Clover

108 24 14
                                    

"Ash! Lihat apa yang aku temukan!"

Sedang tidur, tiba-tiba diteriaki, lalu bangun terantuk dahi. Sial.

Aku mengusap dahi, membuka mata dan melihat gadis berambut pirang ikut mengusap kening. Aku menghela, meminta penjelasan. "Ada apa?"

Dia meringis, tapi kemudian tertawa kecil."Maaf, apa aku mengagetkanmu?"

Itu bukan hal besar, jadi aku menggeleng.

"Oh ... ini yang mau kutunjukkan!" Tak lagi mengelus dahi, dia mengambil sesuatu dari tanah dengan hati-hati.

Dengan senyuman gigi putihnya, Eve menunjukan sebuah benda kecil padaku. "Tada! Semanggi daun empat! Ini bisa memberikan keberuntungan lho!" Eve bangkit dari posisinya dan mengangkat semanggi itu tinggi-tinggi. "Wah! Aku pasti beruntung nanti!"

"Itu cuma takhayul." Kubalas dia datar.

Gadis lebih manis jika cemberut. Benar saja, pipi kenyal Eve mengembung sekaligus merona. Merajuk. "Itu memang benar kok, lihat saja nanti!"

Obrolan kami terhenti saat bel masuk berbunyi. Kami pun meninggalkan taman dan memasuki gedung sekolah.

"Wah! Rupanya kau di sini, Eve!"

Sial lagi. Muncul seorang lelaki bertubuh besar yang tersenyum lebar pada gadisku. Aku benar-benar muak dengan tingkah sok baiknya di depan gadis cantik, jadi aku meliriknya tajam. Kenapa orang seperti dia harus hidup?

Eve memandangku sejenak, dia berbisik, "Tenanglah, biar aku yang mengurusnya." Kemudian dengan senyuman sederhana dia membalas pemuda itu. "Ada apa Brand?"

"Hari ini kau jauh lebih cantik!" Brandon terlihat terpesona di hadapan Eve, menjadi semakin menjijikkan. "Bagaimana kalau malam ini kita nonton bioskop?"

Eve menolak sopan. "Maaf, kau nonton bersama pacarmu saja."

Dia menyadari keberadaanku rupanya. Brand melirikku seakan aku ini sampah, meremehkan. "Tinggalkan dia dan pacaranlah denganku, bagaimana Eve?"

"Dia itu pacarku," tukasku menekan, sudah cukup menjadi seorang pendiam. "Kau sudah punya Stacy, Brand. Tinggalkan kami."

"Hah?" Brand memandangku penuh dengan muka sangarnya. "Aku bisa mencari pacar sesukaku, freak. Menyingkirlah sebelum aku melenyapkanmu."

Eve membalas tajam. "Berhenti mengolok Ash." Dia langsung menarik tanganku menjauhi Brandon tanpa menjawab panggilan Brandon, mempercepat langkahnya. Aku berusaha untuk tetap tenang, karena aku ingin jadi pria baik untuk Eve.

"Maafkan aku," lirihnya pelan, tertunduk. Aku mengangguk singkat, tidak mau membesarkan masalah.

"Brand berengsek!!"

Stacy keluar dari kelas dengan emosi tinggi. Dia mengumpat keras sambil meremas sebuah kertas. "Sialan kau Brand! Beraninya kau cari gadis lain di belakangku!"

Sekali lagi, sial. Stacy pun menemukan kami yang terdiam melihatnya. Mata yang dihiasi mascara melotot, bertanya marah. "Kalian melihat Brand?!"

"Dia di bawah," jawabku, melindungi Eve.

"Tunggu saja, aku akan melenyapkannya!" Stacy pergi begitu saja setelah naik pitam.

Eve kembali memandang semanggi yang tadi ditemukannya, wajahnya ditekuk. "Sepertinya kita tidak beruntung hari ini ...."

Aku tidak mau dia sedih, jadi aku menghiburnya. "Hei, keberuntungan akan datang nanti. Tunggu saja."

Eve mengangguk, tersenyum simpul. "Aku beruntung bersamamu, Ash."

*****

Keberuntungan itu terwujud, sungguhan.

Brand ditemukan gantung diri di rumahnya. Kami dengar gosip kalau dia bunuh diri karena putus dengan Stacy, gadis tercantik di sekolah. Sayang sekali.

Yah, kami tidak peduli Brand, jadi kami santai saja. Sekarang, aku tengah menemani Eve membakar tali di tungku pembakaran. Hari ini dia ceria sekali.

"Ternyata benar, Ash! Semanggi itu membawa keberuntungan!"

Itu keberuntungan untuk kita semua. Iya 'kan, Eve?

••• E N D •••
[500 words]
penuliskece2019

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Oct 27, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

CloverDonde viven las historias. Descúbrelo ahora