48 Hours (3)

1.5K 152 1
                                    

15.20 KST

Beomgyu memimpin Taehyun memasuki apartemennya. Baru menginjakkan kaki saja, Taehyun seolah merasa pulang ke rumah. Ia begitu familiar dengan berbagai hal yang ada di apartemen berkamar 1 itu. Bahkan kondisi ruangan yang berantakan saja, terlihat cukup familiar untuknya. Padahal dia sudah tidak pernah menginjakkan kaki di tempat ini setahun lamanya.

"Maaf belum sempat kurapikan. Tadi pagi aku bangun terlambat jadi buru-buru berangkat tanpa merapikan rumah," kata Beomgyu sambil memungut sampah-sampah plastik yang berceceran di lantai, membuat Taehyun langsung menoleh padanya.

"Sejak dulu bukannya kau selalu begitu, Beom?" jawab Taehyun yang ikut membantu Beomgyu merapikan ruang utama. Ia bisa menyimpulkan kalau Beomgyu jarang bersih-bersih rumah, buktinya barang-barang seperti tanaman plastik di sebelah TV jadi berdebu parah.

"Kau duduk saja," tegur Beomgyu saat menyadari apa yang sedang dilakukan Taehyun.

Yang lebih muda menggeleng. "Bersama lebih cepat selesai."

Mengingat sifat Taehyun yang keras kepala, Beomgyu tidak mendebat lebih panjang.

15.40 PM

Beomgyu sedang mandi saat Taehyun duduk-duduk di sofa sambil memeluk boneka corgi. Ia tak hentinya memeluk dan menciumi boneka tersebut. Aroma Beomgyu menempel seutuhnya pada boneka itu membuat Taehyun tak bisa berhenti membenamkan wajahnya di sana.

Taehyun sangat rindu Beomgyu. Tapi meskipun sekarang mereka telah begitu dekat, Taehyun masih terlampau malu untuk menjadi dirinya seperti di masa lalu yang selalu bermanja pada Beomgyu. Mereka masih mantan. Taehyun masih tidak yakin apakah Beomgyu akan menerimanya lagi.

Cklek

Taehyun lantas menoleh ke asal suara. Ia mendapati Beomgyu keluar dari kamar mandi dengan kaos putih, celana pendek hitam dan rambut yang masih basah. Pemuda itu menghampirinya begitu bertemu tatap dengan Taehyun.

"Mau minum apa?" tanyanya begitu berhenti berjarak tidak sampai 1 meter dari Taehyun.

"Apa saja tidak masalah," jawab Taehyun sambil tersenyum hingga lesung pipinya mencuat.

Beomgyu tersenyum tipis, entah untuk apa. Kemudian ia putar balik menuju dapur.

"Kau akan menginap di sini, Taehyun?"

"Kalau kau tidak keberatan...."

"Aku sama sekali tidak keberatan."

Taehyun tersenyum dengan pipi bersemu sambil mencubiti telinga boneka corgi.

Tak lama kemudian Beomgyu datang ke ruang utama sambil membawa sebuah mug yang menguarkan aroma teh. Ia meletakkan mug itu di atas meja, lantas mendudukkan dirinya di sebelah Taehyun.

"Kau bisa tidur di kamar, aku akan tidur di sofa malam ini."

"Biar aku saja yang di sofa, kau masih sakit."

Beomgyu menggeleng. Tangannya sibuk menggosok handuk ke rambutnya yang masih basah.

"Sudah kubilang, aku itu tidak sakit, Taehyun. Hanya tidak sempat sarapan, belum lagi tadi ada masalah sedikit sampai harus diselesaikan di kantor polisi."

"Kantor polisi?" seru Taehyun dengan mata membelalak.

"Hanya masalah kecil kok."

"Bukan karena berkelahi kan?" tanya yang lebih muda dengan nada khawatir.

Beomgyu meliriknya sekilas sambil terkekeh. "Bukan. Sudah, tidak perlu dipikirkan lagi."

Taehyun cemberut. "Apa itu sebabnya isi dompetmu kosong?"

"Hm."

"Berapa banyak denda yang harus kau bayar?"

"Lima ratus ribu."

Taehyun membelalak untuk kedua kalinya. Kemudian ekspresinya jadi menyendu. Ia berpindah supaya duduk lebih dekat dengan Beomgyu.

"Jadi kau menggunakan semua uang jatah bulan ini?"

"Hm," jawab Beomgyu singkat sambil melempar senyum tipis pada yang lebih muda.

