5. Elusan

17K 240 22
                                    


Tangan itu, jemari nya perlahan mengelus kening yang selalu mengerut karena ulahnya. Turun ke mata, dan sampai di hidungnya. Pria itu sedikit terusik akan elusan di wajah nya, dan gadis pemilik jemari itu menghentikan elusan nya saat sampai di bibir.

Gadis itu tersenyum tipis, hingga satu tetes air mata lolos begitu saja menuruni pipinya. Ia melepas lengan dari wajah prianya, dan kini wajahnya sudah tenggelam di dada bidang milik prianya. Ia menangis, tanpa mengeluarkan suara.

Pria yang merasa kan dadanya membasah, terbangun. Mata nya mengerjap beberapa kali sampai akhirnya tersadar bahwa gadisnya tengah menangis.

"Jeje?"

-

Mata Zelle perlahan terbuka, dengan nafas yang sedikit memburu ia bangkit untuk duduk. Badannya tersender pada senderan ranjangnya, wajahnya kusut, matanya tengah mengeluarkan air mata.

Zelle mengusap wajahnya kasar, ia menangis. Berusaha agar isakan nya tidak keluar, ia memilih untuk menggigit bibir bawahnya tanpa mempedulikan akan luka yang dibuat.

Gigitan itu terlepas, isakan nya terdengar. Zelle semakin menangis, ia menenggelamkan wajah di lekukan tangannya.

Mimpi itu lagi.

Mimpi itu kembali datang. Mimpi yang tak pernah ia tau apa maksudnya. Mimpi yang selalu membuat air matanya keluar seakan sangat menyakitkan.

Isakan nya masih terdengar, Zelle, masih saja menangis.

Tiba-tiba saja suara ketukan pintu terdengar, membuat Zelle dengan cepat menghentikan tangis serta menghapus sisa air matanya. "Sebentar" suara parau itu terdengar, Zelle bangkit mendekat pintu untuk membukanya.

"Pagi"

Zelle memutar bola matanya jengah, "Mau apa lo kesini?". Siapa lagi, jika bukan Kael yang bisa membuat Zelle se-kesal itu.

"Dari kemarin saya di sini, kamu gak inget kita semalem ngapain aja?" Raut wajah Kael yang meyakinkan, seolah olah penuh dengan pertanyaan membuat Zelle membulatkan matanya sempurna.

"Gue?---Masih virgin kan?! Argh!" Zelle mendorong tubuh Kael, tangannya tak henti henti melayangkan pukulan di dada Kael. Kael, meringis, mencoba menahan pukulan Zelle. Namun sulit. Tak ada pilihan, ia membawa Zelle dalam pelukannya, mengunci tubuh Zelle agar tak berkutik.

"Sakit dada saya kamu pukul terus" Kael mengghela nafasnya saat Zelle berhenti "Kita itu cuma tidur, kok mikirnya sampe kehilangan keperawanan sih. Dasar ya kamu ini, perempuan otak selangkangan!"

"Aaaa!" Zelle masih belum berhasil keluar dari pelukan Kael, memukul kali ini dengan kekuatan penuh pada dada Kael lagi. "Dasar, om-om pedofil!"

"Diem," Kael menghela nafasnya, pelukannya ia lebih rekatkan "Jeje"

Entah apa yang terbesit dalam benak Zelle, tapi dia menurut. Tubuhnya terdiam seketika, dengan eskpresi wajah yang sulit di tuliskan.

Tiba-tiba saja Zelle membalas pelukan Kael, menenggelamkan wajahnya di dada Kael. Menangis disana.

Kael membisu, tubuhnya sama sekali menolak. Tangannya tak henti mengusap kepala juga punggung Zelle.

"Gak usah nangis, saya di sini Je" Kini, ucapan Kael bukannya membuat Zelle menurut. Sebaliknya, Zelle malah menangis semakin kencang.

"Eh, Je? Kenapa malah makin kencang nangis nya? Saya salah? Maaf Je."

Zelle memukul dada Kael lagi "Iya, lo salah! Lo itu selalu salah! Kenapa lo harus ada di mimpi gue dan buat gue selemah ini?!!" Zelle semakin terisak, tapi tubuhnya sama sekali tak ingin terlepas dari Kael "Gue benci sama lo om!"

Kael terdiam, mencerna baik setiap kata yang keluar dari mulut Zelle. mimpi? Mungkin itu yang sedang Kael pikirkan. "Kamu mimpiin saya?" That's right. "Cie"

Zelle melepaskan tubuhnya dari Kael dengan kasar. Dia tertunduk, lalu kembali mengangkat kepalanya lagi seraya memutar bola matanya malas. "Iya,gue mimpiin lo. Gue mimpiin badut, mirip elo!"

"Sialan". Umpatan, kecil tapi masih bisa terdengar oleh Zelle walaupun samar-samar. Zelle tertawa lepas, seperti iblis. Tidak-tidak, hanya nada tertawanya saja yang seperti iblis. Hanya ingin mengejek Kael, itu niatnya.

Tak memperdulikan Kael, Zelle memasuki kamar mandi. Dan. Menangis lagi di sana.

•••

"Lama banget di air, ngapain? Onani?"

Zelle menoyor kepala Kael cukup keras yang langsung mendapat tatapan horor dari Ayahnya. Zelle mencebikan bibirnya, dia duduk di sebelah Kael. Langsung menyantap roti selai juga segelas air susu yang sudah disiapkan.

Setelah selesai Zelle langsung saja bangkit dan pergi tanpa mengucap salam. Ia men-stater motornya, menunggu beberapa menit lalu menjalankan nya. Dengan kecepatan di atas rata-rata, selalu seperti itu.

Sudah tiba di sekolah, terlalu pagi sepertinya. Zelle memang sengaja berangkat pagi, untuk menghindari Kael dan semua orang di rumahnya.

Rooftop, ia tengah terbaring di sofa. Dengan kantuk yang masih menyerang, mata Zelle mulai tertutup. 15 menit, ia tertidur.

Elusan yang mulai membelai rambut dan turun ke wajahnya sangat mengusik Zelle, ia membuka matanya kembali.

"Lo ngapain di sini?!"

Kael, lagi-lagi. "Nemenin kamu."

Zelle mendecak sebal, ia membenahkan posisinya menjadi duduk. "Ngapain sih om! Gue gak butuh di temenin lo! Pergi sana!"

Menghiraukan ucapan Zelle, Kael mendudukan dirinya lalu diubahnya menjadi tertidur. Dengan paha Zelle menjadi bantalnya. Mata Zelle membulat sempurna. "Berar om!"

"Elus Zelle, kayak yang tadi saya lakuin ke kamu." Dengan mata yang terpejam, Kael meminta itu. Zelle menggelengkan kepalanya, "gak! Gue gak mau!"

Saat mata yang terpejam itu terbuka, dan langsung memberikan sorotan yang sangat tajam, membuat Zelle gugup. Tanpa di suruh kembali oleh kata, tangan Zelle mulai mengelus rambut Kael.

Kael tersenyum, "Saya rindu ini Zelle."


To Be Continued

Spam komentarr yaakkk🥺

Bad Girl X Teacher BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang