah aku meraihnya? Atau aku harus memendam dalam buku diary dan hanya dapat kubaca angan yang takan pernah tergapai?

Hay hay readers....author comeback to wattpad....bawa cerita baru yang pastinya dengan petualangan baru.Jangan lupa vote biar author semangat update:) bubayyy ;)

Be Yourself [UPDATE WEEKLY]Where stories live. Discover now