Taehyun mengerang diikuti dengan lengannya yang memeluk Beomgyu dari samping. Boneka corgi yang semula didekapnya, dibiarkan jatuh ke lantai begitu saja. Ia menatap Beomgyu dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca.

"Beomgyu, izinkan aku tinggal di sini lagi ya? Setidaknya kau bisa memanfaatkanku untuk beli makanan. Ini masih awal bulan, dan aku khawatir kau akan sakit gara-gara tidak bisa makan teratur lagi. Tubuhmu mudah terserang penyakit kalau pola makannya tidak terjaga. Boleh ya?"

Beomgyu balas menatap yang memeluknya. Ia tentu saja akan dengan senang hati mengizinkan Taehyun tinggal bersamanya lagi. Tapi kalau tujuannya supaya dia bisa memanfaatkan uang Taehyun, Beomgyu jelas tidak mau.

"Tidak boleh kalau untuk alasan itu."

"Tapi Beom--"

"Kau bukan siapa-siapaku, Taehyun. Aku tidak mau menjadi benalu."

Ada yang retak di dalam dada Taehyun, dan itu sanggup untuk membuat air matanya tumpah lagi. Matanya masih tertuju lurus pada Beomgyu, bibir bawahnya digigit supaya tidak terisak.

Melihatnya Beomgyu jadi merasa bersalah. Ia segera merengkuh tubuh mungil itu, kemudian menghapus air matanya.

"Kenapa menangis?"

"B-benarkah aku bukan siapa-siapamu, Beom?"

Beomgyu menatapnya lembut. "Kau mantanku, Taehyun. Itu berarti sudah bukan siapa-siapaku lagi."

Isakan pun akhirnya lolos. Taehyun mencengkram kaos Beomgyu sambil membenamkan wajahnya di dada Beomgyu.

"Tapi aku ingin bersamamu lagi, Beomgyu...."

Beomgyu tersenyum. Menyisir rambut hitam Taehyun menggunakan tangannya, lalu mendaratkan kecupan lembut.

"Kalau memang itu maumu, ayo kita kembali bersama, Taehyun. Hanya saja kumohon, jangan lakukan ini karena kau merasa bersalah ataupun kasihan dengan kondisiku sekarang. Aku juga ingin kembali bersama denganmu, karena perasaanku masih sama, bahkan bertambah untukmu."

"Aku-a-a-aku bahkan ingin sekali melompat dan memelukmu sejak melihatmu akan masuk ke minimarket, Beomgyu. Melihat wajahmu lagi hari ini, membuatku rindu...."

Beomgyu sekali lagi mengecup dahi Taehyun. "Apa ini termasuk takdir? Mungkin semesta ingin kita kembali seperti dulu."

Taehyun sendiri memeluk erat-erat tubuh Beomgyu. Aroma tubuh Beomgyu yang khas, detak jantungnya, deru napasnya, kehangatannya, Taehyun rindu semua ini. Perasaannya masih sama, sama sekali tidak pernah berubah. Sekali lagi Taehyun minta maaf pada Kai, hatinya masih untuk Beomgyu.

"Jadi ... maukah kau kembali menjadi milikku, Taehyun?"

Taehyun mengangguk. "Mau, Beom. Aku mau."

Beomgyu kemudian melepas kalung dari lehernya, lalu melepaskan bandul cincin dari kalung tersebut.

"Kemarikan tanganmu, Sayang."

Kupu-kupu seolah beterbangan di perut Taehyun saat mendengar panggilan Beomgyu padanya. Dia menarik wajahnya dari dada Beomgyu, lalu menaruh tangannya di atas telapak tangan Beomgyu.

"Akhirnya cincin ini sampai juga ke pemiliknya. Kau tahu, butuh setahun baginya untuk menggantung begitu saja tanpa kepastian. Dan sekarang dia sudah tersemat di jari manis orang termanis yang pernah ada. Lihat, tampak cantik dan pas."

Taehyun tersenyum dengan pipi bersemu saat Beomgyu mengelus dan mencium tangannya itu seolah tangannya adalah sesuatu paling indah yang pernah ada. Dia lantas memejamkan mata saat Beomgyu mengikis jarak wajah mereka dan mendaratkan bibir di bibirnya.

"Aku tidak akan menyia-nyiakanmu untuk kedua kalinya, Taehyun. Menikahlah denganku."

Taehyun mengangguk. Menikmati saat-saat tangan besar Beomgyu mengelus rambutnya.

"Ayo menikah, Beomgyu."

END

Boyfriends [cbg x kth]Where stories live. Discover now