prolog

242 18 7
                                    

25 JUNI 2008

---

  Bocah bernama bintang itu tengah asyik mengayunkan ayunan yang ia tumpangi menggunakan kakinya.

  Bintang tersenyum ketika melihat Jupiter sedang berlari menuju dirinya. Dia jupiter, Bocah seumuran dengan Bintang.

Jupiter sampai di ayunan nya dengan nafas ter-engal engal. Kemudian ia mencoba untuk menenangkan Nafasnya.

  Bintang turun dari ayunan kemudian berdiri di hadapan jupiter. Bocah perempuan itu terlihat seperti kurcaci jika berada tepat dihadapan Bocah laki laki tersebut.

  "Ayo main" Seru Jupiter memamerkan gigi gigi susunya.

"Main apa kak?" Bintang bertanya.

"Gausah manggil aku kakak. kita kan seumuran" Ujar Jupiter.

  "Aku enggak kebiasa hehe" Bintang tersenyum hangat.

  Jupiter tak menjawab, Matanya mengelilingi sekitar taman Kemudian berhenti di titik rumah pohon. Gubuk kecil terbuat dari kayu itu kokoh berada menyempit di sebuah batang Sawo besar.

  Sepertinya Bintang tahu maksud Jupiter. Dengan Segera Bintang berlari menuju Rumah pohon berada.

  "Aku duluan yang sampai!" Teriak Bintang sambil berlari.

  Jupiter tertawa kecil kemudian ikut berlari menyusul Bintang. Dengan larinya yang lumayan cepat Jupiter dapat mengimbangi jarak dengan Bintang.

  Ekspresi Bintang terlihat kesal karena Jupiter yang selalu bisa membalap nya. Kemudian alis bintang menyatu lalu menambah kecepatan larinya.

  Bintang terlihat sangat bahagia ketika berhasil sampai ke rumah pohon dengan cepat dan mengalahkan Jupiter yang tak jauh darinya.

Bintang mengatur nafasnya yang tak tenang kemudian berteriak meremehkan Jupiter "Aku duluan yang sampai! Haha kakak kalah!" Teriak Bintang bertepatan dengan Sampai nya Jupiter.

  "Kamu hebat ya Bintang!" Ujar Jupiter dengan ekspresi dibuat buat. Bintang menatapnya remeh kemudian tertawa.

   Jupiter tersenyum melihat Bintang yang amat bahagia karena hal sepele seperti ini. Padahal Jupiter sengaja memelankan larinya agar Bintang menang. Ya, Jupiter ingin Bintang senang.

  "Ayo Naik ke atas!" Ajak Bintang semangat 45.

  "Tunggu sebentar" Jupiter Tersenyum kecik kemudian berlari ke belakang pohon dan mengambil sebuah cat berwarna merah berukuran telunjuk itu kemudian menunjukan kepada Bintang.

  "Kita akan melukis??" Tanya Bintang.

Jupiter menggeleng. Ia buka cat itu kemudian mewarnai tiga jari nya. Ia menatap sejenak kayu balok yang terpaku di batang pohon untuk pijakan kaki jika ingin menaiki rumah pohon kemudian berhasil mencap kayu itu dengan jari jari indahnya.

  Jupiter mengembangkan senyumannya. Matanya melirik ke arah Bintang seolah mengajak Bintang untuk cap jarinya.

"Itu ide bagus ka Jupiter!" Bintang tersenyum lebar hingga menampilkan giginya kemudian mengikuti apa yang Jupiter lakukan.

Gengsi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang