Kue Pastri Terakhir

14 0 0
                                    


"Robert!!!" Suara wanita cantik bergincu merah itu terdengar melengking. Raut wajahnya panik. Laki-laki tambun yang duduk disampingnya terjatuh dari kursi dan menggelepar di lantai, sambil menahan sakit yang sangat di perutnya.

Seketika, suasana restoran mewah itu mendadak dikerubungi desas-desus dari mulut-mulut penasaran. Para pelayan bergegas mendekati tubuh laki-laki itu. Sayang, nyawanya sudah tidak dapat tertolong lagi. Matanya membelalak terbuka, menyalang, tak ada kehidupan di dalamnya lagi.

Sepotong kue yang setengah bagiannya sudah di makan itu menjadi jamuan terakhirnya, tergelatak begitu saja di pinggir piring. Tak menunggu lagi untuk dihabiskan.

***

"Selamat siang pemirsa. Kita beralih ke berita kasus kematian bos PT. KIIAT, Robert Hasono. Setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh oleh pihak kepolisian, ditetapkan seorang tersangka berinisial D, yang merupakan head pastry chef dari restoran mewah La Cuisine. Menurut keterangan pers polisi, D yang bertanggung jawab atas pembuatan kue pastri La Paris yang dimakan oleh korban. Setelah dilakukan pengecekan di laboratorium, terbukti kue tersebut mempunyai kandungan logam berat arsenik hingga 100 kali batas aman konsumsi manusia. Di baju kerja tersangka, polisi juga menemukan jejak arsenik.

Korban merupakan pelanggan tetap restoran La Cuisine. Sesuai permintaan korban, kue tersebut hanya boleh dibuat oleh tersangka D.

Dugaan motif pembunuhan sementara adalah karena hutang piutang. D diduga berhutang cukup besar kepada korban dalam bisnis toko kue. Namun pengacara tersangka, menolak semua tuduhan dan dugaan itu dan menghimbau untuk tidak berspekulasi sebelum terkumpul bukti yang cukup. Sidang pertama akan dimulai bulan depan. Sekian berita siang ini."

***

D berjalan gontai, tangannya lesu. Borgol membelenggu kebebasannya. Pengadilan memutuskan hukuman seumur hidup, lebih ringan dari tuntutan, yaitu hukuman mati. D tak dapat berdalih karena semua bukti mengarah kepadanya. Dan hari ini adalah hari pertamanya di penjara.

Sepanjang berjalan di koridor remang-remang, D menapaktilasi kisah hidupnya selama ini. Dia sudah jatuh cinta dengan dunia memasak sejak kecil. Awalnya, dia menggeluti berbagai macam jenis masakan namun passion dan jalan hidupnya mengizinkan dia menjadi pastry chef. Kue pastri andalannya, yang dia beri nama La Paris, membuatnya tersohor. Robert Hasono adalah salah satu penggemar kudapan manis itu. Setiap selasa siang, dia dan istri cantiknya itu, selalu makan siang di restoran La Cuisine. Terkesan dengan sensasi rasa kue itu, Robert mengajak D untuk bekerjasama membuat toko kue. Tawaran itu tidak disia-siakan. Tak perlu waktu lama, sebuah toko kue bernama The Cakery dibangun. Namun, usahanya tidak berjalan lancar, toko kue itu tutup dan memang D terbelit hutang yang tidak dapat dia bayarkan kepada Robert. Mau tidak mau, dia kembali bekerja di La Cuisine, hingga kasus pembunuhan itu pun terjadi.

Kasus pembunuhan kue pastri telah menghancurkan karirnya yang sudah dia bangun susah payah. Memasuki umurnya yang ke-40, justru harus dia lewati di dalam blok penjara. Di balik dinding beton kasar dingin dan teralis besi yang bergeming angkuh, dia meratapi nasib sialnya. Semua yang dicintainya harus dia tinggalkan, terkubur bersama vonis pengadilan.

Malam pertamanya begitu terasa berat dan panjang. Ranjang kerasnya tak mempan dihajar kantuk. Batinnya mengutuki takdir dan juga Tuhan atas penderitaannya ini. Tak adil. Tak bermoral. Tak berperikemanusiaan. Dia yakin tidak membunuh Robert. Bahkan di bawah sumpah atas nama Tuhan pun dia menyangkal semuanya. Namun semesta seperti enggan membelanya. Malam itu tak sedetik pun matanya terpejam. Batinnya sesak. Serapah, bagai sekam yang pelan-pelan terbakar, menggerogoti jiwanya, menyimpan arang dendam. Siapapun yang melakukan fitnah keji terhadapnya, tak akan dia maafkan. Bahkan dia akan menggugat Tuhan di pengadilan akhirat atas ketakpantasannya merudung di bilik pesakitan.

Kue Pastri TerakhirWhere stories live. Discover now